SOSIAL DAN SAIN
MELEJITKAN KEMAHIRAN MENULIS KARYA ILMIAH Pendahuluan/Prawacana
D. Tips Menulis Resensi
2. Orang Jawa Jadi Teroris
Bagi sebagian masyarakat mempersepsikan orang Jawa adalah orang yang ramah, santun, religius, dan suka mengalah. Karakter orang Jawa, kemudian disimbolkan dalam
Sumber : Kompas, 12 Juli 2011 Judul Buku : Orang Jawa Jadi Teroris Peresensi : Ahmad Faozan
Penulis : M.Bambang Pranowo
Penerbit : Pustaka Alvabet dan Lakip Jakarta Tahun : Februari 2011
Tebal : 300 halaman Tidak menuliskan harga buku.
180
perwayangan dengan Pandawa Lima. Yakni, Puntodewo, Werkudoro, Arjuna, Nakula, dan Sadewo. Puntodewo, Nakula, dan Sadewa di artikan sebagai tokoh yang lemah-lembut dan selalu mengalah. Sedangkan, Arjuna sebagai tokoh yang pandai, baik dalam diplomasi maupun perang. Sedangkan, Werkudoro tokoh yang lurus, pemberani, dan pantang menyerah. Lantas, bagaimana dengan banyaknya orang Jawa yang menjadi teroris apakah masih pantas orang Jawa di simbolkan dengan Pandawa Lima?.
Mayoritas penduduk Jawa Muslim. Islam di sebarluaskan oleh para Walisongo. Seiring dengan isu teroris di dunia mencuat pasca tragedi 11/9 di Amerika banyak kaum radikal kemudian menyebarkan panji-panji Jihad untuk memerangi kaum kafir seperti orang Amerika, Eropa dan negara-negara non Muslim lainnya yang ada jawa. Bangsa Indonesia, khusunya Jawa di jadikan sebagai tempat dakwah ideologi radikal. Banyak generasi muda orang Jawa di ajak untuk berjihad. Dengan dalih, Jihad suci sesuai perintah Agama dan di jamin akan masuk surga. Akhirnya, banyak orang-orang muda jawa terperangkap yang kemudian menjadi teroris akibat di cekoki ideologi radikal. Seperti, Amrozi, Imam Samudera, Abu Dujana, dan Abu Bakar Baasyir dan lain lain.
Terorisme telah menebar kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat.. Dan, sewaktu-sewaktu ia mampu mengebom dan membuat ancaman secara mengejutkan. Citra Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi pemeluknya di bungkus dengan kebencian dan makian oleh kaum radikalisme. Misi dakwah kaum radikal yang sukses mendapat pengikut banyak di Jawa. Setelah sukses mengembangkan jaringan di Jawa akhirnya, kini Jawa di jadikan sebagai tempat pengendali aksi gerakan terorisme di Indonesia. Sekalipun, para gembong teroris tersebut kini sudah banyak yang sudah tertembak mati dan tertangkap hidup-hidup namun, masih saja bermunculan wajah-wajah baru pelaku teroris. Ibarat mati satu tumbuh seribu.
Buku bertajuk” Orang jawa menjadi teroris” karya Bambang Pranow berusaha membeberkan mengapa banyak orang Jawa terseret menjadi teroris. Padahal, orang Jawa sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, dan religius tidak mudah di pengaruhi oleh paham-paham lain yang bertentangan. Sebagaimana, Islam dapat masuk ke Jawa melalui akulturasi budaya. Berbeda dengan gerakan Islam radikal yang ada di Jawa mereka berdakwah dengan cara-cara picik dan licik. Sebagaiman diketahui bahwa “Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi dll di gembleng secara fisik, psikologis, dan ideologis untuk melakukan perang dengan orang kafir yang harus di perangi ”.(Hal 18).
Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin kompleks fakto kemisikinan dan ketidakadilan yang di alami umat Islam nampaknya menjadi penyebab mereka teriur untuk ikut menjadi teroris. Dalam konteks inilah, buku ini penting untuk di baca. Buku yang
181
merupakan bunga rampai dari sekumpulan artikel yang tercecer di mana-mana menarik kita baca. Buku ini, menggugah diri kita untuk bagaimana menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia khusunya di Jawa. Dan, menjadikan inspirasi bagi kita untuk tidak membiarkan gerakan teroris di sekeliling kita.
Pembaca kan kesulitan mencari benang merahnya pada buku ini. Sebab, buku ini terdiri dari kumpulan opini yang beragam pembahasan. Namun begitu, Tidak kalah pentingnya kini adalah kesadaran semua pihak seperti Ulama, Cedekiawan, dan komponen masyarakat untuk ikut berpartispasi mengatasi berkembang biaknya paham terorisme. 3. Rp 2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura
Melihat judul bukunya saja, kita pasti akan bertanya-tanya, memangnya bisa hanya modal 2 juta rupiah keliling tiga negara tetangga itu? Setidaknya, backpacker sejati Claudia Kaunang sudah membuktikannya sendiri. Biaya dua juta itu sudah termasuk akomodasi, konsumsi, dan transportasi selama 10 hari perjalanan di awal Juli 2009. Wow!.
