• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini menyatakan:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Dengan ini menyatakan: "

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH :

IRAWATI IBRAHIM NIM. C1A018042

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

stAS

DETERMINAN PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

IRAWATI IBRAHIM NIM. C1A018042

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI

2022

(3)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

Irawati Ibrahim

NIM :CIA018042

Program Studi :Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi Determinan Penerimaan Pajak Hotel Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Dacrah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi ini adalah karya asli penulis, selama proses penulisan tidak

melakukan kegiatan plagiat atas karya ilmiah orang lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

2. Bila dikemudian hari ternyata ditemui hal-hal yang bertentangan dengan pemyataan saya ini maka saya menerima sanksi hingga pencabutan gelar akademis.

Jambi, 26 Desember 2022 Yang membuat permyataan,

METEB

TEMPE FBTFCAKX19035s696

wwisaawati Ibrahim

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Dengan ini Pembimbing Skripsi dan Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama

:Irawati Tbrahim

NIM :C1A018042

Program Studi

:Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi :Determinan Penerimaan Pajak Hotel dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di

Provinsi Jambi

Telah disetujui dan disahkan sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang berlaku dalam ujian skripsi pada tanggal yang tertera dibawah ini.

Jambi, 26 Desember 2022

Pembimbing I Pembimbing II

AaaauadS

Prof. Dr. H. M. Rachmad R., S.E., M.S. Selamet Rahmadi, S.E., M.Si.

NIP. 196905181994031003 NIP. 196010111986101001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

FakuNas Ekondmi

Dan Bisnis

Dr. Hj. Etik Uni yati, S.E., M.Si.

NIP. 196807091993032002

iii

(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Komprehensif dan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi pada

Hari :Senin

Tanggal

:26 Desember 2022

Jam

:08.00-10.00 WIB

Tempat

: Ruang Ujian Sidang I FEB Gedung Baru Lantai II

PANITIA PENGUJI

Jabatan Nama

Tenda Tangan

Ketua Penguji Dr. Hj. Etik Umiyati, S.E., M.Si.

Penguji Utama Dr. Hj. Erni Achmad, S.E., M.Si.

Sekretaris Rosmeli, S.E., M.E.

Anggota

Prof. Dr. H. M. Rachmad R., S.E., M.S.

Aayauad

Anggota Selamet Rahmadi, S.E., M.Si.

Disahkan Oleh:

Dekan-Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

Yhyersia Jam

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

A k U L T A S E K O N D

A N B I S N I

Dr. DZulgani, M.P Dr. HL Junatdi, S.E. MSi.

NIP. 196706021992031003 NIP. 196205161987031018

IV

(6)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Determinan Penerimaan Pajak Hotel dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Papa Ibrahim H. Kasim dan Mama Tri Sutarty, Amd.Keb yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan, semangat yang tidak terhingga baik materil maupun moril. Dalam penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing dan membantu maupun mendukung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Etik Umiyati, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Rachmad R., S.E., M.S., selaku Pembimbing Skripsi I dan Bapak Selamet Rahmadi, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, ilmu pengetahuan serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Dr. Hj. Erni Achmad, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Jambi.

4. Bapak dan Ibu dosen, staff, civitas akademik dan seluruh karyawan dan karyawati tata usaha di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi yang telah membantu penulis dalam kelancaran proses administrasi selama menyelesaikan pendidikan di Universitas Jambi.

(7)

vi 5. Saudara tersayang Reni Hastasri Ibrahim dan Rinaldi Ibrahim serta seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis.

6. Kepada M. Ramadhan Syaputra, S.H dan sahabat-sahabat tersayang Eri Kusnaningsih, S.H, Retina Aprilia, Karlina Mutiara Ali, S.Sos, Rini Asokawati, S.H, Wahyu Arfandi, S.Pd yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan tempat berkeluh kesah.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi terkhusus Nurul Wahyuni, S.E, Thereza Ismiranda, S.E, Suci Afrianita, S.E, R. Apriditha Awalia, S.E, Rio, S.E dan Rizky Safrizal, S.E.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, 26 Desember 2022

Irawati Ibrahim

(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel kabupaten/kota di Provinsi Jambi dan 2) Pengaruh penerimaan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Untuk menjawab tujuan tersebut digunakan model analisis regresi data panel dengan periode tahun 2015-2021 dan 11

kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1) Variabel pendapatan perkapita dan jumlah wisatawan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak hotel kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Tetapi variabel jumlah kamar hotel berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan pajak hotel kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Sementara variabel tingkat hunian hotel tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel kabupaten/kota di Provinsi Jambi. 2) Penerimaan pajak hotel memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Provinsi Jambi.

Kata kunci : Pajak, Hotel dan Pendapatan

(9)

viii ABSTRACT

This study aims to analyze : 1) Factors affecting district/city hotel tax revenues in Jambi Province and 2) The effect of hotel tax revenue on the original income of district/city in Jambi Province. To answer this goal, panel data regression analysis model was used for the 2015-2021 period and 11 district/city in Jambi Province. The results of the study show that : 1) Variables of per capita income, number of tourists, have a positive and significant influence on district/city hotel tax revenues in Jambi Province. But the variables number of hotel rooms have a negative and significant influence on district/city hotel tax revenues in Jambi Province. Meanwhile, the variable hotel occupancy rate does not have a significant influence on district/city hotel tax revenues in Jambi Province. 2) Hotel tax revenue have a positive and significant influence on district/city the regional original revenue in Jambi Province.

Keywords: Tax, Hotel and Revenue

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKIPSI ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Keuangan Negara... 13

2.1.2 Keuangan Daerah ... 19

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 22

2.1.4 Pajak Daerah ... 28

2.1.5 Pajak Hotel ... 32

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel ... 36

2.1.7 Hubungan Antar Variabel ... 39

2.1.8 Pengaruh Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah ... 42

2.2 Penelitian Terdahulu ... 43

2.3 Kerangka Pemikiran ... 50

2.4 Hipotesis ... 52

(11)

x

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 53

3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan ... 53

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 53

3.2.1 Jenis Data ... 53

3.2.2 Sumber Data ... 54

3.3 Metode Analisis Data ... 54

3.3.1 Model Analisis Pertama ... 55

3.3.2 Model Analisis Kedua ... 55

3.4 Operasional Variabel Penelitian... 64

BAB IVKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 65

4.1 Kependudukan ... 65

4.2 Perekonomian ... 68

4.3 Pengangguran ... 72

4.4 Pendapatan Asli Daerah ... 76

4.5 Pajak Hotel ... 81

4.6 Pendapatan Perkapita ... 85

4.7 Wisatawan ... 88

4.8 Hotel dan Kamar Hotel ... 92

4.9 Tingkat Hunian Hotel... 101

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel ... Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 105

5.1.1 Estimasi Regresi Berganda Data Panel... 105

5.1.2 Pemilihan Model Regresi Berganda Data Panel ... 106

5.1.3 Regresi Berganda Data Panel ... 107

5.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 113

5.1.5 Uji Hipotesis ... 115

5.1.6 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 118

5.1.7 Hasil dan Pembahasan ... 118

(12)

xi 5.2 Pengaruh Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi ... 126

5.2.1 Estimasi Model Data Panel ... 126

5.2.2 Pemilihan Model Regresi Sederhana Data Panel ... 127

5.2.3 Regresi Sederhana Data Panel ... 129

5.2.4 Uji Hipotesis ... 133

5.2.5 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 134

5.2.6 Hasil dan Pembahasan ... 134

5.3 Implikasi Kebijakan Hasil Penelitian... 136

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN ... 140

6.1 Kesimpulan ... 140

6.2 Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141 LAMPIRAN

(13)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Total Jumlah Hotel, Jumlah Kamar Hotel, dan Rata-rata Tingkat ...

