• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI ARTI PENTING PARTAI BAGI PEMILIH

M EMAHAMI A RTI P ENTING P ARTAI B AGI P EMILIH

1.1. Upaya Memperjuangkan Islam

Di kalangan Santri Modernis berkembang pemahaman akan pentingnya partai. Partai politik diperlukan sebagai sarana untuk men- dapatkan kekuasaan, dengan alasan bahwa agama dalam perkemba- ngannya tidak lepas dari pengaruh orang-orang berkuasa. Di sisi lain mereka berpandangan bahwa dengan kekuasaan yang dimiliki atau didukung oleh penguasa, perkembangan agama akan mengalami kemajuan karena kekuasaan ikut membentengi dan menyokong perkem- bangan agama. Anggapan tersebut tidak lepas dari pengaruh perkem- bangan Islam pada jaman Nabi Muhammad, dimana pada jaman Rasulullah dan para sahabat, perkembangan Islam tidak lepas dari pengaruh kekuasaan. Islam dan kekuasaan sejalan dan seiring dalam sejarah perkembangan Islam, bahkan naik turunnya perkembangan- nya Islam pun tidak lepas dari akibat perebutan pengaruh dan kekuasaan dikalangan intern umat Islam sendiri, dan hal ini mendo- rong terjadinya polarisasi dalam Islam seperti adanya Sunni dan Syiah. Menurut beberapa aktivis Muhammadiyah Kabupaten Malang, pengaruh kekuasaan dalam perkembangan agama tidak hanya dalam Islam, akan tetapi terjadi juga dikalangan pemeluk Kristen. Pada saat kekaisaran Romawi Kristen yang mengembangkan ajaran Trinitas bisa berkembang pesat karena didukung oleh penguasa Romawi pada saat itu. Sedang konsep Kristen yang mengembangkan ajaran ketuhanan yang bersifat tunggal tidak bisa berkembang karena mendapat ham- batan dari penguasa.

Adanya partai politik yang berbasis Islam di Indonesia bagi kalangan Santri Modernis sangat dibutuhkan dalam rangka memben- tengi Islam dari pengaruh serta serangan yang akan menghancurkan Islam dari luar (non Islam). Mereka meyakini dengan adanya partai politik Islam, maka Islam akan punya kekuatan karena didukung oleh mereka yang duduk dipemerintahan. Oleh karena itu, menurut panda- ngan pemilih Islam, partai harus mampu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan Islam di negeri ini. Agar dapat memper- juangkan Islam, maka orang-orang yang duduk di Dewan yang meru- pakan wakil dari partai Islam harus memahami dan menghayati nilai- nilai keislaman yang dituangkan dalam perilaku kesehariannya.

Karena punya padangan positif mengenai keberadaan partai Islam, dan merasa perlu adanya partai Islam, umumnya pemilih dari

kalangan Santri Modernis ini sangat aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik. Minimal mereka akan mendatangi bilik suara untuk memberikan suaranya kepada partai yang menurut mereka bisa memperjuangkan Islam. Oleh karena sikap aktifnya dalam politik, pemilih kalangan Santri Modernis ini sangat kritis terhadap partai maupun wakil rakyat yang duduk di Dewan apabila tidak sejalan dengan apa yang menjadi pandangannya. Apabila ada partai Islam yang dalam perjalanannya tidak bisa diharapkan dalam memper- juangkan Islam, umumnya pemilih Santri Modernis (terutama yang Konservatif) mengalihkan suaranya kepartai lain yang lebih getol memperjuangkan Islam. Dalam kasus yang terjadi di Malang Raya, banyak pemilih Santri Modernis mengalihkan pilihan politiknya dari PAN ke PKS karena PKS lebih bisa diharapkan dalam memperjuang- kan Islam ketimbang PAN. Dan dalam hal ini PKS yang menyebutkan dirinya sebagai partai da’wah mencantum Islam sebagai asas partai. Hal ini berbeda dengan PAN yang tidak mencantumkan Islam sebagai dasar partai, yaitu Pancasila.

PKS sebagai partai Islam dan mencatumkan Islam secara formal bisa dipahami karena PKS lahir dari kelompok massa keagamaan yang bergerak dalam bidang da’wah yang dikenal dengan “Tarbiyah”. Di sisi lain PAN yang dimotori Amin Rais, berdiri atas keinginan untuk memperbaiki kondisi bangsa yang hancur akibat krisis ekonomi dan membangun sistem politik yang telah rusak oleh penguasa Orde Baru. Oleh karena itu, PAN dan Amin Rais dalam setiap kampanye selalu membawa isu reformasi. Dengan latar belakangan tersebut, PAN menganggap kurang pas apabila hanya membidik segmen pemilih Islam saja, karena PAN ingin berkiprah untuk kepentingan bangsa, maka PAN harus menjadi partai plural yang mampu menjembatani semua kepentingan masyarakat.