Ada beberapa alasan yang mendasari penulis untuk berpetualang di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Pertama, pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan visa untuk memasuki ketiga negara tersebut, pasti langsung bisa dapat izin masuk yang biasanya berupa social visit pass. Kedua, karena baik kota Bangkok, Kuala Lumpur, Penang, dan Singapura memiliki penerbangan langsung menuju Jakarta. Ketiga, karena biaya hidup di ketiga negara tersebut cukup murah. Bahkan, bisa lebih murah dibanding Jakarta.
“Bisa dibilang Singapura, Malaysia, dan Thailand adalah negara-negara yang sadar betul dengan potensi wisata dalam negeri walaupun sebenarnya tempat wisata yang digembar-gemborkan tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia. Namun, kelebihan mereka adalah begitu rapi dan apik mengolah potensi lokal sehingga tempat yang ‘tidak ada apa-apanya’ tersebut menjadi berdaya jual tinggi dan ramai dikunjungi wisatawan asing.” (hlm. 11)
Bagi saya yang belum pernah membaca buku bertema traveling sebelumnya, informasi yang disajikan Claudia Kaunang dalam buku ini sangat lengkap. Terdapat rincian
Judul : Rp2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura Penegarang : Claudia Kaunang
Penerbit : B First (Bentang Pustaka) Cetakan : I, Agustus 2011
Tebal : x + 190 halaman ISBN : 978-979-24-3863-5 Tidak menuliskan harga buku
182
perhitungan biaya per harinya, keterangan mengenai tempat wisata yang wajib dikunjungi, penginapan murah yang aman dan nyaman, serta info santapan yang halal dan enak. Jika itu semua belum cukup, penulis pun menyertakan peta rute perjalanan dan transportasi umum di tiap kota dalam buku ini. Terdapat pula sejumlah tips aman selama travelling dan menceritakan pengalamannya selama berkeliling tiga negara tersebut. Melalui kisahnya, kita akan tahu bahwa temperamen sopir-sopir taksi di KL agak tinggi, bahwa Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang paling nyaman untuk para pejalan kaki, bahwa kota Bangkok adalah surganya para backpackers. Simak salah satu tips dari penulis berikut ini:
“Jangan menunjukkan muka kesal, cemberut, atau menggerutu kalau sopir taksi menawarkan harga yang tidak wajar atau tidak mau menyalakan argo karena, entah kenapa, temperamen sopir-sopir taksi di kota ini (Kuala Lumpur) memang agak ‘tinggi’. Jadi, jangan sampai adu mulut hanya karena tawar-menawar harga. Tinggalkan saja taksi tersebut dan cari taksi yang lain.” (hlm. 110)
Oh ya, sedikit bocoran, budget 2 juta rupiah ini belum termasuk biaya tiket pesawat. Namun, jangan merasa tertipu dulu, sebab harga tiket pesawat memang berubah-ubah. Pergi di saat low season memungkinkan kita mendapat harga tiket termurah. Mengenai hal ini, lagi-lagi penulis memberikan tipsnya:
“Begitulah harga pesawat. Kalau lagi untung, ya murah banget, tetapi kalau lagi mahal, ya mau bilang apa. Sering-seringlah mengecek website semua maskapai penerbangan dan kalau perlu subscribe newsletter mereka supaya bisa update promosi-promosi yang sedang berlangsung.” (hlm. 168)
Membaca buku ini membuat saya langsung ingin giat menabung supaya kelak bisa melakukan penjelajahan seperti Claudia Kaunang. Penulis yang juga merupakan seorang pegawai perusahaan multinasional ini dengan lengkap mencantumkan segala informasi yang dibutuhkan bagi mereka yang ingin jalan-jalan secara aman dan nyaman dengan biaya terbatas. Buku Rp2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, dan Singapura ini adalah buku panduan perjalanan pertamanya. “Pergilah melihat dunia karena dengan cara itulah kita baru bisa mensyukuri negara sendiri.” (hlm. 12)
Claudia Kaunang juga telah menulis empat buku panduan perjalanan lainnya, yaitu Rp500 Ribu Keliling Singapura; Rp2 Juta Keliling Macau, Hong Kong, dan Shenzhen; Rp2,5 Juta Keliling Jepang; dan Rp3 Juta Keliling Korea dalam 9 Hari. Ia pun sangat interaktif dengan para pembacanya, menjawab pertanyaan mereka seputar dunia traveling melalui talkshow maupun lewat akun Twitter pribadinya, hingga mengadakan acara jalan-jalan bersama yang disebut #TripBarengCK. Di tahun 2012 ini, #TripBarengCK sudah berkunjung ke Jepang pada bulan Januari lalu. Hal ini dilakukan penulis untuk membuktikan
183
bahwa apa yang ia tulis dalam buku-bukunya adalah benar dan tidak mengada-ada. Kalau masih penasaran, kunjungi saja Twitter-nya @ClaudiaKaunang.