Hunian Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 9

Tabel 2.1 Pengelompokan Pajak Daerah Berdasarkan Wilayah ... Pemungutannya ... 31

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Jiwa) ... 65

Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 67

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK) Kabupaten/Kota di ... di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 69

Tabel 4.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten/Kota di ... di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 74

Tabel 4.5 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 78

Tabel 4.6 Perkembangan Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 82

Tabel 4.7 Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 86

Tabel 4.8 Perkembangan Jumlah Wisatawan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 89

Tabel 4.9 Perkembangan Jumlah Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 94

Tabel 4.10 Perkembangan Jumlah Kamar Hotel Kabupaten/Kota ... di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 98

Tabel 4.11 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 102

Tabel 5.1 Hasil Estimasi Common Effcet Model (CEM) ... 105

Tabel 5.2 Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) ... 106

Tabel 5.3 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) ... 106

(14)

xiii

Tabel 5.4 Hasil Uji Chow ... 107

Tabel 5.5 Hasil Uji Hausman ... 107

Tabel 5.6 Hasil Regresi Berganda Data Panel-Fixed Effect Model ... 108

Tabel 5.7 Nilai Konstanta Akhir Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 110

Tabel 5.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 114

Tabel 5.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 114

Tabel 5.10 Hasil Uji Autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) ... 115

Tabel 5.11 Nilai t-Statistik Pada Metode FEM ... 116

Tabel 5.12 Hasil Estimasi Common Effcet Model (CEM) ... 127

Tabel 5.13 Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) ... 127

Tabel 5.14 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) ... 127

Tabel 5.15 Hasil Uji Chow ... 128

Tabel 5.16 Hasil Uji Hausman ... 128

Tabel 5.17 Hasil Uji Lagrange Multiplier ... 129

Tabel 5.18 Hasil Regresi Sederhana Data Panel-Random Effect Model ... 129

Tabel 5.19 Nilai Konstanta Akhir Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 131

Tabel 5.20 Nilai t-Statistik Pada Metode REM ... 133

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 2 Gambar 1.2 Total Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 4 Gambar 1.3 Total Jumlah Wisatawan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 6 Gambar 1.4 Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ... 8 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 51 Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Perkembangan Penduduk Kabupaten/Kota di ...

di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 68 Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota ...

di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen)... 71 Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 76 Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Perkembangan Pendapatan Asli Daerah ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 80 Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Perkembangan Penerimaan Pajak Hotel ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 84

Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Perkembangan Pendapatan Perkapita ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 88

Gambar 4.7 Grafik Rata-rata Perkembangan Jumlah Wisatawan ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 92 Gambar 4.8 Grafik Rata-rata Perkembangan Jumlah Hotel ... 96 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) ... 96

Gambar 4.9 Grafik Rata-rata Perkembangan Jumlah Kamar Hotel ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) .... 100 Gambar 4.10 Grafik Rata-rata Perkembangan Tingkat Hunian Hotel ...

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015-2021 (Persen) .... 104 Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas... 113

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam urusan pemerintahan, pemerintah pusat memberikan tanggung jawab, kepercayaan serta wewenang guna mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat atas pengelolaan daerahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, saat otonomi daerah dilaksanakan memungkinkan pemerintah daerah lebih memperhatikan masyarakat yang ada di daerahnya, sehingga tujuan pemerintah dapat tercapai dengan baik. Ditinjau dari keberadaan otonomi daerah, ciri utama daerah yang dapat dikatakan otonom adalah kemampuan keuangan daerahnya.

Faktor utama untuk melaksanakan otonomi daerah ialah keuangan daerah, meskipun diketahui bahwa kemampuan keuangan daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pentingnya bahwa kebutuhan dana daerah muncul karena sumber keuangan daerah sebagai bagian integral dari pemerintah daerah.

Pada bidang keuangan pemerintah daerah memiliki hak sebagai penerimaan keuangan daerah. Pemerintah provinsi memberikan wewenang kepada pemerintah kabupaten/kota untuk secara langsung dan bebas mengelola dan menggunakan sumber daya keuangan. Sumber daya keuangan yang dapat digunakan sebagai pendapatan daerah tentu dilihat dari adanya potensi, dan modal pendukung berhasil dikelola dan dimanfaatkan, mencerminkan seberapa besar pendapatan yang diperoleh.

Dukungan keuangan diperlukan dalam segala kegiatan pemerintahan dan kegitan pembangunan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat dengan mengandalkan sumber pendanaan yang bersumber dari PAD. PAD adalah penerimaan daerah atas melaksanakan fungsi dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat (Anggoro, 2017). Penerimaan daerah berperan sangat penting sebagai sektor yang menunjukkan seberapa besar daerah dapat membiayai kegiatan dan pembangunan daerah.

(17)

2 Provinsi Jambi sebagaimana provinsi lain yang ada di Indonesia yang diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah. Dalam hal itu dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan pelayanan publik dan pembangunan daerahnya diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya yakni diperoleh dari pendapatan asli daerah, dengan segala potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut akan mendorong kemandirian suatu daerah akan terlaksananya kegiatan pemerintah dan pembangunan tersebut.

Sumber : DJPK Kementerian Keuangan RI, 2022.

Gambar 1.1 Total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Berdasarkan data dari DJPK Kementerian Keuangan RI, secara keseluruhan ada 11 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jambi. Masing-masing daerah tersebut mempunyai potensi yang berbeda sehingga memungkinkan adanya perbedaan tingkat PAD antara masing-masing daerahnya. Selama kurun waktu tujuh tahun sejak 2015 sampai 2021, realisasi PAD di Provinsi Jambi cenderung terus meningkat. Walaupun terdapat tahun yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Namun, peningkatan realisasi PAD setiap tahunnya yang terus terjadi peningkatan dengan menunjukkan peningkatan terhadap pengelolaan sumber daya di daerah.

Peningkatan realisasi pendapatan asli daerah dari tahun 2015 hingga 2021 mengalami fluktuasi. Dilihat dari rata-rata terjadi peningkatan selama 2018-2021.

0 500.000.000.000 1.000.000.000.000 1.500.000.000.000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

TOTAL PAD KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAMBI

PAD

(18)

3 Dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi, Kota Jambi ialah daerah dengan capaian realisasi pendapatan asli daerah terbesar setiap tahunnya. Terlihat pada tahun 2018 total pendapatan asli daerah kabupaten/kota tersebut mengalami penurunan, capaian realisasi pendapatan asli daerah Kota Jambi yaitu Rp.

