SOSIAL DAN SAIN
MELEJITKAN KEMAHIRAN MENULIS KARYA ILMIAH Pendahuluan/Prawacana
B. Mengutip Tanpa Menjiplak
1. Prosedur Mengutip a. Ringkasan
1) Definisi
Rangkuman atau ringkasan merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya. Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja (http://situsbahasa.info.diakses tanggal 8 Maret 2012).
Ringkasan merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Walaupun bentuknya ringkas, namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan yang asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuk yang singkat (www.scrib.com/doc. diakses tanggal 8 Maret 2012). Dengan demikian, ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun yang digalinya dari sebuah tulisan orang lain.
Dengan demikian, ringkasan merupakan sari sebuah tulisan tanpa hiasan. Artinya, banyak bagian yang dihilangkan sehingga ringkasan lazimnya hanya memuat 25 persen dari seluruh informasi yang terdapat dalam teks asli. Biasanya bagian-baagian yang dihilangkan antara lain keindahan gaya bahasa, ilustrasi/contoh, dan perincian.
Membuat ringkasan hendaknya penulis mampu membuat ringkasan dengan kalimat sendiri sehingga karangan yang panjang menjadi lebih singkat, kalimat yang membingungkan dapat lebih mudah dipahami. Meskipun demikian, dalam membuat ringkasan tetap mengikuti alur pikiran dan rancangan pengarang, tidak menghadirkan pandangan-pandangan baru dari kalimat yang sudah dibuat oleh penulisnya.
158 2) Langkah Membuat Ringkasan
Langkah membuat ringkasan dapat dipandu dengan cara berikut ini:
a) Membaca tulisan beberapa kali sehingga dapat dipahami ide pokoknya. Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai memperoleh gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh. Penulis dapat membuat catatan atau memberi tanda tertentu pada bagian-bagian penting dalam bacaan yang akan diikhtisarkan ketika membaca.
b) Mencatat gagasan utama dari setiap paragraf. Setiap uraian dalam satu paragraf perlu dicatat gagasan utamanya sehingga jelas ditemukan gagasan utamanya dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum merasa ada yang kurang sesuai dan ada kalimat yang kurang koheren bisa ditambahkan sebagai bagian untuk menjelaskan sehingga menjadi koheren. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum. Hal yang juga harus mendapat perhatian dari penulis rangkuman adalah tidak memberikan penafsiran baru terhadap suatu pengertian yang diuraikan oleh pengarang asli. Selain itu, perangkum tidak boleh memasukkan hasil pemikirannya sendiri ke dalam rangkuman sebab akan mengaburkan pengertian gagasan yang diungkapkan oleh pengarang asli.
c) Memilih di antara ringkasan paragraf tentang gagasan utama. Kegiatan merangkum sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan setiap kalimat utama dalam setiap paragraf. Kegiatan merangkum dapat pula dilakukan dengan mencari ide pokok dalam setiap atau beberapa paragraf. Ide-ide tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan dengan menambah konjungsi atau kalimat penghubung lainnya.
d) Menyusun ringkasan dengan mengutamakan gagasan utama dengan cara membuat urutan gagasan sama dengan tulisan asli, membuang paragraf yang berisi keterangan (contoh, ilustrasi, deskripsi, kutipan), dan mengubah dialog langsung menjadi wacana tidak langsung. Membandingkan ringkasan dengan tulisan asli untuk memastikan bahwa semua gagasan utama telah terliput, dan mengoreksi kesalahan bahasa dan cetak.
159
Dengan demikian, untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu: (1) mampu membaca dengan baik bacaan yang akan dirangkum, (2) mampu memahami isi secara utuh terhadap bacaan yang akan dirangkum, (3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun kalimat topik dalam bacaan yang akan dirangkum, serta (4) mampu menyusun kembali ide-ide maupun kalimat topik yang telah ditemukan menjadi sebuah tulisan utuh dan koheren.
Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman adalah penggunaan bahasa yang digunakan di dalam rangkuman. Bahasa rangkuman harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi, bahasa rangkuman yang dibuat bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang dalam setiap paragraf atau bacaan. Dengan demikian, jika akan merangkum uraian pengarang dari suatu paragraf, penulis terlebih dahulu perlu menemukan ide pokok yang terdapat di dalam paragraf tersebut, kemudian diungkap ulang dengan menggunakan bahasa yang berbeda dan singkat. Agar hasil rangkuman itu tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan diabaikan.
b. Ikhtisar 1) Pengertian
Ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Ikhtisar juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung tertuju pada pokok permasalahan. Perbedaan dengan rangkuman atau ringkasan, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan.
