• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN SOSIAL

4.1 Pandangan Kelompok Etnik Tionghoa

Pandangan sosial merupakan penilaian terhadap kelompok tertentu yang biasanya didasarkan pada sesuatu hal, seperti: makanan, pakaian, tempat tinggal, gaya hidup, kondisi perekonomian, dan bahasa. Sebagaimana prasangka menurut teori Belajar Sosial, pandangan ini biasanya juga merupakan sesuatu yang dipelajari seperti halnya individu belajar nilai-nilai sosial yang lain. Prasangka biasanya diperoleh melalui prosses sosialisasi. Banyak orang yang menginternalisasikan norma-norma mengenai stereotipe dan perilaku antar kelompok yang ditetapkan oleh orangtua dan teman sebaya. Selain dari orang tua dan teman sebaya, media massa juga menjadi sumber untuk mempelajari stereotipe dan prasangka.

Pandangan sosial ini berbeda dengan prasangka, letak perbedaannya adalah prasangka merupakan penilaian-penilaian terhadap kelompok-kelompok tertentu yang cenderung negatif. Sedangkan pandangan sosial adalah penilaian terhadap kelompok-kelompok tertentu yang bisa cenderung positif dan bisa juga cenderung negatif.

Berikut ini merupakan kumpulan pandangan positif dan negatif kelompok etnik Tionghoa terhadap kelompok etnik Melayu yang didasarkan pada gaya hidup atau perilaku sehari-hari.

4.1.1 Pandangan Positif Terhadap Kelompok Etnik Melayu

1. Kelompok Etnik Melayu Religius

Seluruh kelompok etnik Melayu adalah penganut agama Islam, dan begitupun dengan kebudayaannya yang didominasi oleh nilai-nilai Islam, seperti misalnya pakaian adat Melayu terdapat kopiah yang selalu dipakai oleh kaum lelaki, dan kerudung yang selalu digunakan oleh kaum perempuan. Dalam upacara adat juga tidak pernah terlepas dari nilai-nilai Islam misal pada saat acara meminang wanita selalu diawali dengan salam, dan tak ketingalan budaya berbalas pantunnya yang selalu di dalamnya terdapat pesan edukasi untuk taat beragama dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan-larangan dari Allah Swt. Dalam amatan penulis tampaknya hal demikianlah yang menjadi alasan kelompok etnik Tionghoa memandang bahwa kelompok etnik Melayu religius, atau taat beragama.

2. Kelompok Etnik Melayu Dekat Dengan Tradisi

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kelompok etnik Melayu memang tidak terlepas dari tradisinya, misal seperti menggunakan bahasa tradisionalnya ketika bertemu dengan sesama kelompoknya, lalu kemudian selalu menggunakan tutur Melayu, atau sebutan untuk kerabat yang selalu digunakan ketika menyapa sesama kelompok etnik Melayu, contohnya: Bahyoung, Alang, Uteh, Ngah, Incek, dan sebagainya. Hal ini rupanya menjadi salah satu nilai positif kelompok etnik Melayu yang tidak luput dari perhatian kelompok etnik Tionghoa, dan kelompok etnik Tionghoa tidak sedikitpun merasa keberatan dengan kelompok etnik Melayu

yang terkadang menggunakan bahasa Melayu dalam berinteraksi dengan kelompok etnik Tionghoa sebab, kelompok etnik Tionghoa tidak mengalami kesulitan dalam mencerna bahasa Melayu, bahkan menurut pengakuan beberapa kelompok etnik Tionghoa bahasa Melayu itu selalu enak didengarkan, hanya dengan mendengarkan bahasa Melayu, atau orang Melayu berbicara dengan bahasa Melayu kelompok etnik Tionghoa sudah merasa terhibur.