338.891.882.593. Tetapi tahun selanjutnya yaitu 2019 total pendapatan asli daerah kabupaten/kota terjadi peningkatan menjadi 1,29 triuliun rupiah. PAD Kota Jambi juga meningkat 16,09 persen ditahun 2019 namun pada tahun 2020 realisasi PAD Kota Jambi terjadi penurunan -9,60 persen menjadi Rp. 355.674.818.035, hal ini akibat dari pandemi covid-19 yang membuat perekonomian daerah menurun dan penerimaan dari sumber-sumber PAD ikut menurun serta berimbas pada total pendapatan asli daerah.

Kemudian di tahun 2021 total PAD tersebut meningkat dengan signifikan tersebut mencapai 1,40 triliun rupiah, kenaikan realisasi pendapatan asli daerah merupakan dampak dari kegiatan perekonomian Provinsi Jambi yang berangsur pulih pasca merebaknya wabah covid-19. PAD Kota Jambi sebagai daerah dengan capaian realisasi PAD tertinggi ikut meningkat drastis sebesar 17,96 persen menjadi Rp 419.564.834.233 dapat dinyatakan bahwa Kota Jambi mempunyai kemandirian daerah yang paling baik dibanding dengan kabupaten/kota lainnya.

Tingginya tingkat kemandirian Kota Jambi disebabkan oleh tingginya sumber PAD terutama dari pajak daerah dan retribusi daerah. Lalu diikuti daerah Kabupaten Bungo sebesar Rp.145.136.765.247 atau meningkat 15,07 persen.

Sementara realisasi penerimaan PAD kabupaten/kota yang terendah ialah Kota Sungai Penuh tidak mencapai 50 juta yaitu sebesar Rp. 46.237.757.382 atau 59,16 persen ini terjadi peningkatan yang signifikan dibanding tahun 2020 yaitu Rp 29.050.525.938 atau terjadi penurunan -16,76 persen dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur urutan kedua terendah sebesar Rp 53.899.818.330.

Pendapatan asli daerah setiap kabupaten/kota berbeda-beda dikarenakan perbedaan dalam pencapaian realisasi penerimaan daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya dalam hal peningkatan PAD ini dapat dicapai dengan senantiasa menggali sumber-sumber baru, penerimaan baru, dengan tetap meningkatkan

(19)

4 efisiensi sumber daya, efektivitas kegiatan yang ada namun dengan fasilitas yang seadanya. Sumber pendapatan daerah sangat mempengaruhi untuk meningkatkan pendapatan tersebut. Salah satunya yakni pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak daerah. Pajak daerah sebagai bagian pendapatan asli daerah serta merupakan penyumbang sumber pendanaan terbesar jika dibandingkan dengan penyumbang sumber pendapatan lainnya (Handayani dan Nuraina, 2012).

Dalam jenis pajak daerah kabupaten/kota, pajak hotel merupakan salah satu pajak daerah yang potensinya terus meningkat. Hal ini didukung dengan pertumbuhan yang substansial dari industri perhotelan dan perkembangan sektor jasa dan pariwisata yang menjadi komponen kebijakan untuk mendukung pengembangan bisnis, hiburan dan wisata. Pajak hotel ialah pajak yang dibayarkan untuk penyediaan layanan hotel. Pajak hotel berperan penting dalam PAD dan pajak hotel memiliki potensi besar bagi pertumbuhan PAD dan mendukung semua kegiatan dari pemerintah daerah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan merata. Didukung oleh hotel-hotel yang sudah selesai dibangun saat ini, akan menambah pendapatan pemerintah daerah.

Sumber : DJPK Kementerian Keuangan RI, 2022.

Gambar 1.2 Total Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Mengacu pada data yang dirilis DJPK Kemenkeu RI, capaian penerimaan pajak hotel setiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan. Dimana dari keseluruhan daerah di Provinsi Jambi, Kota Jambi berkontribusi pada penerimaan

0 10.000.000.000 20.000.000.000 30.000.000.000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

TOTAL PAJAK HOTEL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAMBI

PAJAK HOTEL

(20)

5 pajak hotel tertinggi yang setiap tahunnya meningkat dengan stabil. Pada tahun 2018 capaian total penerimaan pajak hotel tersebut meningkat 3,6 persen menjadi 15,9 milyar rupiah dengan capaian penerimaan pajak hotel Kota Jambi adalah Rp.

12.802.676.954 meningkat 27,17 persen dari tahun 2017. Total penerimaan pajak hotel kabupaten/kota meningkat lagi sebesar 4,79 persen tahun 2019 yakni 20,64 milyar rupiah, pada daerah Kota Jambi penerimaan pajak hotelnya juga meningkat kembali sebesar 37,64 persen menjadi Rp. 17.621.003.070, namun terlihat pada tahun 2020 penerimaan pajak hotel kabupaten dan kota di Provinsi Jambi turun signifikan dengan tingkat perkembangan -7,27 persen. Ini dikarenakan pandemic covid-19 sehingga masyarakat memilih untuk dirumah saja dibandingkan berwisata atau berpergian dengan demikian pengunjung yang menginap dihotel pun menurun, usaha perhotelan mengalami kebangkrutan dan akhirnya gulung tikar. Penerimaan pajak hotel Kota Jambi terjadi penurunan yang signifikan sebesar -37,82 persen menjadi Rp. 10.957.099.122.

Kemudian tahun 2021 kembali mengalami peningkatan yang cukup drastis yakni total penerimaan pajak hotel kabupaten/kota mencapai 22 milyar rupiah. Di tahun 2021 penerimaan pajak hotel tertinggi juga diraih oleh Kota Jambi dengan peningkatan 84,54 persen atau menjadi sebesar Rp. 20.220.000.000 dari tahun- tahun sebelumnya, di tahun yang sama peningkatan penerimaan pajak hotel diikuti daerah Kabupaten Bungo sebesar Rp. 1.292.200.000 atau naik 25,48 persen.

Sementara terlihat penerimaan pajak yang terkecil yakni Kabupaten Tanjung Jabung Timur selama 4 tahun terakhir (2018-2021), penerimaan pajak hotelnya mengalami fluktuasi ditahun 2018 menurun sebesar -14,75 persen dengan jumlah Rp. 5.200.000, ditahun 2019 meningkat menjadi Rp.7.880.000 atau naik sebesar 51,54 persen, lalu kembali menurun di tahun 2020 sebesar -36,55 persen yang menjadi Rp. 5.000.000. di tahun selanjutnya 2021 meningkat menjadi Rp 6.000.000 atau naik 20,00 persen.

Meskipun terdapat fluktuasi dalam pencapaian pertumbuhan pendapatan asli daerah, namun potensi pajak hotel terus dimaksimalkan dan perlu diperhatikan sekaligus bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pungutan pajak hotel. Dalam

(21)

6 rangka peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut perlu mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penerimaan pajak hotel setiap daerahnya serta juga akan berdampak pada peningkatan PAD.

