• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARIWISATA TANJUNG LESUNG DAN KEDUDUKANNYA

B. Prosedur Umum Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan

VII. PENGEMBANGAN PARIWISATA WILAYAH PESISIR INDONESIA

2. PARIWISATA TANJUNG LESUNG DAN KEDUDUKANNYA

2.1 Arahan Pemanfaatan Ruang dan Pengembangan Wilayah Banten

Sesuai dengan UU No.24/1992 mengenai Penataan Ruang, kebijaksanaan pemanfaatan ruang di Wilayah Banten terklasifikasi atas dua bentuk kawasan fungsional utama yakni kawasan lindung dan kawasan budidaya. Oleh karena itu pembahasan mengenai arahan pemanfaatan ruang di Wilayah Banten akan dilihat berdasarkan pada arahan dua kawasan tersebut.

2.1.1 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Lindung

Kawasan Lindung di Wilayah Banten diarahkan seluas 285.268,26 Ha (30% dari luas Wilayah Banten seluruhnya) yang terdiri dari:

b. Menata kembali kawasan perlindungan setempat, terutama kawasan sempadan sungai dan sempadan pantai terutama di sepanjang Pantai Barat dan Pantai Selatan.

c. Mengendalikan pembangunan di kawasan yang terkategorikan sebagai kawasan rawan bencana (bahaya geologi seperti gempa, tsunami, dsb) di Kabupaten Pandeglang dan Lebak.

d. Mempertahankan kawasan cagar alam Gn. Tukang Gede, Yanlapa dan Cigenteng, serta kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gunung Halimun.

e. Mengembalikan fungsi kawasan pantai berhutan bakau, terutama di sepanjang pantai utara (Kabupaten Tangerang dan Serang) mencakup kawasan dengan jarak minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan pasang tertinggi dan terendah diukur dari garis surut terendah ke arah darat. 2.1.2 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya di wilayah ini diperkirakan akan mencapai luasan sebesar 642.142,94 Ha (70% dari luas Wilayah Banten seluruhnya) dengan rincian sebagai berikut:

a. Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah dengan sebaran di sepanjang kawasan pantai utara (Kabupaten Tangerang dan Serang), serta di beberapa kabupaten lainnya seperti Lebak dan Pandeglang (205.762 Ha)

b. Kawasan Perikanan darat dengan lokasi pengembangan di Serang, Pandeglang, Tangerang, dan Lebak.

c. Kawasan hutan produksi di Serang, Pandeglang, dan Lebak.

d. Kawasan tanaman pangan kering terutama di Serang, Pandeglang, Lebak dan Tangerang (344.147,62 Ha)

e. Kawasan Perkebunan terutama di Pandeglang dan Lebak f. Kawasan Pertambangan di Serang, Pandeglang, dan Lebak

g. Kawasan permukiman perdesaan dikembangkan di wilayah penunjang melalui pengembangan sistem permukiman perdesaan sebagai pusat produksi pertanian

h. Kawasan dan zona industri di Kabupaten Serang dan Tangerang seluas 14.510 Ha

i. Kawasan permukiman perkotaan skala besar di kabupaten Tangerang (19.000 Ha) serta Kabupaten Serang (13.600 Ha)

2.2. Rencana Pengembangan Banten

Kondisi dan potensi Wilayah Banten bagian utara banyak diwarnai oleh ekonomi perkotaan yakni aktifitas industri, perdagangan, dan jasa. Sedangkan Wilayah Banten bagian selatan diwarnai oleh kekuatan ekonomi perdesaan yakni aktifitas pertanian, pertambangan, perikanan laut, dan pariwisata. Dari gambaran kedua kondisi perekonomian tersebut melahirkan suatu kondisi kesenjangan pendapatan yang mengarah kepada kemiskinan. Di lain pihak banyak potensi sumberdaya Banten bagian selatan yang belum tergali secara optimal karena kurangnya aksesibilitas pemasarannya.

Memperhatikan gambaran tersebut di atas, kebijaksanaan yang telah dan sedang dilaksanakan pada Wilayah Banten diwujudkan dalam berbagai kelompok program. Salah satu rencana program pengembangan Wilayah Banten yang paling penting dan diharapkan menjadi stimulus pengembangan Banten Selatan adalah kebijakan pemerintah dalam bidang fisik dan prasarana, yang diantaranya adalah:

a. Rencana pengembangan perhubungan darat

- Rencana pengembangan jalan raya dengan pengembangan jalan tol Jakarta–Merak

- Peningkatan status dan fungsi jalan kabupaten menjadi jalan propinsi, yakni ruas jalan Sadang-Cileungsi-Parung-Babakan-Rangkasbitung-Ciomas-Anyer, dan ruas jalan Malingping-Muarabinuangan-Cibaliung-Labuan yang pelaksanaannya dalam kurun waktu perencanaan 5 tahun kedua (Thn 2000-2004).

b. Rencana pengembangan jalan kereta api

- Meningkatkan fungsi jalan kereta api Jakarta-Serang-Merak yang sampai sekarang belum ada peningkatan fungsi.