Akhir kata, buku ini direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin bepergian secara hemat, aman, dan nyaman.
http://media.kompasiana.com/buku/2012/03/04/resensi-buku-rp2-juta-keliling-thailand-malaysia-singapura/.diakses tanggal 17 Maret 2012.
4. Emak
EMAK
Adalah sebuah masterpiece dari seorang Daoed Joesoef dalam hal penulisan buku. Bukan muncul dari statemen seorang Daoed, tapi dari saya seorang pembaca. Kenapa saya sampai menyebutnya masterpiece? Latar belakang Daoed yang bukan penulis adalah salah satu alasan kenapa saya mengatakannya. Buku yang sarat pesan yang ditulis oleh seorang mantan menteri pendidikan di era orde baru.
Buku ini dari awal paragraf hingga kalimat terakhir bercerita tentang sesosok perempuan yang sangat berarti bagi Daoed, Ibu. Dalam bahasa Medan-bahasa asal Daoed-sering disebut dengan Emak. Yang menarik disini adalah bahwa ada pembagian cerita oleh Daoed yang disajikan dalam bab-bab yang mengesankan. Setiap bab mempunyai topik cerita sendiri. Antar bab tidak saling berhubungan secara langsung. Sehingga buku ini menghadirkan banyak warna yang menyatu dalam sebuah buku.
Latar belakang jaman revolusi kemerdekaan semakin memperkuat suasana nostalgia dalam buku ini. Apalagi dalam buku ini sepertinya Daoed tidak hanya ingin bercerita tentang Emaknya. Ini terbukti dalam beberapa bab dalam buku yang sangat kental membahas tentang semangat nasionalisme pada waktu itu. Kemudian juga tentang cerita persahabatan Daoed dengan beberapa teman masa kecil. Cara Daoed menghubungkan antara cerita-cerita lain dengan sosok Emak inilah yang menggelitik pembaca. Apalagi ketika Daoed melalui tulisannya berusaha untuk memberitahu pembaca pesan-pesan yang
ISBN : 9797094867 Halaman : 304
Penerbit : Kompas Bahasa : Indonesia Harga : Rp 48.000
184
diterimanya dari Emaknya. Ada semacam keluhuran yang coba ditansformasikan kepada pembaca dengan bahasa yang unik walaupun sedikit berat.
Mungkin sosok terpelajar Daoed yang membuat buku ini sedikit sekali diselingi humor-humor. Sepertinya Daoed benar-benar serius ingin menyampaikan semua pesan yang dia tangkap dari Emaknya. Tapi sedikitnya humor cukup tertutupi dengan cerita yang memang sangat kuat. Anda harus membacanya sendiri agar tahu bagaimana luhurnya pesan yang coba disampaikan oleh buku ini. Sangat pas dibaca oleh para Ibu maupun calon Ibu agar dapat memetik nilai-nilai yang semestinya dimiliki seorang Ibu. Tidak kalah bermanfaatnya apabila buku ini dibaca oleh kalangan pemuda. Karena dalam buku ini juga menceritakan bagaimana Daoed muda pantang menyerah untuk mengenyam pendidikan. Bagaimana kerja keras Daoed dan kawan-kawannya meraih cita-cita mereka. Saya beruntung menemukan buku ini di salah satu rak buku di sebuah toko buku di pinggiran Yogya. Apakah anda juga akan merasa beruntung seperti saya ketika usai membaca Emak ini?
Sumber: http://tegasramadhan.wordpress.com/2011/04/30/emak-penuntunku-dari-kampung-darat-sampai-sorbonne/
185 BAB XII
PROPOSAL PENELITIAN.
A. Prawacana
Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah kerja dengan konsep yang masih belum tertuliskan. Semua garis-garis dalam konstruksi bangunan yang akan didirikan sesuai dengan perhitungan yang matang untuk menghasilkan gedung yang diinginkan. Demikian juga dengan naskah proposal penelitian merupakan design yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian.
Design penelitian diawali dari judul, disiplin keilmuan yang dimiliki, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan tinjauan pustaka serta metode penelitian yang digunakan. Semua metode yang dirancang secara detil tergambarkan. Dengan demikian, akan mempermudah dalam melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitiannya.
Proposal yang dibuat harus mengikuti format yang dibakukan oleh lembaga masing-masing, baik dari sisi sistematika, teknik penulisan maupun karaktristik lainnya. Proposal yang disusun harus memperhatikan segala hal yang dapat mendukung keberhasilan penelitian yang direncakan. Sekiranya dengan segala pertimbangan, ternyata ditemukan beberapa hal yang kurang mendukung, maka peneliti dengan sabar mengalihkan kepada topik penelitian yang lain. Pengalihan topik ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk memudahkan pemahaman tentang proposal penelitian maka, diberikan contoh sederhana sebuah proposal.