Provinsi Jambi memiliki potensi wisata yang sangat beragam dan modal tersebut merupakan aset penting bagi perkembangan industri perhotelan.

Keberadaan potensi ini cukup besar untuk menjadi andalan kedatangan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, dan kedatangan wisatawan dapat dilihat dari beberapa indikator bahwa pertumbuhan bisnis dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar daerah tujuan wisatawan.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2022.

Gambar 1.3 Total Jumlah Wisatawan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Jumlah wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara Kabupaten/Kota Provinsi Jambi terlihat berfluktuatif dengan pertumbuhan yang cukup stabil setiap tahunnya. Perkembangan kunjungan wisata baik lokal maupun mancanegara dilihat dalam waktu dua tahun terakhir yakni 2019 dan 2020 terjadi penurunan diakibatkan dampak pandemi covid-19 hal tersebut dialami bukan hanya menurunnya jumlah kunjungan ke kabupaten/kota Provinsi Jambi melainkan terhadap jumlah wisatawan lokal di Indonesia dan mancanegara akibat pemberlakuan akses masuk baik dari dalam maupun luar negeri. Penurunan tersebut bisa dilihat dari jumlah wisatawan lokal dan mancanegara dari tahun 2015-2018 yang terus mengalami pertumbuhan positif. Lalu tahun selanjutnya

0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Jumlah Wisatawan

(22)

7 yakni pada tahun 2021 pertumbuhan jumlah wisatawan lokal dan mancanegara kembali meningkat dengan pesat.

Dilihat data jumlah wisatawan di Provinsi Jambi tahun 2016 jumlah wisatawan tertinggi dibandingkan tahun lainnya yaitu sebesar 2.753.447 orang.

Secara keseluruhan daerah di Provinsi Jambi, Kota Jambi selalu mencapai jumlah kunjungan wisatawan tertinggi dengan mencapai 1.016.403 orang di tahun 2016.

Sementara di Provinsi Jambi jumlah wisatawan paling sedikit adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan jumlah 16.490 orang. Namun seiring berjalan waktu pasca pemulihan covid-19 kunjungan wisatawan lokal dan mancanegera berdasarkan kabupaten/kota Provinsi Jambi tahun 2021, data yang dihimpun dari dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi jambi jumlah pengunjung tertinggi tetaplah daerah Kota Jambi yakni dengan total sebanyak 270.444 orang, kemudian Kabupaten Kerinci 252.324 orang dan Kabupaten Merangin sebanyak 246.939 orang. Sementara jumlah keseluruhan wisatawan terendah yaitu Kabupaten Batanghari sebanyak 3244 orang dan Kota Sungai Penuh sebanyak 10.693 orang.

Peningkatan kunjungan wisatawan diharapkan dapat meningkatkan total pendapatan perkapita kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Perdagangan serta perhotelan adalah sektor menjanjikan yang menjadi penyumbang yang cukup besar terhadap pendapatan perkapita. Meningkatnya nilai pendapatan per kapita, maka akan meningkat sumber penerimaan daerah dengan potensi tersebut.

Besarnya nilai pendapatan per kapita akan meningkatkan kemakmuran suatu daerah. Dengan demikian masyarakat mendapat manfaatnya pendapatan masyarakat meningkat, hal ini dalam pajak hotel masyarakat memilik tingkat kemampuan masyarakat yang tinggi. (Putra, 2016) menyebutkan bahwa pendapatan per kapita dapat berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan penerimaan pajak hotel dan termasuk faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak hotel itu.

(23)

8 Sumber : BPS Kabupaten/Kota, Provinsi Jambi, 2022.

Gambar 1.4 Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Dapat dilihat dari gambar diata, pendapatan per kapita setiap daerahnya dari tahun 2015 sampai tahun 2021 menunjukkan tren kenaikan hal ini diikuti dengan peningkatan kemakmuran suatu daerah. Pada tahun 2016 hingga 2021 tidak ada daerah yang mempunyai pendapatan per kapita dibawah 30 juta rupiah. Hal ini berbeda dengan keadaan tahun 2015, dimana terhadap kabupaten/kota dengan pendapatan per kapita dibawah 30 juta rupiah yaitu Kabupaten Merangin sebesar 28,90 juta rupiah. Jika pada tahun 2015 Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki nilai pendapatan per kapita terbesar sebesar 94,78 juta rupiah yang terus tumbuh dan mencapai 131,125 juta rupiah pada tahun 2021 diikuti daerah lain yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 94,40 juta rupiah dan Kota Sungai Penuh sebesar 81,62 juta rupiah. Capaian pendapatan per kapita terendah pada tahun 2021 ialah Kabupaten Kerinci yakni sebesar 44,82 juta rupiah. Hal ini karena masih rendahnya dan terbatas dalam pengelolaan sumberdaya alam sehingga kecilnya kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dan pendapatan per kapita daerah tersebut juga rendah. Besarnya pendapatan per kapita yang menunjukan tingkat kesejahteraan di kabupaten/kota Provinsi Jambi.

Banyaknya kamar hotel juga dapat mempengaruhi realisasi pajak hotel.

Hotel sebagai sarana penunjang kenyamanan yang menyediakan layanan

- 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000 140.000.000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo

Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh

(24)

9 penginapan kepada wisatawan akan mampu menjadi salah satu kekuatan kegiatan industri perhotelan yang dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak hotel. Dengan bertambahnya jumlah kamar hotel serta banyaknya ketersediaan kamar hotel akan mempengaruhi penerimaan hotel. Jumlah kamar yang tersedia di hotel akan mempengaruhi keramahan hotel serta dalam penerimaan pajak daerah meningkat secara langsung seiring dengan kenaikan pajak hotel (Alisman 2015).

Tabel 1.1 Total Jumlah Hotel, Jumlah Kamar Hotel, dan Rata-rata Tingkat Hunian Hotel Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun Jumlah Hotel (unit)

Jumlah Kamar Hotel (unit)

Tingkat Hunian Hotel (%)

2015 184 3244 34,70

2016 199 3244 37,32

2017 207 3671 34,28

2018 232 4131 41,75

2019 236 4143 47,82

2020 232 4306 46,81

2021 234 3964 49,83

Sumber : BPS Kabupaten/Kota Provinsi Jambi dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2022.

Berdasarkan tabel diatas, terlihat pembangunan hotel dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir mengalami perubahan yang cukup berarti dan menunjukkan trend positif. Jumlah hotel di Provinsi Jambi terbanyak yakni pada tahun 2019 dengan jumlah 236 unit hotel, dengan daerah terbanyak hotelnya yaitu Kota Jambi dengan jumlah 99 unit hotel diikuti Kabupaten Bungo sebanyak 33 unit hotel, dan Kabupaten Merangin sebanyak 23 unit hotel. Banyaknya jumlah hotel pada daerah tersebut dipicu oleh tingginya minat para pengunjung antar daerah maupun mancanegara yang melakukan kegiatan wisata, pekerjaan, dan urusan pribadi sehingga diharuskan untuk menginap dan hotel pun juga berfungsi untuk banyak kegiatan tidak hanya untuk tidur menginap. Sementara daerah dengan jumlah hotel paling sedikit yaitu Kabupaten Muaro Jambi yang hanya terdapat 1 unit hotel pada daerah tersebut, lalu Kabupaten Tanjung Jabung Timur yakni sebanyak 6 unit hotel. Sedikitnya jumlah hotel yang ada pada daerah tersebut dikarenakan

(25)

10 pengunjung yang datang kedaerah tersebut melakukan kegiatan kunjungan wisata, urusan pekerjaan dapat dilakukan pulang pergi dan tidak perlu untuk menginap di hotel sehingga potensi pembangunan akan hotel sangat rendah.