- Mengaktifkan kembali lintas cabang untuk angkutan masal penumpang dan barang yang melayani daerah Rangkasbitung–Pandeglang–Labuan. Rencana tersebut belum terwujud.

c. Rencana pengembangan pelabuhan udara, dengan meningkatkan fungsi Bandara Gorda sebagai pelabuhan udara yang melayani kegiatan ekonomi utama barat (Serang, Pandeglang, Lebak) khususnya untuk keperluan industri. Sampai saat ini pelabuhan tersebut belum mengalami peningkatan fungsi. Saat ini pelabuhan udara ini hanya berfungsi sebagai pelabuhan militer saja.

2.3. Karakteristik Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung 2.3.1. Kondisi Alam

Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Panimbang dan merupakan semenanjung kecil yang terletak pada deretan selatan kawasan pariwisata di Pantai Barat Selat Sunda sepanjang 15 Km, dengan luas area sebesar 1.500 Ha. Lokasi kawasan tersebut hanya berjarak 185 Km dari Jakarta, dan dapat ditempuh dengan kendaraan (mobil) melalui jalan tol Jakarta-Merak selama 3-4 jam. Kawasan ini dipengaruhi oleh arus pasang surut laut yang mengikuti keadaan atau konfigurasi pantai. Abrasi pantai telah terjadi di kawasan ini akibat kegiatan penduduk yang mengambil terumbu karang.

Kawasan ini mulai dikenal sejak dinyatakan sebagai daerah yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata pantai terpadu melalui suatu studi yang dilakukan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency). Studi tersebut kemudian ditindaklanjuti melalui studi-studi lainnya yang dilakukan oleh PT. Banten West Java TDC (BWJ), bekerja sama dengan PKF Singapore dan Frank Small & Associates. Studi-studi lanjutan tersebut mendukung studi sebelumnya, bahwa selain dari sisi daya tarik wisata, dari sisi bisnis, kawasan ini memiliki potensi pasar yang besar. Data statistik menunjukkan bahwa selama tahun 1992-1993, kawasan-kawasan wisata disekitarnya seperti Pelabuhanratu-Bayak-Malimping-Labuan-Anyer-Merak, telah dikunjungi sekitar 600.000 wisatawan. Besarnya kunjungan wisatawan tersebut masih jauh dari potensi kunjungan yang bisa dicapai, jika kaw asan wisata di daerah selatan dikelola dengan lebih baik.

Secara morfologis, Tanjung Lesung dapat dibagi menjadi tiga kategori kawasan yakni:

- Kawasan Perbukitan yang berada di bagian selatan, dirimbuni oleh tanaman keras dan terdapat juga permukiman penduduk serta tegalan yang tersebar dalam wilayah yang lebih kecil.

- Kawasan Daratan, merupakan kawasan yang berada di kaki sebelah utara perbukitan yang didominasi (60%) dataran kering. Kawasan ini dihuni oleh penduduk yang bermata pencaharian bertani dan berkebun. Sistem pertaniannya memanfaatkan curah hujan yang ada (sawah tadah hujan) dengan produksi pertanian sebesar 1,5 – 3,5 ton padi/Ha/th.

- Kawasan pesisir/pantai, yang berupa pantai batu gamping koral atau karang. Pada bagian teluk yang berupa pasir landai, banyak dijumpai karang mati. Apabila ditinjau dari aspek konversi alam, dapat dikatakan bahwa Wilayah Pesisir Tanjung Lesung sudah dalam kondisi rusak sebagai akibat pengeksplotasian oleh para penduduk.

2.3.2 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Secara administratif, Tanjung Lesung terletak di Desa Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang. Desa ini berpenduduk 5.073 jiwa (1.145 kk) yang menghuni wilayah sekitar 4.817 Ha dengan pertumbuhan 2,6 % per tahun. Sekitar 60 % kepala keluarga Desa Tanjungjaya bertempat tinggal di Wilayah Tanjung Lesung serta bermukim secara tersebar di berbagai kampung. Awalnya masyarakat yang tinggal di Tanjung Lesung

merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah yang kemudian membuka hutan dan menetap disana. Hal yang mencerminkan suasana perdesaan dengan tingkat kekeluargaan yang tinggi masih terlihat di kawasan tersebut, yakni dengan sifat gotong royong antar warga yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik.

