PENGATURAN HUKUM FINANCIAL TECHNOLOGY PEER TO PEER LENDING DI INDONESIA
1. Pelaksanaan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi
Menurut Pasal 18 POJK Nomor 77/POJK.01/2016, perjanjian pelaksanaan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi meliputi perjanjian antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman dan perjanjian antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman. Perjanjian penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dengan pemberi pinjaman maupun pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dituangkan dalam dokumen elektronik127
2. Subyek dan
objekperjanjianpinjammeminjamuangberbasisteknologiinformasi
126Ernama Santi, dkk., ―Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Financial Tecnology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016)‖, Vol. 6 Nomor 3 (2017), hlm. 6. Nama jurnalnyaapa ?
127Pasal 1 ayat (4) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi Elektronik, Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektro magnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui computer atau system elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, lode akses, symbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
95
Kegiatan pinjam meminjam uang secara langsung berdasarkan perjanjian baik tertulis maupun tidak tertulis merupakan praktik yang telah berlangsung di tengah kehidupan masyarakat. Pinjam meminjam secara langsung banyak diminati oleh pihak yang membutuhkan dana cepat atau pihak yang karena sesuatu hal tidak dapat diberikan pendanaan oleh industry jasa keuangan konvensional seperti perbankan, pasar modal, atau perusahaan pembiayaan.
Hal ini ditandai dengan digunakannya media internet sebagai media bertransaksi ketika melakukan aktivitas perbankan. Internet membawa perekonomian dunia memasukibabakbaru yang lebihpopulerdenganistilah digital economic atau ekonomi digital128 Dalam era perkembangan ekonomi digital, masyarakat terus mengembangkan inovasi penyediaan layanan dalam kegiatan pinjam meminjam yang salah satunya ditandai dengan adanya layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang dinilai turut berkontribusi terhadap pembangunan dan perekonomian nasional.
Dalam tiap-tiap perjanjian ada dua macam tipe subjek, yaitu pertama seorang manusia atau suatu badan hukum yang terdapat beban kewajiban untuk sesuatu dan ke-2 seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu. Bahasa Belanda memakai kata-kata schuldenaar atau debitur dan
128Richardus EkoIndrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, (Jakarta :Elex Media Komputindo, 2010) hlm. 33
96
schuldeiser atau kreditur. Dalam Bahasa Indonesia kiranya dapat digunakan perkataan-perkataan pihak berwajib dan pihak berhak129
Subjek yang berupa seorang manusia harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan suatu perbuatan hokum secara sah, yaitu harus sudah dewasa, sehat pikirannya, dan tidak oleh peraturan hokum dilarang atau diperbatasi dalam melakukan perbuatan yang sah, seperti peraturan pailit, peraturan tentang orang perempuan berkawin menururut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 108 dan Pasal 109 dan sebagainya.130Objek adalah kebalikannya dari subjek. Berdasarkan uraian diatas kiranya dapat terang bahwa subjek dalam suatu perjanjian adalah yang bertindak, yang aktif, maka objek dalam suatu perjanjian dapat diartikan sebagai hal yang diperlakukan oleh subjek itu berupa suatu hal yang penting dalam tujuan yang dimaksudkan dengan membentuk suatu perjanjian. Oleh karena itu, objek dalam perhubungan hokum perihal perjanjian ialah hal yang diwajibkan kepada pihak berwajib (debitur) dan hal terhadap mana pihak berhak (kreditur) mempunyai hak131
Dalam hal ini perusahaan penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi bertindak sebagai kreditur. Sedangkan pihak debitur adalah orang yang membutuhkan pinjaman uang.
129Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Ctk. Ketujuh, (Bandung: Bale Bandung, 1989), hlm. 17
130 Ibid, hlm 17
131Ibid, hlm 21
97
D. Aspek Hukum Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
Selayaknya perjanjian pada umumnya, perjanjian yang diselenggarakan melalui P2P Lending ini juga harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang salah satunya adalah kesepakatan para pihak. Kesepakatan para pihak merupakan syarat subjektif yang patut dipenuhi, karena apabila tidak dipenuhi maka dapat dibatalkan demi hukum.
Para pihak dalam perjanjian pinjam meminjam uang atau perjanjian kredit pada umumnya hanya dikenal 2 (dua) pihak yakni:
a. Pihak pemberi pinjaman/kredit (lender);
b. Pihak penerima pinjaman (borrower).
Kedua pihak tersebut dikategorikan sebagai pengguna layanan P2P Lending.
Namun dalam praktik P2P Lending ternyata bertambah 1 (satu) pihak lagi yang bersangkutan yaitu penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang dalam isitilah praktisnya disebut dengan marketplace.
Dalam POJK P2PL diatur mengenai para pihakini, yang tercantum dalam Pasal 1 angka 6, 7 dan 8, yaitu:
a. Penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah badan hokum indonesia yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi;
98
Selanjutnya diatur pula mengenai yang termasuk kedalam Penyelenggara sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) POJK P2PL yaitu:
(a). Pasal 2 ayat (2)
Badan hokum Penyelenggara berbentuk: perseroan terbatas; atau koperasi.
(b). Pasal 3 ayat (1)
―Penyelenggara berbentuk badan hokum perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, dapat didirikan dan dimiliki oleh:
1) warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
2) warga negara asing dan/atau badan hukumasing.
b. Penerima pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi;
Dalam peraturan ini juga dijelaskan mengenai yang termasuk kedalam kategori ini, sebagaimana diatur Pasal 15 POJK P2PL, yaitu
1) ―Penerima Pinjaman harus berasal dan berdomisili di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2) Penerima Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
orang perseorangan warga negara Indonesia; atau badan hukum Indonesia.
c. Pemberi pinjaman adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.
