• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PARTAI POLITIK DALAM MEMENANGKAN PEMILU

U APAYA P ARTAI DALAM P EMENANGAN P EMILU

C. Upaya Partai Politik Dan Pola Hubungan 1 Upaya Partai Politik dan Pilihan Basis Massa

3. Upaya Partai Politik dan Voting

Dalam rangka meraih simpati pemilih masing-masing partai politik berusaha membuat upaya yang diharapkan dapat memperoleh suara yang signifikan dalam setiap pemilu. Dari pemilu ke pemilu upaya partai-partai menunjukan kesamaan yaitu melalui tiga pende- katan, yaitu ideologi, sosial kemasyarakatan, dan ekonomi. Akan tetapi dari pemilu ke pemilu penekanan dari ketiga pendekatan tersebut berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi baik yang terikait aturan pemilu maupun Pemahamanan partai yang berkembang dalam masyarakat. Lebih jauh, intensitas pendekatan yang dilakukan serta bentuk dan jenis program juga berbeda-beda sesuai dengan keadaan dan kemampuan partai politik. Oleh karena hubungan sosial kemasyarakatan seperti yang dilakukan PDIP, PKB, dan Golkar. Dengan mengutamakan pendekatan Ideologi dan sosial kemasya- rakatan, baik PDIP maupun PKB mampun memperoleh suara yang besar karena didukung oleh basis massa yang jelas. PDIP sebagai partai yang merepresentasikan kelompok abangan banyak didukung oleh kelompok masyarakat marginal yang mengatasnamakan wong cilik. PKB sebagai representasi dari pemilih Santri Tradisional banyak mendapatkan dukungannya dari kaum nahdilyin. Sementara Partai Golkar, sebagai partai warisan Orde Baru menjadi repserentasi dari pemilih priyayi yang didukung oleh kelompok birokrat atau Pegawai Negeri Sipil.

Di sisi lain Partai Amanat Nasional (PAN), yang merupakan representasi dari kelompok Santri Modernis banyak mendapat duku- ngan dari warga Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan kelompok ormas keagamaan modernis lainnya. Salah satu daya tarik utama

dari adalah sosok Amin Rais yang dikenal sebagai tokoh reformis dan dikenal luas di kalangan mahasiswa dan akademisi. Dengan demikian pada saat pemilu 1999, PAN ini juga banyak didukung oleh kalangan pemilih muda, terutama mahasiswa yang pada saat itu bersama-sama menggulingkan pemerintahan Orde Baru. Hampir segaris dengan PAN, PBB yang juga menjadi representasi dari pemilih modernis banyak didukung oleh kalangan masyarakat yang punya hubungan historis dengan Masyumi. Di Malang Raya PBB tidak banyak pendukungnya, karena memang wilayah ini bukan basis dari Santri Modernis, dan walaupun ada sudah habis diambil oleh PAN. Sementara PPP yang merupakan partai Islam hasil fusi masa Orde Baru, walaupun mengatasnamakan partai yang merepresentasikan Santri Tradisional, namun di Malang Raya pendukungnya sangat sedikit. Sementara partai-partai lainnya, tidak mendapatkan banyak suara yang dihasilkan dari warisan ideologis. Mereka umumnya banyak mendapatkan suara karena hasil kerja melalui pendekatan sosial kemasyarakatan maupun pendekatan ekonomi.

Pemilu 2004 merupakan pemilu ke 2 pasca reformasi. Berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari pemilu 1999 telah menjadi pelajaran bagi partai-partai berikutnya pada pemilu 2004. Bagi partai-partai yang memperoleh dukungan cukup besar, menatap pemilu 2004 dengan penuh percaya diri, sehingga banyak elit politik dari partai yang lupa kewajiban kepada konstituennya. Dengan hanya menekankan pendekatan yang pernah dilakukan seperti pada masa pemilu 1999 seperti yang dilakukan oleh partai PDIP, PKB, maka pada pemilu 2004 di Malang Raya kedua partai tersebut kehilangan suara yang signifikan terutama PDIP. Hampir semua partai politik yang lulus electoral threshold mengalami penurunan suara dengan kadar yang berbeda-beda, dan hanya partai Partai Golkar bertahan, bahkan secara Nasional meningkat walaupun tidak signifikan. Kemenangan Partai Golkar tidak lepas dari kerja keras dalam konsolidasi partai yang dimotori oleh Akbar Tanjung.

Pada saat partai-partai lain yang lulus electoral threshold terlena dengan kemenangan, justru Partai Golkar berjuang keras dengan menggunakan pendekatan yang tidak hanya menekankan pada idelogi namun sudah mengunakan pendekatan sosial kemayarakat dan ekonomi. Dengan pengalaman selama Orde Baru, bagi Partai

Golkar tidaklah sulit untuk melakukan berbagai pendekatan kepada masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan Ketua DPRD Kota Batu, Mantan Ketua DPD Golkar, bahwa Partai Golkar untuk memenang- kan pemilu 2004 melakukan berbagai pendekatan seperti memper- juangkan pembangunan pada komunitas yang mereka tempati; memberikan bantuan, khususnya bantuan finansial, bantuan semen, pasir, batu merah sebagai perangsang agar mereka mau melaksana- kan pembangunan di kampung-kampung. Sementara dana yang dipergunakan untuk membina konstituen didapat dari dari fraksi- fraksi, karena menurut Mashuri, di Partai Golkar ada semacam konvensi bahwa wakil-wakil yang duduk di fraksi harus memberikan sebagian rizkinya untuk kepentingan lingkungan atau dishodakohkan kepada dapil-dapil mereka masing-masing.

