• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI ATAS

B. Objek dan Pihak-Pihak yang Dilibatkan Dalam Eksekusi Berupa

Pasal 270 KUHAP menegaskan bahwa pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa. Dalam Pasal 54 UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dipertegas bahwa:

1. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh jaksa.

2. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh

panitera dan juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan.

3. Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memperhatikan nilai kemanusiaan

dan keadilan.

Kemudian ditemukan pula dalam Pasal 30 ayat (1) huruf (b) UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan bahwa wewenang kejaksaan dalam bidang pidana melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 270 KUHAP adalah sebagai dasar dilakukannya eksekusi putusan pengadilan dan jaksa sebagai pihak eksekutor, ditegaskan, ”Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kakuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya”. Jaksalah yang melakukan eksekusi terhadap putusan pengadilan namun dalam KUHAP tidak disebutkan bagaimana cara-cara jaksa melakukan eksekusi melainkan diatur dalam peraturan pelaksanaan KUHAP yaitu PP No.28 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

Panitera yang bersangkutan terlebih dahulu membuat dan menandatangani surat keterangan bahwa putusan dimaksud telah memperoleh kekuatan hukum tetap kemudian mengirimkan salinannya kepada pihak Kejaksaan untuk ditentukan eksekutornya oleh Kepala Kejaksaan terkait. Kemudian jaksa membuat surat perintah menjalankan putusan pengadilan yang dikirimkan kepada Lembaga Pemasyarakatan terkait dengan keberadaan terpidana.119

Apabila terdapat barang-barang sitaan berupa aset tidak bergerak misalnya suatu lahan atau areal tanah, maka pihak kejaksaan membuat surat yang dikirmkan kepada pihak-pihak terkait misalnya kepada pihak pemerintahan setempat, aparat keamanan dan lain-lain yang sifatnya koordinasi antar intansi terkait. Pasal 1 angka 1 UU Kejaksaan ditegaskan jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenag oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang dan dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b UU Kejaksaan menegaskan pula bahwa kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dalam Pasal 28 ayat (2) PP No.28 Tahun 1983 dipertegas bahwa pengeluaran barang rampasan untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan atas permintaan jaksa secara tertulis. Barang rampasan tersebut kemudian diserahkan kepada pihak (instansi) yang berwenang.

119

Dalam kasus ini diserahkan kepada Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara didasarkan pada Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan Nomor: Print- 223/N.2/Fuh.1/08/2009 tertanggal 25 Agustus 2009 di Kantor Kejaksaan tinggi Sumatera Utara.

Objek eksekusi berupa aset tidak bergerak sebagai barang sitaan di areal Register 40 Padang Lawas yang dirampas untuk negara karena objek tersebut adalah hutan negara sebagai hutan produksi Padang Lawas yang dikuasai oleh negara. Objek eksekusi sebagai barang sitaan adalah objek perkara yang diputus oleh Hakim Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 K/Pid/2006 atas nama terpidana DL Sitorus di Areal Register 40 Padang Lawas, meliputi:

1. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± 23.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya; dan 2. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± 24.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi Persadaan Masyarakat Ujung Batu (Parsub) dan PT. Torganda.

Sehingga total lahan yang akan dieksekusi di areal Register 40 Padang Lawas tersebut adalah ± 47.000 Ha berikut bangunan yang ada di atasnya. Lahan seluas ± 47.000 Ha dan berikut bangunan yang ada di atasnya tersebut telah dieksekusi secara formil (administratif) namun secara materil di lapangan terkendala oleh berbagai faktor dari warga atau masyarakat setempat tidak setuju dilakukan eksekusi.

Objek tindak pidana korupsi tersebut diduduki atau dikuasai oleh DL Sitorus sekitar pada bulan April tahun 1998 secara tanpa hak dan tanpa ijin dari Menteri Kehutanan berdasarkan Akta Notaris Nomor: 323/L/1998 tertanggal 30 September 1998 dengan Notaris Setiawati, SH di Rantau Parapat disebutkan bahwa hutan Negara kawasan hutan produksi Padang Lawas yang diduduki dan dikuasai DL Sitorus seluas ± 80.000 Ha yang berada di areal Register 40 Padang Lawas Propinsi

Sumatera Utara tetapi luas lahan yang telah ditanami DL Sitorus hanya seluas ±

47.000 dari luas tanah ± 80.000 Ha yang tertera dalam akta.

