• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Daerah

Dalam dokumen Dengan ini menyatakan: (Halaman 43-47)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Pajak Daerah

28

perundang-29 undangan yang berlaku dengan tujuan untuk pembiayaan urusan daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Simpulan atas berbagai definisi mengenai pajak daerah yakni pungutan/iuran wajib yang telah ditetapkan pemerintah daerah sesuai dengan undang-undang bersifat memaksa serta tidak adanya imbalan langsung, pungutan tersebut akan digunakan untuk segala keperluan urusan pembangunan dan keperluan daerah demi kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain pajak daerah juga diartikan sebagai kontribusi dari peraturan pemerintah daerah dengan tujuan hasilnya digunakan untuk membiayai belanja daerah agar dapat terlaksanakan urusan pemerintahan seperti pembangunan, dan pengelolaan pelayanan publik pemerintah daerah.

Tentu hal ini berkaitan dengan PAD dan membolehkan PAD digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun potensi di suatu daerahnya. Pajak daerah merupakann sumber penting pendapatan daerah, dan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan pendapatan asli daerah, karena apabila pajak daerah mengalami peningkatan maka besaran hasil pajak daerah berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan asli daerah yang ikut meningkat. Dalam konteks pembangunannya, pajak daerah termasuk pungutan yang dikenakan oleh wilayah mengikut peraturan, dan hasilnya untuk sumber kekayaan untuk wilayah itu sendiri.

Terdapat beberapa prinsip umum yang terlebih dahulu harus terpenuhi agar dalam pemungutan pajak daerah terlaksana dengan efektif. Melihat beberapa prinsip umum yang digunakan dalam pajak, yakni sebagai berikut (Putra, 2018) :

1. Prinsip Keadilan (Equity)

Pada prinsip ini dalam pemungutan pajak harus menerapkan prinsip adil dan merata, karena tidak semua subjek pajak memiliki kemampuan yang sama maka dari itu pentingnya sebuah keseimbangan dengan beralaskan kemampuan yang dimiliki masing-masing subjek pajak daerah. Dalam kemampuan membayar ditetapkan bahwa setiap wajib pajak yang

30 dikenakan pajak harus sepadan dengan tingkat kemampuan membayar pajak (ability to pay) serta sesuai dengan manfaat yang diterima.

2. Prinsip Kepastian (Certainty)

Prinsip yang menggarisbawahi bahwa kepastian sesuatu yang penting bagi pemungut pajak dan wajib pajak. Dalam hal penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang. Dengan adanya kepastian yang menjamin dan membuat setiap wajib pajak tidak akan ragu akan menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak daerah, dikarenakan telah ditentukan kepastian yang jelas mengenai pajak yang terutang, waktu membayar, serta tenggat waktu pembayaran.

3. Prinsip Kemudahan (Convenience)

Hal yang menggarisbawahi aspek kemudahan terhadap waktu yang tepat untuk wajib pajak memenuhi kewajibannya membayar pajak terutang ketika wajib pajak telah menerima pendapatan. Prinsip ini termasuk prinsip yang menyenangkan karena dilakukan pemungutan pajak dengan layak dan mengharuskan agar wajib pajak merasakan kemudahan dalam membayar pajak dan tidak terbebani.

4. Prinsip Efisiensi (Efficiency)

Menekankan bahwa pentingnya efisiensi dalam pemungutan pajak, yaitu biaya pemungutan pajak tidak boleh melebihi dari besarnya jumlah pajak yang dipungut. Proses pemungutannya harus efisien dan sesuai dengan keperluan anggaran belanja negara. Prinsip ini mencakup mekanisme perpajakan daerah untuk fokus pada memaksimalkan penerimaan pajak dan meminimalkan biaya.

Dalam konsep pajak daerah juga terdapat pembagian dalam mengelola pajak tersebut yakni pajak yang dikelola pemerintah daerah tingkat I dan pemerintah tingkat II namun perolehan uang hasil keseluruhan pengelolaan pajak tersebut tujuannya tidak dibedakan yakni dipergunakan untuk mendanai belanja rutin dan pembangunan daerah sesuai dengan rincian pada APBD. Saat melaksanakan desentralisasi fiskal yang sudah diserahkan kepada pemerintah daerah yang mana terdapat kemungkinan pemerintah tingkat daerah untuk mengeksplorasi sumber

31 pendapatan daerahnya yang berpotensi, dan nantinya menentukan mana yang akan dimanfaatkan setiap daerah, berdasarkan karakteristik daerahnya. Hal ini tentu mempunyai peluang meningkatkan penerimaan pajak dari pajak daerah.

Prakosa (2005) Dalam literatur pajak, pajak dikelompokkan berdasarkan golongan, wewenang, sifat dan sebagainya. Pajak daerah dikelompokan berdasarkan wewenang pemungutan, berarti pihak yang memiliki wewenang dan yang berhak dalam melakukan pemungutan pajak ialah pemerintah daerah. Selain itu, terdapat juga pengelompokan pajak daerah berdasarkan wilayah pemungutannya terbagi menjadi beberapa jenis yakni :

Tabel 2.1 Pengelompokan Pajak Daerah Berdasarkan Wilayah Pemungutannya

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota Pajak provinsi yakni pajak daerah

yang dipungut oleh pemerintah tingkat provinsi.

Pajak kabupaten/kota yakni pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota.

Terdiri dari :

1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4. Pajak pengambilan dan pemanfataan air bawah tanah dan air permukaan

Terdiri dari : 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Parkir

6. Pajak Penerangan Jalan

7. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Golongan C

8. Pajak Sarang Burung Walet

Ada dua jenis sistem pemungutan pajak daerah, yakni official assasesment system dan self assesment system :

1. Sistem Evaluasi Resmi (Official Assesment System)

Pemungutan pajak daerah didasarkan pada penggunaan Peraturan Daerah Perpajakan (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan dengan itu oleh

32 Bupati atau kepala daerah. Setelah menerima SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, wajib pajak dapat melakukan pembayaran di Kantor Pos atau Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Apabila wajib pajak tidak melakukan pembayaran, maka dikenakan biaya dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Pajak yang termasuk sistem pemungutan ini antara lain Pajak Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; Pajak Air Tanah; Pajak Reklame dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).

2. Sistem Penilaian Diri (Self Assesment System)

Kegiatan pada sistem pemungutan pajak ini wajib pajak melakukan secara mandiri dari kegiatan menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang dilakukan dengan sendiri. Sistem ini menggunakan dokumen Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTD).

SPTD ialah formulir yang digunakan untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak yang terutang. Apabila wajib pajak tidak melakukan pembayaran ataupun salah menghitung dalam SPTD, maka akan dilakukan penagihan yang menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (SPTD). Pajak yang termasuk dalam sistem pemungutan ini antara lain Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Parkir; Pajak Penerangan Jalan; Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan dan Pajak Rokok.

Dalam dokumen Dengan ini menyatakan: (Halaman 43-47)