• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Teori-teori Prasangka Sosial

1.6 Pengalaman Penelitian

Perjalanan penelitian ini dimulai pada saat penulis memperoleh persetujuan dari ketua departemen Program Studi Antropologi Sosial, dan sekaligus dosen pembimbing penulis untuk meneliti satu dari tiga topik penelitian yang penulis usulkan sebagai salah satu persyaratan administrasi agar dapat menyusun skripsi, adapun tiga topik yang penulis usulkan pada saat itu: 1) Joglo Tani: Studi Etnografi Tentang Komunitas Pertanian Berbasis Kearifan Tradisional Masyarakat Jawa, yang lokasinya di Jogjakarta; 2) Danyang: Studi Etnografi Mengenai Peran Serta Fungsi Makhluk Imajiner Bernama Danyang Pada Masyarakat Desa Mangga Dua, yang lokasinya di Kabupaten Serdang Bedagai; 3) Hubungan Antar Etnik Tionghoa dan Melayu: Studi Etnografi di Desa Kota Pari, yang lokasinya di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Dari pemaparan alasan yang disampaikan oleh penulis kepada ketua Program Studi dan sekaligus juga merupakan dosen pembimbing penulis, penulis diminta untuk meneliti pilihan yang ketiga.

Tahap selanjutnya untuk dapat melakukan pengumpulan data di lapangan maka, penulis harus terlebih dahulu menyusun proposal penelitian yang sudah dimulai oleh penulis sejak akhir tahun 2019, namun karena penulis mengalami beberapa kendala penulis baru dapat menyelesaikan penyusunan proposal pada awal bulan Agustus 2020. Adapun ide penelitian ini sebenarnya sudah lama dipikirkan oleh penulis dan merupakan lanjutan dari tugas penulis pada kuliah Seminar Penyusunan Proposal Penelitian, fenomena mengenai kehidupan kelompok etnik Tionghoa yang berdampingan dengan kelompok etnik Melayu di Desa Kota Pari sudah lama diamati oleh penulis, bahkan sebelum menempuh pendidika di Program Studi Antropologi di FISIP USU. Hinga saat topik mengenai hubunagn kelompok etnik Tionghoa dan Melayu ini diajukan oleh penulis, tidak pernah ditemukan oleh penulis informasi mauoun catatan sejarah yang menunjukan peristiwa ketegangan antara kelompok etnik Tionghoa dan Melayu di desa Kota Pari, hal tersebut lah yang menjadi alasan utama kenapa penulis tertarik untuk meneliti hubungan kelompok etnik Tionghoa dan Melayu yang hidup berdampingan di Desa Kota Pari.

Setelah memperoleh persetujuan dari dosen pembimbing penulis, penulis langsung mengajukan permohonan surat izin melakukan penelitian dari FISIP USU melalui website ASA, penulis memperoleh surat izin melakukan penelitian dari ASA pada tangal 04 November 2020, dan langsung saat itu juga penulis melakukan pengumpulan data di lapangan.

Setelah tiba di lokasi penelitian, penulis tidak langsung menuju ke kantor desa melainkan, berkeliling-keliling menyusuri desa untuk mengamati

pemukiman Desa Kota Pari, secara khusus penulis mengamati pemukiman kelompok etnik Tionghoa yang berdampingan dengan kelompok etnik Melayu.

Setelah mengelilingi dan mengamati desa selama satu hari penulis telah mengantongi informasi dusun-dusun yang di dalamnya terdapat kelompok etnik Tionghoa, dari pengamatan itu penulis mencatat bahwa tidak semua dusun yang ada di desa Kota Pari terdapat kelompok etnik Tionghoa, berbeda dengan kelompok etnik Melayu yang tersebar hampir ke seluruh dusun yang ada di Desa Kota Pari, kelompok etnik Tionghoa hanya terdapat di empat dusun dari total sebelas dusun yang ada Desa Kota Pari, dengan mengetahui dusun-dusun yang terdapat kelompok etnik Tionghoanya penulis berharap akan lebih memudahkan dalam melakukan pengumpulan data.