2) Ciri ikhtisar
a) Tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari tulisan asli;
b) Tidak mengandung hal baru, pikiran atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar;
c) Menggunakan kata-kata penyusun sendiri. 3) Langkah menyusun ikhtisar
a) Menetapkan tujuan membaca dengan mengetahui gagasan apa yang diperlukan?; b) Membaca dengan cermat untuk mengetahui apa relevansi gagasan yang
diperlukan dalam konteks tulisan ini?;
c) Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun, dengan kata-katanya sendiri;
160 d) Menyusun kerangka tulisan; e) Menulis ikhtisar;
f) Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting telah tergali;
g) Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak. 4) Contoh Ikhtisar
a) Teras berita;
b) Sampul belakang buku; c) Sinopsis film, sandiwara; dan d) Abstrak.
c. Sintesis
Sintesis (berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi) yang biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada yang menghasilkan suatu hasil baru (http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis) diakses tanggal 8 Maret 2012. 2. Dosen/Penulis/Peneliti dalam Kegiatan Mengutip
Ikhtisar maupun sintesis harus ditulis dengan kata-kata penyusun sendiri, bukan menyalin. Dosen/penulis/peneliti seharusnya mempunyai kebiasaan mencatat ketika membaca karya ilmiah. Sekarang telah tersedia komputer dengan pelbagai programnya yang memungkinkan dosen/peneliti/penulis untuk mencatat secara lebih praktis. Artinya, catatan ditulis dalam sebuah pangkalan data agar dapat segera digunakan ketika diperlukan. Namun, apa pun cara membuat catatan, baik manual atau otomatis, format catatan tetap sama. Beberapa langkah yang dapat disarankan antara lain:
a. Pertama, harus ada catatan bibliografis. Setiap kali memutuskan untuk membaca sebuah karya ilmiah, dosen/peneliti/penulis harus segera mencatat nama penulis, judul karya, kota, penerbit, dan tahun terbit. Catatan itu ditulis pada sebuah kartu sebesar kartu pos secara horizontal dan disimpan dalam urutan alfabetis, di dalam kotak sepatu atau kotak lain yang tertutup. Menggunakan kotak sepatu supaya dapat ditutup sehingga kartu tidak berdebu. Selain itu, penggunaan kotak sepatu sangat murah karena memanfaatkan kembali limbah kotak sepatu.
b. Kedua, setelah membaca bagian yang penting (mengandung informasi yang diperlukan),
membuat satu di antara tiga macam catatan bacaan yang berikut. Jika informasi demikian penting sehingga perlu disalin sebagaimana adanya, dosen/peneliti membuat catatan salinan yang berisi tentang topik, salinan yang diawali dan diakhiri tanda petik ganda, acuan (nama penulis, tahun, nomor halaman). Jika informasi penting itu menyebar di sepanjang teks, dosen/peneliti membuat catatan parafrase, ringkasan, atau
161
catatan ikhtisar dengan kata-kata sendiri. Catatan itu berisi tentang topik, catatan, dan acuan (nama penulis, tahun, nomor halaman). Jika ingin memberi komentar pada informasi, dosen/peneliti/penulis membuat catatan komentar yang dapat ditambahkan setelah catatan bacaan atau ditulis pada kartu tersendiri. Catatan bacaan juga disimpan dalam kotak sepatu, namun tidak dalam urutan alfabetis. Pengelompokan kartu catatan bacaan berdasarkan topik. Dengan demikian, dosen/peneliti/penulis akan mempunyai catatan dari pelbagai bacaan yang terhimpun di bawah satu topik. Penulisan dan pengelompokan catatan bacaan seperti itu setidaknya bermanfaat bagi dosen/peneliti dalam lima hal antara lain tidak menjiplak (plagiat), mengungkapkan kembali informasi yang diperoleh atau gagasan sendiri secara tertulis, mengingat, walau tidak seluruhnya, informasi yang diperoleh ataupun pendapat yang dikemukakan; bersikap kritis terhadap karya ilmiah yang dibaca; dan memiliki bahan "abadi" untuk segala keperluan akademik. Contoh kartu catatan bibliografis
Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. 2012. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
... ... ...
Contoh kartu catatan bacaan: kutipan langsung
Karya ilmiah populer biasa disebut dengan featur populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang akrab, dan menyenangkan (disukai banyak orang) karena menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya ilmiah populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran tersebut, selain keilmiahannya
(Amir, 2009: 114).
Contoh catatan bacaan: kutipan tidak langsung
Ketahuilah bahwa anak-anak yang sangat menyukai oleh raga cenderung berisiko lebih tinggi gagal untuk mengembangkan kebiasaan membaca yang lebih baik.
162 C. Kode Etik