Pada umumnya, penduduk di kawasan tersebut bermata pencaharian sebagai petani di sawah, lahan kering, dan sebagai nelayan. Penguasaan lahan pertanian oleh penduduk di Desa Tanjungjaya sangat bervariasi, yakni tanah negara, tanah girik, dan hak milik bersertifikat. Ada juga lahan yang dikuasai oleh orang luar desa. Sebagian penduduk (29%) menganggap lahan sebagai sarana produksi. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya proporsi peruntukan lahan pertanian dengan luas lahan keseluruhan yang dimiliki oleh para penduduk, yakni 93,2 % dari total lahan mereka yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

Dilain pihak, para penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan sangat ditunjang dengan keberadaan sarana tempat pelelangan ikan di Citeurep yang mempunyai kapasitas 104 bagan dan 12 perahu motor. Tingkat pendidikan penduduk diketahui masih sangat rendah yakni pada umumnya tamat SD. Hal ini disebabkan karena jumlah sarana pendidikan masih sangat terbatas, pendapatan rumah tangga yang rendah yang tidak mencukupi biaya pendidikan, ditambah lagi jauhnya lokasi SMP dan SMA (jaraknya sejauh 19 Km dari kantor desa). Sedangkan kondisi prasarana jalan yang buruk merupakan satu kendala tersendiri yang semakin memperburuk tingkat pencapaian pendidikan tersebut oleh masyarakat.

2.4 Konsep Pengembangan Wisata Tanjung Lesung

Kawasan wisata merupakan kawasan yang menyediakan fasilitas bagi keperluan pariwisata, seperti akomodasi, fasilitas rekreasi, sarana prasarana, dan seterusnya. Kawasan pariwisata murni adalah kawasan untuk kegiatan pariwisata. Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang didalamnya juga terdapat kegiatan komunitas pada umumnya. Kawasan pariwisata tidak perlu dianggap sebagai kawasan eksklusif apalagi tertutup namun harus terbuka bagi wisata atau pendatang.

2.4.1 Konsepsi

Konsep kawasan pariwisata Tanjung Lesung mempunyai luas lebih dari 1.500 Ha yang akan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata, nantinya diharapkan dapat menjadi penggerak timbulnya multiplier terhadap aktifitas-aktifitas ekonomi lainnya. Salah satu contohnya adalah keberadaan kampung-kampung wisata disekitar kawasan tersebut yang nantinya dapat mewujudkan Tanjung Lesung sebagai sebuah kota. Saat ini sudah direncanakan satu kampung, yakni Kampung Cikadu yang diharapkan menjadi bagian dari paket wisata yang dijual oleh pengelola Tanjung Lesung.

Tanjung Lesung mempunyai potensi wisata yang sangat besar dan akan ditetapkan sebagai Nusa Dua-nya Banten. Selain akan menjual keindahan pantai pesisir beserta fasilitas yang ada, secara eksternal terdapat obyek-obyek wisata yang akan dijual untuk para pengunjung melalui Kawasan Tanjung Lesung ini. Adapun obyek-obyek wisata tersebut adalah kawasan Ujung Kulon, Gunung Krakatau, dan Komunitas Masyarakat Badui yang kesemuanya merupakan obyek-obyek andalan yang patut untuk dijual.

Secara keselurahan sumber dana pembangunan kawasan pariwisata Tanjung Lesung diperoleh melalui bantuan grant Pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia berupa hasil kajian pengembangan Wilayah Tanjung Lesung yang ditawarkan kepada PT Banten West Java TDC untuk dibangun sebagai Kawasan Pariwisata Terpadu. Berdasarkan masterplan yang telah disusun dan disyahkan, maka Kawasan Pariwisata Terpadu Tanjung Lesung merupakan kawasan wisata berskala internasional, dengan luas 1.500 Ha dan rencananya akan dibangun dalam 4 tahap pembangunan (dalam jangka 15-20 tahun), dimana kawasan tersebut akan terdiri dari elemen-elemen sebagi berikut:

a. Beberapa resort hotel, bervariasi dari kualitas bintang 3 sampai 5, yang dikaitkan dengan berbagai aspek rekreasi seperti pantai, marina dan padang golf.

b. Beberapa pusat kegiatan rekreasi untuk menarik berbagai jenis tamu atau para pendatang, serta penduduk yang nantinya akan mewujudkan wilayah ini sebagai “integrated destination resort”

c. Sebuah bandar udara untuk mengantisipasi perkembangan jangka panjang

d. Sebuah bandar laut untuk terminal ferry yang akan menambah alternatif aksesibilitas lokasi bagi tamu, pendatang, serta karyawan.

e. Sebuah village center yang berfungsi sebagai pusat pelayanan yang berisi pertokoan, restoran, hiburan, perkantoran, administrasi, keamanan.

f. Sebuah marina dan fasilitas kapal pesiar.