99
Dalam peraturan ini juga dijelaskan mengenai yang termasuk kedalam kategori ini, sebagaimana diatur Pasal 16 POJK P2PL, yaitu:
c.1. Pemberi Pinjaman dapat berasal dari dalam dan/atau luar negeri;
c.2. Pemberi Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari (1) orang perseorangan warga negara Indonesia
(2) orang perseorangan warga negara asing (3) badan hukum Indonesia/asing;
(4) badan usaha Indonesia/asing; dan/atau (5) lembaga internasional.132
Perjanjian atau kontrak elektronik yang dibentuk para pihak tersebut menimbulkan hubungan hukum. Hubungan hokum tersebut lahir dari hubungan kontraktual para pihak, baik bagi pemberi pinjaman, penerima pinjaman maupun penyelenggara layanan fintech berbasis P2P Lending. Secara garis besar mekanisme P2P Lending hamper sama dengan mekanis meperjanjian pinjam meminjam uang yang dikenal dalam lapangan hokum privat. Letak perbedaannya selain pada keikutsertaan pihak ketiga (penyelenggara), proses pembuatan perjanjian melalui media internet serta hubungan hukum para pihak yang terbangun antara para pihak melalui sebuah perjanjian.
Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi sangat membantu dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap produk jasa keuangan secara online baik dengan berbagai pihak atau tanpa perlu saling mengenal.
132Alfhica Rezita Sari, “Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending Di Indonesia” , (Yogyakarta : Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia, 2018) hlm. 79
100
Keunggulan utama dari layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi antara lain tersedianya dokumen perjanjian dalam bentuk elektronik secara online untuk keperluan para pihak, tersedianya kuasa hokum untuk mempermudah transaksi secara online, penilaian risiko terhadap para pihak secara online, pengiriman informasi tagihan (collection) secara online, penyediaan informasi status pinjamin kepada para pihak secara online, dan penyediaan escrow account dan virtual account diperbankan kepada para pihak, sehingga seluruh pelaksanaan pembayaran dana berlangsung dalam system perbankan. Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam memperoleh akses pendanaan.
Tolok ukur keabsahan perjanjian tersebut di dalam system hokum perjanjian Indonesia ditentukan di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan adanya 4 (empat) syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:133
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (de toestemming van degenen die zichverbinden);
2) Cakap untuk membuat suatu kontrak (de bekwaamheid om eeneverbintenisaantegaan);
133 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014), hlm.
168
101
3) Objek atau pokok persoalan tertentu atau dapat ditentukan (eenebepaid onderwerpobjekt);
4) Sebab atau kausa yang tidak dilarang (eenegeoorloofdeoorzak).
Di dalam kontrak yang sederhana para pihak saling bertemu dan saling berhadapan (face to face), waktu antara penawaran dan penerimaan berjalan singkat kesepakatan dapat terjadi dalam waktu yang sama dan pada tempat yang sama.
Adakalanya juga ada selang waktu cukup lama antara waktu penawaran dan penerimaan. Ada juga perjanjian yang dibuat berdasarkan penawaran dan penerimaan yang dilakukan online. Di dalam transaksi dengan online tersebut proses penawaran dan penerimaan tidak dilakukan dengan face to face, juga para pihak tidak berada pada tempat yang sama dan bahkan sudah melintas batas negara134
Salah satu persoalan di dalam hokum kontrak online adalah kapan saat lahirnya kontrak atau perjanjian. Ketetapan saat lahirnya perjanjian memiliki arti pentingbagi135:
1. Penentuan risiko;
2. Kesempatan penarikan penawaran;
3. Saat mulai dihitungnya jangka waktu daluarsa; dan 4. Menentukan tempat terjadinya perjanjian
Konstruksi hubungan hukum yang perlu ditegaskan antara pemberi pinjaman dan penyelenggara dalam system peer-to-peer lending yaitu uang yang diserahkan
134 Ridwan Khairandy, Op.Cit, hlm 172
135 J. Satrio, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 256
102
oleh pemberi pinjaman tidaklah ditujukan untuk dimiliki dan dikelola oleh penyelenggara seperti halnya dalam perjanjian pinjam meminjam uang melainkan hanya disalurkans aja oleh penyelenggara peer-to-peer lending kepada penerima pinjaman136.
Waktu terjadinya perjanjian ini adalah ketika pemberi pinjaman akan mengajukan pendanaan pada platform penyelenggara, maka selanjutnya pemberi pinjaman harus menyetujui mengenai ketentuan yang telah ditentukan oleh penyelenggara tersebut. Kemudian pemberi pinjaman sepakat untuk memberikan kuasa pada platform fintech untuk menyalurkan dana pemberi pinjaman kepada penerima pinjaman.
Bentuk kesepakatan untuk memberikan kuasa antara pemberi pinjaman serta penyelenggara adalah pada saat pemberi pinjaman telah menyetujui seluruh syarat dan ketentuan yang diberikan penyelnggara, kemudian pemberi pinjaman menyatakan persesuaian kehendak.
136 Ratna H., Juliyani PR,― Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending‖, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, Vol. 25, No. 2 , (Mei 2018) hlm.332
98 BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTEK FINACIAL TECHNOLOGY