Hal yang menarik dari pandangan kelompok Santri Modernis adalah sikapnya terhadap negara Islam. Bagi mereka, apa yang diperjuangkan partai Islam tidak selalu harus mengusung isu negara Islam, namun yang lebih penting adalah bagaimana syariat Islam bisa berkembang dan dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, Muhammadiyah yang merupakan repre- sentasi dari kelompok Islam Modernis tidak mendukung untuk mencantumkan Piagam Jakarta dalam Pancasila. Salah satu alasan

kenapa tidak harus secara formal mencantumkan syariat Islam dalam Dasar Negara, penulis mengutif dari hasil wawancara dengan salah satu mantan Pimpinan Daerah Muhammadiyah di Kabupaten Malang sebagai berikut:

“.... Islam harus dipatuhi dan diakui oleh seluruh warga negara yang tidak hanya Islam. Karena pada jaman Rasulullah, mereka yang beragama non Islam, seperti Yahudi juga apabila melanggar hukum seperti mencuri, maka mereka diperlakukan dan dihukum berdasarkan Islam. Kalau Piagam Jakarta dican- tumkan dalam Pancasila, dimana syariat Islam hanya diperun- tukan bagi orang-orang Islam dihawatirkan akan merugikan perjuangan dakwah Islam sendiri. Sebagai contoh, apabila ada orang Islam yang mencuri, karena tahu kalau mencuri itu hukumannya dalam Islam itu dipotong tangan, maka mereka akan mengaku bukan Islam agar hukumannya tidak potong tangan.”

Oleh karena itu menurut kalangan Santri Modernis, kalau partai yang berbasis Islam ingin mendapat perhatian serta dukungan dari kalangan umat Islam, maka partai Islam harus sungguh-sungguh memperjuangkan Islam. Menurut mereka partai-partai Islam yang ada sekarang tidak sunggung-sungguh memperjuankan Islam karena hanya melulu mengejar kekuasaan. Hal ini dilihat dari kinerja partai yang mengatas namakan partai Islam yang cenderung hanya sebagai merek dagang atau label saja. Kenyataannya memang pada saat ini partai Islam hanya namanya saja, karena tidak ada yang bisa membe- dakan secara kongkrit dimata masyarakat. Partai Islam dan non Islam hampir sama saja, dalam keadaan tertentu partai sekuler lebih banyak perhatian pada masyarakat Islam, sementara di sisi lain partai yang mengatasnamakan Islam tidak atau jarang memperjuangkan kepen- tingan orang-orang Islam.

Bahkan gagasan dari PDIP yang notabene sebagai partainya orang Abangan ketika menggagas dibentuknya Baitul Muslimin sebagian kalangan kelompok pemilih Santri Modernis yang Liberal cukup apresiatif. Dengan pertimbangan bahwa partai hanya sebagai alat perjuangan Islam, maka dengan didirikannya Baitul Muslimin ini sebagian kelompok Santri Modernis menyambutnya dengan turut

terlibat dalam kepengurusan. Walaupun demikian, dikarenakan Baitul Muslimin ini lahir di rumah kelompok Abangan, ada sebagian dari Santri Modernis, terutama yang Konservatif bersikap skeptis dan bahkan menjadi perdebatan di kalangan Santri Modernis. Sehingga dalam kalangan Santri Modernis terbentuk dua kutub atara mereka yang cenderung mendukung dan mereka yang tidak mendukung, termasuk ada juga yang Moderat. Sebagai contoh, Santri Modernis yang ada di Lowokwaru dengan Kedungkandang, kalau Lowokwaru bisa lebih menerima baitul Muslimin, yang juga rasional dalam rangka menjalankan dakwah. Di sisi lain Kedungkandang yang cenderung melakukan pendekatan emosional tidak bisa menerimanya, sehingga dua tempat itu komunitas punya karakteristik Santri Modernis berbeda. Perbedaan pandangan terhadap Baitul Muslimin ini didasari perbedaan latar belakang status sosial dan ekonomi Santri tersebut. Santri yang ada di daerah Lowokwaru itu adalah birokrat, akademisi yang hidupnya sudah tertata dengan baik. Kehidupan mereka selama satu bulan sudah tertata dengan baik. Disamping itu kalau dilihat dari segi pendidikan, Santri di wilayah ini mempunyai tingkat pendidi-kan yang cukup tinggi. Sementara Kedungkandang mereka umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang karena mereka tinggal dekat pasar, kehidupan mereka cukup dinamis dengan mobilitas cukup tinggi terkait dengan aktivitas di bidang perdangan, namun untuk urusan agama mereka cenderung lebih fanatik.