Dengan meningkatnya jumlah hotel, maka laju pertumbuhan kamar hotel pada setiap daerah di Provinsi Jambi juga menunjukan trend positif serta meningkat setiap tahunnya. Ini juga sejalan dengan banyaknya jumlah hotel yang terdapat di Provinsi Jambi. Berdasarkan kabupaten/kota Provinsi Jambi selama jangka waktu 7 tahun yakni 2015-2021. Seiring bertambahnya jumlah hotel, jumlah kamar hotel pun ikut bertambah. Terlihat pada tahun 2019 sebanyak 4143 unit kamar hotel dan diduduki oleh Kota Jambi dengan jumlah 2097 unit kamar hotel. Pada tahun 2020 terdapat penurunan jumlah hotel menjadi 232 unit hotel, namun jumlah kamar hotel tidak ikut berkurang melainkan bertambah sebanyak 163 unit kamar hotel dengan total 4306 unit kamar hotel namun di beberapa daerah mengalami penurunan jumlah kamar hotel yaitu Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo dan Kota Jambi.

Pasca wabah covid-19 terlihat jumlah hotel tahun 2021 bertambah 2 unit hotel menjadi sebanyak 234 unit hotel akan tetapi jumlah kamar hotel berkurang menjadi 3.987 unit kamar hotel tetapi seiring berjalannya waktu pertumbuhan pembangunan kamar hotel kembali meningkat di Kabupaten Sarolangun sebanyak 261 unit dengan jumlah sebelumnya 212 unit. Jumah kamar hotel terbanyak di Kota Jambi sebanyak 1556 unit. Terdapat beberapa daerah yang mengalami penurunan yang signifikan pada jumlah kamar hotel daritahun sebelumnya. Hal tersebut dialami dengan sebab adanya virus covid-19 pada tahun sebelumnya yang berimbas pada tahun 2021 dan pemerintah pun memberlakukan kebijakan pembatasan akses aktivitas diluar rumah sehingga pengunjung yang akan menginap berkurang membuat pemasukan hotel menurun dan kamar yang tersedia di hotel banyak di tutup dan pihak hotel akhirnya terpaksa mengurangi ketersediaan kamar.

Rudi (2001) menyatakan bahwa pariwisata, terutama aktivitas yang berhubungan dengan akomodasi ialah hotel, apabila wisatawan tinggal lebih lama

(26)

11 maka pendapatan hotel akan meningkat, dan sebaliknya. Hotel menyediakan kamar hotel bagi wisatawan yang ingin menginap, memberikan pelayanan terbaik.

Dengan pelayanan terbaik yang diberikan tersebut agar para tamu puas dan nyaman, maka akan mempengaruhi tingkat hunian hotel.

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, tingkat hunian hotel tahun 2015-2021, persentasenya cenderung terjadi peningkatan. Dilihat dari rata-rata tingkat hunian hotel persentasenya tertinggi ialah tahun 2019 dan juga melihat rata-rata tingkat hunian per kabupaten/kota di Provinsi Jambi dari tahun 2015 hingga 2021 yakni tertinggi pada Kabupaten Merangin sebesar 78,16 persen. Diikuti dengan Kota Sungai Penuh dengan tingkat hunian kamar hotel sebesar 59,26 persen. Tingkat hunian kamar hotel terendah yakni pada Kabupaten Batanghari dengan rata-rata 13,74 persen. Hal ini dikarenakan jumlah hotel dan kamar hotel di Kabupaten Batanghari sedikit. Tingkat hunian hotel merupakan hal penting dengan meningkatnya tingkat hunian, maka akan mendapat peluang besar untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan di industri akomodasi (Nawangsih dan Bandesa, 2013).

Adanya potensi pajak yang relatif besar diharapkan dapat sebagai kekuatan Provinsi Jambi untuk meningkatan penerimaan pajak hotel dan PAD. Dalam rangka peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut dengan mengetahui variabel jumlah wisatawan, pendapatan per kapita, jumlah kamar hotel, dan tingkat hunian hotel pada latar belakang dapat dikatakan dapat mempengaruhi penerimaan pajak hotel, sehingga besarnya penerimaan pajak hotel bisa mencapai tujuan utamanya untuk meningkatkan terhadap pendapatan asli daerah. Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul penelitian

“Determinan Penerimaan Pajak Hotel Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi”.

(27)

12 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini yakni :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel kabupaten/kota di Provinsi Jambi ?

2. Bagaimana pengaruh penerimaan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Provinsi Jambi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel kabupaten/kota di Provinsi Jambi.

2. Untuk menganalisis pengaruh penerimaan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Provinsi Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini sebagai referensi yang memberikan wawasan bagi pemerhati pajak hotel pada kabupaten/kota.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bagi pemerintah kabupaten/kota khususnya Badan Pengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel.

(28)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keuangan Negara

Negara sebagai badan hukum publik, memiliki fungsi yang wajib diembannya sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan tujuan negara tersebut tidak dapat terlaksana bila tidak ditopang keuangan negara sebagai pembiayaannya. Dengan demikian, keuangan negara sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan tugas negara yang merupakan tanggung jawab pemerintah.

A. Konsepsi Keuangan Negara

Menurut Wahyuningsih (2020) dan Rahayu (2010), Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Menurut Van der Kemp dalam Mustaqiem (2017) menyatakan bahwa keuangan negara ialah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik berupa uang maupun barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak tersebut.

Anggara (2016) menjelaskan keuangan negara adalah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah, yang meliputi uang dan barang yang dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan/atau yang dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-badan usaha, yayasan, maupun institusi lainnya. Secara ringkas, keuangan negara ialah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, yang dapat dijadikan milik negara. Dalam hal ini negara mempunyai hak yang dapat dinilai dengan

(29)

14 uang, seperti mengenakan pajak kepada warga negara, mencetak uang kertas ataupun logam, dan mengadakan pinjaman paksa kepada warga negara. Selain itu adapun kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang adalah menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat dan kewajiban membayar atau hak-hak tagihan pemborong, setelah barang/bangunan diterima dengan baik oleh instansi pemesan.