g. Berbagai kawasan residential yang berorientasi pada berbagai aspek rekreasi seperti pantai (pesisir), marina, dan padang golf

h. Perlindungan dan pelestarian lingkungan alam seperti pantai, vegetasi tropis, serta arah pemandangan. Dari 1.500 Ha tersebut, baru 10 % saja yang telah dibangun dan beroperasi. Fasilitas-fasilitas yang kini telah beroperasi yakni: sistem transportasi, 1 buah hotel (Tanjung Lesung Hotel) yang memiliki 114 kamar, pondok wisata yang berjumlah 61 buah, beach club dan fasilitas-fasilitas olah raga air (snorkelling, diving, banana

boat, jetski, wind surfing, glass bottom boat, fishing, canoeing dll), perjalanan wisata ke Gunung Krakatau dan Taman

Nasional Ujung Kulon, Spa, dan beberapa restoran dan bar.

Sisa dari fasilitas-fasilitas dan sistem infrastruktur yang belum terbangun tersebut (90 % lainnya), akan diselesaikan dalam beberapa tahun ke depan. Direncanakan fasilitas-fasilitas dan sistem infrastruktur tersebut akan diselesaikan seiring dengan pengintegrasian kawasan tersebut dengan perekonomian masyarakat lokal.

2.4.2 Desa Wisata Cikadu

Lokasi Kampung Cikadu berdekatan dengan obyek wisata Gunung Krakatau dan Taman Nasional Ujung Kulon. Kampung Cikadu diarahkan menjadi kawasan permukiman baru dengan nama Permukiman Kampung Cikadu Endah dan mulai dikembangkan sejak awal tahun 1996. Kawasan permukiman ini mempunyai luas 60 Ha dan merupakan area permukiman baru yang sebagian besar penduduknya berasal dari kawasan pengembangan pariwisata terpadu Tanjung Lesung.

Dengan memperhatikan potensi Tanjung Lesung dan obyek-obyek wisata sekitar lainnya, maka pengembangan Kampung Cikadu akan diarahkan pada pola pengembangan Pariwisata Inti Rakyat (PIR). Dalam hal ini Tanjung Lesung sebagai intinya dan Kampung Cikadu sebagai plasmanya. Penerapan konsep PIR ini berarti dari rakyat untuk rakyat, dan sangat tepat untuk diterapkan khususnya pada saat pemberlakuan otonomi daerah. Pada penerapannya akan mengarahkan masyarakat untuk mandiri dan tidak tergantung pada pengusaha yang bertindak sebagai inti.

Melalui konsep ini, maka pembangunan permukiman Kampung Cikadu sangat potensial dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang sinergis dengan pembangunan Kawasan Pariwisata Terpadu Tanjung Lesung. Selain itu pengembangannya diharapkan dapat mendukung pelaksanan program pemberdayaan ekonomi rakyat, sekaligus memberikan kontribusi bagi peningkatan PAD. Untuk mewujudkan pengembangan pola ini perlu pembinaan kepada masyarakat agar mereka bisa mandiri dalam menggaet wisatawan, memberikan pelayanan, dan mengelola seluruh kegiatan wisata (seperti mempersiapkan penginapan, hiburan, transportasi, makanan, souvenir hingga guide). Sehingga dengan dukungan kemitraan dari pemerintah, pengusaha, swasta maupun LSM, maka pada akhirnya masyarakat dapat menjadi tuan rumah sendiri. Keberhasilan model ini diharapkan dapat menjadi contoh dan pedoman bagi pengembangan desa binaan yang terdapat pada beberapa kawasan parisiwata lainnya di Indonesia.

Secara umum arahan pengembangan obyek wisata Kampung Cikadu antara lain:

? Salah satu pusat pertumbuhan pariwisata di Kabupaten Pandeglang bagian selatan yang mempunyai pengaruh bagi obyek wisata sekitarnya.

? Merupakan obyek wisata yang diarahkan pada pengembangan agrowisata dengan produk unggulan pertanian yang dapat mendukung sektor pariwisata

? Pelestarian budaya tradisional khas banten merupakan fungsi yang akan diemban oleh obyek wisata Kampung Cikadu. Berbagai kesenian tradisional yang terdapat pada Kampung Cikadu Endah akan dijadikan produk unggulan bagi pengembangan pariwisata.

? Letak strategis Kampung Cikadu sebagai bagian pengembangan obyek wisata Pantai Tanjung Lesung dan Pantai Mega Cemara yang dapat dijadikan sasaran antara pendukung pengembangan koridor pariwisata.

? Peningkatan ekonomi masyarakat setempat merupakan konsep dasar pengembangan untuk menjadikan sektor pariwisata mempunyai peranan terhadap perekonomian wilayah.

3. IDENTIFIKASI KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL KAWASAN PARIWISATA