Keesokan harinya, setelah melakukan pengamatan sendiri, barulah penulis berkunjung ke kantor Desa Kota Pari untuk menyampaikan tujuan penulis yaitu melakukan penelitian di Desa Kota Pari, pada hari itu penulis bertemu langsung dengan sekretaris desa yaitu Bapak Hambali dan juga beberapa perangkat desa yang kebetulan sedang bekerja, karna selama pandemi pak Hambali mengatakan jarang bekerja di kantor. Penulis menyampaikan secara singkat mengenai topik penelitian penulis kepada pak Hambali, dan tujuan penulis disambut dengan baik oleh pak Hambali saat itu, hal itu dibuktikan dengan bersedianya pak Hambali memberikan rekomendasi orang-orang yang dianggap mumpuni untuk memberikan informasi terkait dengan topik penelitian penulis, beberapa diantaranya yaitu ada Bapak Tuang Guru yang tokoh masyarakat kelompok etnik Melayu Desa Kota Pari, kemudian Pak Khock Kheng atau Samidi yang

merupakan orang yang dituakan oleh kelompok etnik Tionghoa, dan untuk lebih memudahkan penulis dalam menemui informan, Pak Hambali memperkenalkan penulis dengan Pak Nasrul, Pak Nasrul adalah salah satu perangkat Desa Kota Pari yang cukup dikenal oleh hampir semua penduduk Desa Kota Pari, Pak Nasrul sendiri merupakan kelompok etnik Melayu tapi beliau juga sangat dekat dengan kelompok etnik Tionghoa, melalui Pak Nasrul lah penulis mudah untuk masuk ke pemukiman kelompok etnik Tionghoa untuk melakukan pengumpulan data. Pak Nasrul langsung menawarkan kepada penulis untuk langsung menemui kelompok etnik Tionghoa seperti yang di rekomendasikan oleh Pak Hambali tetapi, penulis menolak dengan alasan penulis ingin bercerita lebih banyak terlebih dahulu dengan Pak Nasrul karena, penulis berfikir Pak Nasrul cukup mumpuni sebagai informan awal penulis, maka dari itu penulis tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, penulis memanfaatkan kesempatan pada hari itu untuk membangun rapport sekaligus mengumpulkan banyak informasi awal dari Pak Nasrul untuk

dikembangkan di hari-hari berikutnya.

Tidak butuh waktu lama, dalam waktu satu hari penulis mampu membangun kedekatan/ rapport dengan Pak Nasrul, hal itu ditandai dengan ketersediaan Pak Nasrul untuk menemani penulis melakukan penelitian kapanpun penulis inginkan, Pak Nasrul merupakan sahabat semua Golongan, tentu untuk menemani kemanapun penulis melakukan pengumpulan data bukanlah hal yang sulit baginya, hal tersebut terbukti dengan selama penulis melakukan pengumpulan data dalam hal ini wawancara, tidak sekalipun penulis mengalami penolakan baik dari kelompok etnik Tionghoa maupun Melayu.

Meskipun penulis mendapatkan kemudahan karena bantuan Pak Nasrul, bukan berarti penulis tidak memiliki kesulitan. Tentu, pasti ada berbagai macam kesulitan yang penulis temui selama melakukan penumpulan data di lapangan Seperti, sulitnya menemui beberapa informan karena kesibukan informan tersebut, penulis harus mengunjungi rumah informan lebih dari sekali apabila sang informan sedang tidak berada di rumahnya, kemudian penulis juga harus sabar dalam menggali informasi khususnya dari kelompok etnik Tionghoa yang sepertinya menaruh kecurigaan terhadap penulis, hal itu ditandai dengan rasa keberatan dari kelompok etnik Tionghoa untuk menjawab beberapa pertanyaan dari penulis, tetapi penulis tidak kehabisan akal, penulis mengganti pertanyan penelitian dengan pertanyaan di luar penelitian, dan setelah informan merasa dekat penulis kembali menanyakan pertanyaan yang sebelumnya tidak dijawab oleh informan tetapi dengan diksi yang berbeda.

Meskipun ada beberapa kesulitan yang penulis temui selama melakukan penelitian di lapangan, penulis juga menemui pengalaman yang mengesankan selama melakukan penelitian di lapangan. Penulis terkesan dengan keramah-tamahan masyarakat Desa Kota Pari, baik kelompok etnik Tionghoa maupun Melayu, selama melakukan penelitian di lapangan penulis kerap kali disuguhi teh hangat oleh kelompok etnik Melayu, berbeda dengan kelompok etnik Tionghoa yang lebih sering menyuguhkan air mineral dalam kemasan dan buah-buahan yang merupakan hasil panen dari ladangnya sendiri. Hingga sampai saat ini meskipun penulis sudah selesai melakukan pengumpulan data di lapangan, tetapi hubungan penulis dengan para informan masih terjalin dengan baik, penulis

beberapa kali diundang oleh informan yang mengadakan hajatan. Selain menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai hubungan kelompok etnik Tionghoa dan Melayu, penulis juga mendapatkan relasi baru yang

sebelumnya merupakan informan penulis.

BAB II