Sebagai sumber pembiayaan terhadap pelaksanaan tugas negara, keuangan negara didefinisikan berdasarkan Peraturan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 1 Angka 1 Tentang Keuangan Negara. Adapun pengertian keuangan negara sebagaimana dimaskud adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Substansi hukum yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 1 Angka 1 Tentang Keuangan Negara tersebut dirincikan sebagai berikut :

1. Semua hak negara dapat dinilai dengan uang dalam pelaksanaan hak negara;

2. Semua kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dalam pelaksanaan kewajiban negara;

3. Uang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban negara; dan

4. Barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban negara tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 1 Angka 1 Tentang Keuangan Negara juga dijelaskan pengertian keuangan negara yang dapat ditinjau dalam arti luas ataupun dalam arti sempit. Penetapan keuangan negara dalam arti luas tidak terlepas dari pendekatan yang dilakukan secara normatif. Oleh karena itu, keuangan negara dalam arti luas meliputi satu kesatuan tak terpisahkan; a) anggaran pendapatan dan belanja negara, b) anggaran pendapatan dan belanja daerah, c) keuangan negara pada Badan Usaha Milik Negara, dan d) badan usaha

(30)

15 milik daerah. Namun, pada konsep keuangan negara dalam arti sempit hanya tertuju pada anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran negara yang ditetapkan setiap tahun dalam bentuk undang-undang dan yang dikelola oleh tiap- tiap badan hukum dan dipertanggungjawabkan masing-masing (Saidi, 2021).

B. Ruang Lingkup Keuangan Negara

Pada hakikatnya, keuangan negara sebagai sumber pembiayaan dalam rangka pencapaian tujuan negara tidak boleh dipisahkan dengan ruang lingkup yang dimilikinya. Ruang lingkup keuangan negara menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 2 ialah sebagai berikut (Saidi, 2021) :

1. Hak negara untuk memungut pajak;

2. Hak negara untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan 3. Hak negara untuk melakukan pinjaman;

4. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

5. Penerimaan negara;

6. Pengeluaran negara;

7. Penerimaan daerah;

8. Pengeluaran daerah;

9. Kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah;

10. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

11. Kekayaan pihak lain yag diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Ruang lingkup keuangan negara tersebut, dikelompokkan ke dalam tiga bidang pengelolaan yang bertujuan untuk memberi pengklasifikasian terhadap pengelolaan keuangan negara. Adapun pengelompokan pengelolaan keuangan negara sebagai berikut :

(31)

16 1. Bidang pengelolaan pajak;

2. Bidang pengelolaan moneter;

3. Bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

Penentuan keberadaan keuangan negara yang luas dan kompleks didasarkan beberapa sisi. Saidi (2021) menjelaskan lingkupnya dari beberapa sisi, yaitu sebagai berikut :

1. Sisi objek, yang dimaksud keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut;

2. Sisi subjek, keuangan negara adalah meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut diatas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara;

3. Sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut diatas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban;

4. Sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek segaimana tersebut diatas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

C. Sumber Keuangan Negara

Kemauan negara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, hanya sekedar cita-cita ketika tidak didukung oleh keuangan negara yang bersumber dari pendapatan negara yang pemungutannya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam arti pendapatan negara merupakan sumber keuangan negara yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan tugas pemerintah

(32)

17 dalam rangka pencapaian tujuan negara. Pencapaian tujuan negara tergantung dari pendapatan negara sebagai sumber keuangan negara yang diperuntukkan untuk membiayai pelaksanaan tugas tersebut.

Pendapatan negara tersebut terbagi dalam berbagai jenis. Adapun jenis pendapatan negara sebagai sumber keuangan negara sebagai berikut (Saidi, 2021):

1. Pajak negara yang terdiri dari : a. Pajak penghasilan

b. Pajak pertambahan nilai barang dan jasa c. Pajak penjualan atas barang mewah dan d. Bea materai

2. Bea dan cukai yang terdiri dari : a. Bea masuk

b. Cukai gula c. Cukai tembakau

3. Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri dari :

a. Penerimaan yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam b. Penerimaan dari pelayanan

c. Penerimaan dari pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan d. Penerimaan dari pengelolaan barang milik negara

e. Penerimaan dari pengelolaan dana f. Penerimaan dari hak negara lainnya D. Pengelolaan Keuangan Negara

Keuangan negara yang ditetapkan dalam dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) wajib dikelola berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengelolaan keuangan negara merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Presiden dan pembantunya. Pengertian pengelolaan keuangan negara berdasarkan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 6 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan

(33)

18 kewenangannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban (Saidi, 2021).

Pengelolaan keuangan dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara di mana pengelolaan keuangan dilakukan secara tertib, taat pada peraturan, efisien, efektif, ekonomis, transparan, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan sebagai prinsip yang harus dipegang dalam pengelolaan keuangan negara. Salah satu indikator terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) adalah terdapatnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara.

Pemegang kuasa atas pengelolaan keuangan negara berada di tangan Presiden yang selanjutnya dapat mendelegasikan kewenangannya kepada menteri keuangan sebagai pemegang kewenangan perbendaharaan dan kepada Menteri/Ketua lembaga negara sebagai pemegang kewenangan administratif yang dilakukan secara terpisah dalam rangka menciptakan akuntabilitas dan terselenggaranya saling uji dalam pengelolaan keuangan Negara.

Terdapat juga beberapa asas pengelolaan keuangan negara yang bersifat best practice dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 antara lain (Saidi, 2021) :

1. Asas akuntanbilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pengelola keuangan negara;

3. Asas proposionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara

(34)

19 dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah asas yang memberikan kebebasan bagi Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara dengan tidak boleh dipengaruhi oleh siapa pun.

2.1.2 Keuangan Daerah

Sektor keuangan ialah sebagai faktor terpenting untuk mengukur tingkat otonomi daerah. Situasi keuangan daerah menentukan bentuk dan jenis pelaksanaan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Salah satu hal penting dalam tolak ukur untuk benar-benar memahami kemampuan suatu daerah dalam mengelola rumah tangganya sendiri dilihat dari keberhasilan kemampuan sektor keuangan.

Satu diantara faktor lain, yang menjadi faktor penting dalam pengembangan urusan daerah ialah kemampuan keuangan daerah. Dalam sektor keuangan dapat dikatakan bahwa sektor keuangan ini merupakan sebagai faktor penting terkait tingkatan kemampuan suatu daerah dalam terlaksananya otonomi tersebut.

Mengenai pentingnya situasi keuangan daerah ini, Pamudji dalam Kaho (2007) menekankan bahwa tidak bisa tanpa biaya yang cukup untuk dapat memberikan pelayanan serta mengembangkan rumah tangganya sendiri, sehingga pemerintah daerah untuk menjalankan tanggungjawab akan fungsinya tidak akan terlaksana dengan baik, efektif serta efisien.

Keuangan daerah berarti hak dan kewajiban daerah, yang bisa dinyatakan dalam bentuk uang, dan digunakan sebagai sumber daya daerah dalam distribusi, pengendalian pendapatan dan pengeluran pemerintah yang dilaksanakan dalam satu kesatuan sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta juga dijadikan sebagai kekayaan daerah, selagi tidak menguasai dan tetap bersifat nasional dan pihak lainnya tentu harus mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku. Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan

(35)

20 Keuangan Daerah, memberi pengertian mengenai keuangan daerah yang dimaksud pengelolaan segala hak dan kewajiban daerah yang terlibat dalam lingkup pemerintahan daerah, dinyatakan dalam bentuk uang, dan segala bentuk yang berkaitan dengan kekayaan, hak dan kewajiban daerah.