3. Generasi Muda Kelompok Etnik Melayu Solid, dan Menghargai Orang Yang Lebih Tua

Terlepas dari berbagai polemik yang di dalamnya terlibat generasi muda kelompok etnik Melayu, ada hal positif yang menjadi perhatian kelompok etnik Tionghoa pada generasi muda kelompok etnik Melayu, yaitu anak-anak muda orang Melayu itu memiliki kesolidan yang cukup baik, hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa acara perayaan yang dilaksanakan di desa Kota Pari dan sebagian besar anggota kepanitiaannya adalah anak-anak muda kelompok etnik Melayu pasti semuanya berjalan dengan baik, semua itu tidak mungkin dapat tercapai apabila tidak ada kesolidan di dalamnya. Kemudian, selain kesolidan anak mda Melayu yang cukup baik, anak-anak muda Melayu juga sangat menghargai orang-orang yang umurnya lebih tua dari mereka, penulis sendiri turut megamati hal ini selama melakukan pengumpulan data di lapangan, anak-anak muda kelompok etnik Melayu selalu berbicara dengan sopan kepada siapapun yang lebih tua dari mereka.

4. Totalitas Dalam Menolong

Kelompok etnik Melayu sangat senang membantu, diminta maupun tidak diminta. Bantuan yang diberikan juga sangat totalitas, misalnya dalam suatu acara pesta kelompok etnik Melayu rela membantu semua yang menjadi keperluan si penyelenggara pesta, dari mulai memasak makanan, hingga menjaga keamanan, bahkan anak-anak muda Melayu rela terjaga selama semalam suntuk untuk menjaga peralatan pesta di malam menjelang pesta. Hal tersebut merupakan nilai positif kelompok etnik Melayu yang juga menjadi perhatian kelompok etnik Tionghoa.

4.1.2 Pandangan Negatif Terhadap Kelompok Etnik Melayu

Ada begitu banyak pandangan positif kelompok etnik Melayu yang menjadi perhatian kelompok etnik Tionghoa, bukan berarti kelompok etnik Tionghoa tak memiliki pandangan negatif terhadap kelompok etnik Melayu.

Cukup sulit sebenanrnya untuk menggali hal ini secara langsung, kelompok etnik Tionghoa cenderung merahasiakan meskipun, penulis berusaha dengan cara yang berbeda seperti mengganti diksi dalam pertanyaan wawancara, tetap kelompok etnik Tionghoa lebih memiih mengatakan hampir tidak ada hal negatif yang ada pada kemlompok etnik Melayu. Satu-satunya pandangan negatif kelompok etnik Tionghoa terhadap kelompok etnik Melayu adalah sebagai berikut:

Motivasi Kerja Kelompok Etnik Melayu Rendah

Dalam pandangan kelompok etnik Tionghoa, kelompok etnik Melayu seperti tidak memiliki keinginan untuk bekerja dengan pekerjaan yang bagus,

tentu maksudnya bekerja di luar Desa Kota Pari. Kelompok etnik Tionghoa beranggapan bahwa kelompok etnik Melayu lebih memilih untuk tetap bekerja di dalam Desa Kota Pari, jarang sekali ada kelompok etnik Melayu yang mau mencari pekerjaan yang jauh lebih baik tentu, di luar Desa Kota Pari. Adapun jenis pekerjaan yang tersedia di Desa Kota Pari yang dominan adalah sebagai nelayan, petani, pekerja kandang, pekerja sektor pariwisata pantai, buruh bangunan, dan hanya sedikit yang beruntung bekerja di pemerintahan Desa Kota Pari. Sebagian dari jenis pekerjaan yang tersedia tersebut tergolong ke dalam jenis pekerjaan musiman, misalnya yang bekerja di kandang apabila selesai panen maka untuk sementara tidak memiliki pekerjaan atau tidak bekerja karna harus menunggu untuk masuk hewan ternak yang baru, kemudian juga dengan yang bekerja di sekotor pariwisata apabila sedang sepi pengunjung maka, si pemilik akan meminta untuk berhenti sementara.