Keberhasilan yang cukup spektakuler pada pemilu 2004 diperoleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. PKS pada pemilu 1999 masih bernama Partai Keadilan (PK), PK pada pemilu 1999 tidak lolos electoral threshold sehingga harus berganti nama. Kemenangan PKS pada pemilu 2004 tidak lepas dari upaya partai yang dijalankan. PKS disamping terus melakukan kaderisasi lewat tabiyah, yang banyak bergerak dikalangan muda kampus, juga dengan atraktif melakukan berbagai pendekatan sosial kepada masyarakat yang dikemas dalam bentuk bakti sosial (baksos). Gerakan konsisten yang dilakukan kader PKS, lama kelamaan mendapatkan simpati, tidak hanya dari kalangan pemilih modernis, namun juga banyak dari kalangan tradisional dan Abangan yang tersentuh oleh pendeka- tan sosialnya.

Sementara kemampuan Partai Demokrat menyedot simpati pemilih tidak lepas dari peran SBY sebagai pendiri partai yang merupaka figur sentral. Latar belakang SBY datang dari kalangan tentara ditambah dengan sosok penampilan dan kepribadian yang dianggap santun telah menarik perhatian pemilih dan memberikan pilihannya pada Partai Demokrat pada pemilu 2004. Sementara partai-partai lain tidak begitu menonjol, disamping tidak punya basis massa yang jelas serta figur partai, juga tidak banyak mempunyai sumberdaya finansial maupun sumber daya manusia.

Dari data yang ada menunjukan bahwa hasil pemilu 2004 telah terjadi perubahan komposisi kekuatan politik di Dewan, dimana yang

pada pemilu 1999 dikuasai oleh hanya tiga partai yaitu PDIP, PKB, dan Golkar. Komposisi partai di Dewan hasil pemilu 2004 telah melahirkan dua kekuatan baru yaitu PKS dan Partai Demokrat, sehingga pola sistem kepartaian yang pluralisme sederhana dengan tiga kekuatan partai berubah menjadi pluralisme moderat dengan lima kekuatan partai.

Pemilu yang paling menarik di era pasca reformasi adalah pemilu 2009. Dengan sistem pemilu baru yang menerapkan rejim suara terbanyak bagi calon yang lolos ke Dewan telah mempengaruhi upaya dalam meraih simpati pemilih. Pada pemilu 2009, peran partai menjadi minimal, dan peran caleg menjadi menonjol, oleh karena itu pendekatan ideologi mengalami kekaburan dengan adanya caleg-celeg yang berasal dari luar basis pendukung partai. Pendekatan yang dilakukan para caleg lebih menintikberatkan pada pendekatan ekonomi dan sosial kemasyarakan. Hal ini didorong oleh tingginya kompetisi yang terjadi antara sesama caleg di tingkat partai. Masing- masing caleg dengan menggunakan jaringan sosial masing-masing menyalurkan berbagai bantuan baik untuk pembangunan jalan, Mushala, Masjid, bantuan sembako, dan bahkan uang tunai.

Hasil pemilu yang terjadi menunjukan bahwa sebaran perole- han suara sangat berbeda dengan pemilu sebelumnya. Bahkan partai- partai yang punya basis massa yang jelas seperti PDIP, dan PKB harus menerima kenyataan bahwa mereka telah banyak ditinggalkan oleh kosntituennya. Bahkan perolehan suara PKB di Kota Batu mengalami penurunan yang sangat tajam, sehingga PKB yang pada pemilu 2004 mendapatkan 4 kursi, pada pemilu 2009 tidak dapat satu kursi pun. Perolehan suara di Kota Malang pada pemilu 2009, Partai Demokrat memenangkan persaingan dalam pemilu dengan perolehan suara 83.065, dan disusul oleh PDIP dengan perolehan suara 71.370. Pada pemilu 2004, wilayah Kota Malang ini menjadi basis utama dari PDIP, dan mengantarkan kadernya menjadi Walikota dalam pilkada 2008. Menurut salah seorang informan, yang pernah menuturkan kepada penulis, kemenangan Partai Demokrat tidak hanya melulu karena faktor figur SBY yang menjadi Presiden, namun juga adanya intervensi dari partai. Di Kota Malang banyak Ketua RT yang dijanjikan bantuan 500.000,- per Kepala Keluarga dengan alasan untuk perayaan 17 Agustus. Namun bantuan itu akan dicairkan

setelah pemilu dan menjelang akan dilaksanakan perayaan tujuh belasan, dan itu berarti akan ada implikasi pada pemenangan pilpres dari calon Partai Demokrat. Sementara transaksi yang dilakukan dari caleg partai lain, banyak dilakukan dengan pemberian bantuan pembangunan yang umumnya sudah berjalan lama terutama yang dilakukan oleh calon incumbent. Paling menonjol, transaksi yang dilakukan berupa pemberian uang.

Berbeda dengan di Kota Malang, Kabupaten Malang yang merupakan bagian penduduk terbesar di Malang Raya masih banyak yang setia pilihan politiknya dengan PDIP. Masyarakat di Kabupaten Malang umumnya adalah petani dan dengan tingkat pendidikan yang umumnya relatif lebih rendah dibanding dengan Kota.

BAB V

POLA HUBUNGAN PARTAI