Hal ini terlihat bahwa kepercayaan yang diterima oleh pemerintah daerah dalam mengelola sendiri keuangannya dapat menjadi sebuah peluang besar bagi pemerintah daerah yang secara mandiri dapat mengeksplorasi sega potensi yang dimiliki demi kemajuan daerahnya. Itu juga didasari pada pemerintah daerah yang dengan benar-benar mengerti kondisi dan kebutuhan daerahnya.

Tujuan pengawasan pemerintah daerah atas keuangan daerah ialah mengenai bagaimana pengelolaan sumber dana keuangan daerah, kemakmuran daerah, dan optimalisasi terkait pelayanan kepada masyarakat yang semakin efisiensi dan efektivitas. Ruang lingkup keuangan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 meliputi : 1) Pemerintah daerah memungut pajak daerah dan retribusi daerah dan memberikan pinjaman daerah; 2) Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan membayar tagihan pinjaman pihak ketiga; 3) Penerimaan daerah; 4) Pengeluaran Daerah; 5) Kekayaan Daerah termasuk kekayaan yang dipisahkan oleh perusahaan daerah, berupa uang, surat berharga, piutang, barang-barang dan hak-hak lain yang dapat dinyatakan dalam uang yang dikelola sendiri atau orang lain; 6) Kekayaan daerah yang dikuasai oleh pemerintah daerah untuk pelaksanaan tugas pemerintahan daerah atau untuk kepentingan umum.

Secara sederhana, ruang lingkup keuangan daerah ialah keuangan daerah yang dikelola langsung yakni APBD dan termasuk barang yang dimiliki oleh sebuah lembaga atau institusi daerah serta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) masuk dalam kekayaan daerah yang dipisahkan (Abdul Halim, 2012).

Dalam semua urusan ataupun kegiatan yang dilaksanakan pemerintah tentu diperlukannya biaya untuk kelancaran suatu kegiatan tersebut. Dengan demikian, pentingnya dan sangat diperlukan pengelolan keuangan daerah yang maksimal

(36)

21 agar penggunaannya lebih tepat dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tidak menyimpang dari hal itu. Keuangan daerah sebagai instrumen penyelenggara otonomi daerah dalam upaya mencapai kesejahteraan dan pembangunan yang merata di semua daerah. Keuangan daerah memegang peranan yang sangat penting terkait otonomi daerah, sebab pada prinsip otonomi penggunaan keuangan daerah akan mencerminkan bagaimana kemampuan daerah dalam proses mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerah.

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menetapkan prinsip- prinsip umum pengelolaan keuangan daerah diantaranya tertib, taat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel yang memperhatikan pengelolaan keuangan masyarakat dan daerah. Dalam penjelasannya ialah pengelolaan keuangan daerah harus tepat waktu dan efektif, didukung oleh bukti administratif yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan keuangan daerah. Untuk mencapai hasil yang maksimal dengan yang direncanakan dan tujuan yang telah ditentukan dapat menggunakan masukan yang serendah-rendahnya, dan agar lebih efektif dapat membandingkan antara capaian dan hasilnya. Memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah secara ekonomis dan transparan, merupakan prinsip terbuka agar publik mengetahui keluasan dan akuntabilitas keuangan daerah. bentuk tanggung jawab seseorang untuk mengelola dan mengendalikan sumber daya serta melaksanakan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam suatu sistem keseluruhan yang tertuang dalam APBD terdapat asas- asas yang diterapkan yaitu pertama asas keadilan yang berarti adil dalam menyeimbangkan penbagian kekuasaan dan pembagian dana dan/atau pembagian hak dan kewajiban sesuai pertimbangan objektif, kedua asas kepatuhan, yaitu tindakan atau suatu sikap yang dilakukan secara adil dan proporsional dan asas ketiga kepentingan, dimana asas tersebut mengacu pada kepentingan yang memberikan manfaat untuk masyarakat dalam maksud lain keuangan daerah mengutamakan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketiga asas tersebut setiap

(37)

22 tahun ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah serta yang tertuang dalam perannya keuangan daerah akan bisa membuat lebih mampu untuk peningkatan kesiapan daerah terkait mendorong pertumbuhan otonomi daerah yang lebih otentik serta bertanggung jawab.

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah suatu daerah diperoleh serta bersumber dari potensi daerahnya sendiri dan sebagai bagian pendapatan daerah. Pendapatan ini dipungut sesuai dengan peraturan daerah dan undang-undang. Kewenangan untuk mengelola aset milik negara sesuai dengan undang-undang keuangan negara dilaksanakan oleh wakil pemerintah yang telah dipisahkan oleh menteri keuangan.

Sedangkan kepala pemerintahan daerah yakni gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas aset yang dananya berasal dari APBD.

Pada masa kini, otonomi daerah memiliki kepercayaan dalam bertanggung jawab untuk mengatur keuangannya serta segala urusan kepentingan daerahnya.

Bisa dikatakan bahwa terlaksananya otonomi daerah dengan baik dilihat dari pengelolaan keuangan maka dari itu pemerintah daerah harus mampu melakukan dengan maksimal. Maka dari itu, suatu daerah mempunyai wewenang dan tanggung jawab dengan tujuan agar mandiri dalam mengurus daerahnya juga mengharuskan untuk memperoleh sendiri sumber-sumber keuangan, pengelolaan kegunaan keuangan untuk pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.

Semakin bertambahnya tugas dan tanggung jawab dalam urusan pemerintahan yang diberikan kepada daerah dengan jumlah besar seperti pemindahan pegawai, peralatan, dana dan dokumen. Di sisi lain, dana perimbangan diartikan sebagai dana yang dialokasikan oleh pemerintah kepada daerah guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Meskipun dengan jumlah yang relatif cukup, namun daerah perlu lebih inovatif untuk meningkatkan PAD.

Sehingga daerah harus mampu memaksimalkan potensi PAD tidak terlepas

(38)

23 dengan terus menggali sumber terbesar PAD serta tentunya dalam lingkup peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Warsito dalam (Putra, 2018), pendapatan asli daerah didefinisikan bahwa pendapatan tersebut diperoleh serta pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah suatu daerah. Pajak daerah, retribusi daerah, keuntungan dari hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pendapatan daerah lainnya yang sah ialah sumber- sumber pendapatan bagi pendapatan asli daerah. Lalu pendapatan asli daerah juga didefinisikan sebagai dana untuk pelaksanaan otonomi daerah yang diperoleh dari hasil penerimaan pajak daerah, pembagian hasil pengelolaan kekayaan daerah tersendiri, dan pendapatan utama daerah lainnya yang sah ( Rahman, H., 2005).