Tahap pertama dilakukan DL Sitorus bersama-sama dengan KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda menanami kelapa sawit yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 12.000 Ha. Tahap kedua, dilanjutkan dengan menanami kelapa sawit di hutan negara kawasan hutan produksi Padang Lawas seluas ± 11.000 Ha. Sehingga total luas areal yang telah ditanami kelapa sawit mencapai ± 23.000 Ha. Tahap ketiga, dilanjutkan DL Sitorus secara bersama-sama dengan Sangkot Hasibuan (Ketua Koperasi Parsub), Mulkan Harahap (Wakil Sekretaris Koperasi Parsub) membuka hutan dan mengelola serta membudidayakan perkebunan kelapa sawit seluas ± 24.000 Ha sehingga total keseluruhan areal yang telah ditanami kelapa sawit mencapai ± 47.000 Ha dari total keseluruhan ± 80.000 Ha.

Selain pihak Kejaksaan sebagai eksekutor dalam pelaksanaan putusan Hakim Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 K/Pid/2006 atas nama terpidana DL Sitorus di

Areal Register 40 Padang Lawas, pihak Kejaksaan sebagai Tim Jaksa Pelaksana Eksekusi yang dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan berkoordinasi dengan instansi terkait dengan membentuk tim yang akan mendampingi Tim Jaksa Pelaksana Eksekusi. Tim pendamping tersebut terdiri dari:120

1. Penanggung Jawab:

a. Menteri Kehutanan RI;

b. Gubernur Sumatera Utara;

c. Bupati Padang Lawas Utara;

2. Tim Pusat

a. Staf Ahli Bidang Antar Lembaga, Kementerian Kehutanan RI, selaku

koordinator;

b. Staf Ahli Bidang Keamanan Hutan, Kementerian Kehutanan RI;

c. Direktur Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi Jampidsus Kejagung

RI;

d. Kepala Pusat Pembinaan Operasi Mabes Polri; dan

e. Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan, Direktorat Jenderal PHKA,

Kementerian Kehutanan RI.

3. Tim Daerah

a. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, selaku koordinator;

b. Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara;

120

Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.599/Menhut-II/2010 tertanggal 21 Oktober 2010 tentang Pembentukan Tim Pendamping Pelaksanaan Eksekusi Fisik putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 2642 K/Pid/2006.

c. Panglima Komando Daerah Militer I Bukit Barisan;

d. Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah Sumatera Utara;

e. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara;

f. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alama (KSDA) Sumatera

Utara;

g. Kepala Kejaksaan Negeri Padangsidimpuan;

h. Kepala Kepolisian Resor Tapanuli Selatan;

i. Komandan Kodim 121 Tapanuli Selatan;

j. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Padang Lawas Utara; dan

k. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Eksekusi yang dilaksanakan terhadap objek berupa aset tidak bergerak, lahan

Register 40 Padang Lawas seluas ± 47.000 Ha tersebut dilakukan sekitar bulan

Oktober s/d Desember 2010 dengan biaya eksekusi seluruhnya dibebankan kepada anggaran Departemen Kehutanan RI. Sebelumnya pihak Kejaksaan telah menyerahkan barang rampasan tersebut kepada Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara didasarkan pada Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan Nomor: Print- 223/N.2/Fuh.1/08/2009 tertanggal 25 Agustus 2009 di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

Eksekusi terhadap objek perkara secara administrasi (formil) telah dilaksanakan di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara tanggal 26 Agustus 2009 di Medan. Eksekusi dilakukan dengan cara mengambil alih manajemen pengelolaan

lahan seluas ± 47.000 Ha yang sebelumnya dikuasai perusahaan DL Sitorus yaitu

KPKS Bukit Harapan, PT Torganda, Koperasi Parsub, dan PT Torus Ganda.121

Pembentukan Tim Pendamping diperlukan untuk pelaksanaan putusan (eksekusi) fisik atau eksekusi materil di lahan Register 40 Padang Lawas.