Sumber pendapatan yang memanfaatkan dan mengoptimalkan seluruh potensi daerah yang digali dari suatu daerah juga mengikuti ketetapan peraturan daerah serta perundang-undangan yang telah diberlakukan secara umum mengartikan pendapatan asli daerah. Pada hakikatnya, pendapatan asli daerah adalah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang juga menjadi salah satu sumber pendanaan pembangunan daerah dengan kebijakan fiskal daerah. Bagi keberlangsungannya pemerintahan dan pembangunan daerah sehingga menjadikan peningkatan hasil PAD tersebut untuk dapat digunakan saat menyelenggarakannya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan juga agar ketergantungan memperoleh dana dari sumber lain terminimalisir. Oleh karena itu, terus berupaya agar mencapai peningkatan pendapatan asli daerah tentu harus melihat pandangan yang lebih luas bukan hanya dilihat dari pandangan daerah sendiri, juga melihat dari perspektif perekonomian indonesia.

Selanjutnya pendefinisian pendapatan asli daerah yang juga disebut PAD yakni penerimaan yang didapat dari sektor pendapatan daerah sangatlah penting, hal ini dikarenakan suatu daerah diharuskan bertanggung jawab atas kewajiban tugasnya untuk pemerintah dan pembangunan daerah dalam menjalankan dan membiayai kegiatannya tentu melalui pendapatan daerah tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, dijelaskan apabila tingginya peranan PAD dalam struktur keuangan daerah, yang berarti bahwa saat akan melaksanakan kegiatan

(39)

24 pembangunan daerah mempunyai kemampuan keuangan yang dimiliki oleh daerah juga tinggi (Firdausy, C. M, 2017) Maka dari itu Yani, A (2013) menyatakan mengenai PAD ialah perlunya peningkatan penadapatan tersebut setiap tahunnya yang diperoleh daerah dari pemerintah daerah yang melakukan pungutan sesuai peraturan daerah. Hanya melalui meningkatnya pendapatan asli daerah agar tujuan dalam memperoleh pendanaannya yang akan digunakan untuk melaksanakan otonomi daerah serta mewujudkan asas desentralisasi suatu daerah dengan memberikan secara kebebasan.

Tujuan utama dari kebijakan desentralisasi ialah untuk mendukung kebijakan makro strategis nasional di satu sisi, dan desentralisasi akan melalui proses pendelegasian yang penting karena pemerintah mendesentralisasikan provinsi di sisi lain. Melainkan, tujuan dari otonomi daerah juga agar dapat melaksanakan pembangunan ekonomi daerah yang efektif bisa dipercepat oleh pelaku dan potensi ekonomi daerah dapat meningkat. Selanjutnya dengan melandasi prinsip desentralisasi dan otonomi daerah tujuan lainnya menyatakan melalui anggaran pendidikan yang tersedia dan memadai dalam otonomi daerah digunakan agar kualitas sumber daya manusia pada suatu daerah meningkat sejalan dan berkaitan dengan potensi dan kepentingan daerah serta pembangunan di seluruh daerah juga terjadi peningkatan yang lebih pesat (Carunia, 2017).

Dengan memperluasnya peran pendapatan asli daerah yang terus berkembang dan berjalan dalam urusan membiayai kegiatan rumah tangga pemerintah mengharuskan agar lebih mandiri. Dengan demikian pemerintah kabupaten diberikan tanggung jawab dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban guna secara efektif mengembangkan potensi daerah dan mengelola mengelola pendapatan daerahnya, terutama pendapatan asli daerah (PAD) itu sendiri.

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 285, menyatakan sumber-sumber terkait pendapatan asli daerah. Berikut penjelasan terkait hal tersebut yakni :

(40)

25 1. Pajak Daerah

Sebagaimana penjelasan pajak daerah ialah pungutan yang wajib dipungut tanpa kompensasi langsung kepada orang pribadi ataupun badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah diseimbangkan dalam rangka mendanai penyelenggaraan daerah. Hal terkait pengertian pajak daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 dalam pasal 1 Ayat 6. Kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah terkait mengenakan pajak daerah. Terdapat jenis pajak daerah yang berbeda-beda dengan dibagi menjadi dua yakni pajak daerah provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota.

Sesuai dengan isi dari undang-undang terkait pajak daerah diatas ialah penjelasan yang termasuk dalam kategori pajak daerah provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan berair, biaya pemindahan nama kendaraan bermotor dan kendaraan berair, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan penggunaan air tanah dan air permukaan ialah yang termasuk dalam pajak daerah provinsi. Kemudian yang termasuk dalam pajak daerah kabupaten/kota diantaranya pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak galian kelas C, dan biaya parkir. Mendasari pertimbangan keputusan bahwa biasanya pemungutan pajak tersebut dilakukan hampir seluruh daerah dengan menggunakan cara terbaik untuk mengenakan pajak.

Pajak daerah adalah pajak yang bersifat wajib atas suatu daerah yang ditanggung oleh perseorangan ataupun kelompok hasil pemasukan pungutan itu dimanfaatkan dengan tujuan sebesar-besarnya atas kemajuan tingkat kesejahteraan rakyat, diketahui secara hukum berlaku untuk diterima tanpa imbalan secara langsung (Mardiasmo, 2018).

2. Retribusi Daerah

Sebagaimana terkait pajak daerah, dalam hal pengendalian pemerintah dan pembangunan daerah retribusi menjadi sumber pendanaan dalam rangka peningkatan serta menyeimbangkan kemakmuran rakyat. UU No. 28 Tahun 2009 pada pasal 1 ayat 64, terkait dimaksudkan retribusi daerah yang disebutjuga retribusi ialah pembayaran khusus mengenai jasa atau izin tertentu yang hanya dilakukan oleh pemerintah daerah demi kepentingan pribadi atau badan. Dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan kejadian infeksi saluran kemih 11 kasus (22%) pada pemasangan kateter menetap 12 jam pasca seksio sesarea sedangkan bila pemasangan menetap 24

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai cadangan devisa Indonesia pada akhir April sebesar USD123,2 miliar, naik dari posisi di akhir Maret sebesar USD121,8 miliar.. Posisi cadangan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakter biokimia Protein 100 kDa dari membran spermatozoa kambing

26 Muhammad Abgari Properti Sukardi, Israr & Rekan 27 Muhammad Adlan Properti Muhammad Adlan & Rekan 28 Muhammad Agus Properti Satria Iskandar Setiawan dan Rekan 29

46 BINA QURANI NURAENI V JAJANG KAMALUDIN SWASTA BOJONG KONENG 04 06 CAMPAKA.. 47 AL HASANAH V INSAN ANSYORI SWASTA BOJONG KONENG 06

 #itrogliserin sublingual da%at diberikan dengan aman dengan dosis (,7 mg dan da%at diberikan sam%ai 9 dosis dengan interval 8 menit$ Selain mengurangi nyeri dada, #TG *uga da%at

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan adalah sebagai alat untuk memilih, merencanakan untuk masa yang akan datang, cara untuk mengalokasikan sumber

Sistem penanaman yang digunakan didominasi (82,35 persen) oleh sistem polikultur. Sedangkan 17,64 persen petani menggunakan sistem monokultur. Petani yang