• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV: Temuan dan Analisa Data

JUMLAH PASIEN DROP OUT

2) Pelaksanaan Pemberian Metadon

Metadon oral atau minum, yaitu obat opiat pengganti yang efektif untuk pecandu heroin, penggunaan metadon dengan oral atau diminum dapat menghilangkan atau mengurangi penggunaan heroin.45 Metadon akan diberikan oleh perawat yang diberikan wewenang oleh Dokter. Petugas kesehatan atau perawat akan mengajak pasien berkomunikasi untuk memastikan bahwa metadon telah ditelan. Selanjutnya pasien harus menandatangani buku yang tersedia sebagai bukti bahwa pasien telah menerima dosis metadon hari itu.46 Pasien yang mengikuti PTRM harus melalui beberapa tahapan mengenai dosis yang akan dijalankannya, yakni tahap penerimaan, tahap inisiasi, tahap stabilisasi, penambahan dosis, tahap rumatan hingga fase penghentian metadon.

44

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Depok: FISIP UI Press, 2005), h. 155.

45

Komisi Penanggulangan AIDS (KP), HIV dan AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba, h. 38.

46

Terhadap calon pasien PTRM akan dilakukan skrining atas kriteria calon pasien, pemberian informasi mengenai PTRM, assessment

dan penyusunan rencana terapi, penjelasan tentang pentingnya keterlibatan keluarga seperti yang telah dijelaskan pada konseling keluarga. Setelah itu, dokter akan mengambil keputusan apakah calon pasien akan diterima sebagai pasien PTRM atau dirujuk terapi lain yang lebih sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan assessment.

Jika pecandu heroin atau calon pasien sudah terima menjadi pasien maka ia akan menjalani tahap inisiasi. Dosis awal metadon adalah 20-30 mg untuk tiga hari pertama. Pasien akan diobservasi selama 45 menit setelah pemberian dosis awal untuk memantau tanda-tanda gejala putus obat (sakaw). Jika terjadi gejala putus obat (sakaw) maka dosis akan dimodifiasi sesuai dengan keadaan.

Selanjutnya pasien harus datang setiap hari ke Puskesmas Kecamatan Tebet untuk menjalani tahap stabilisasi yang bertujuan untuk menaikkan dosis secara perlahan sehingga memasuki tahap rumatan. Pada tahap ini menaikkan dosis awal 5-10 mg tiap 3-5 hari, total kenaikan dosis tidap minggu tidak boleh lebih 30 mg. Apabila pasien masih menggunakan heroin maka dosis metadon perlu ditingkatkan.

Pasien bisa mendapatkan penambahan dosis melalui beberapa kriteria penambahan dosis sebagai berikut:

a. Adanya tanda dan gejala putus opiat yang diukur melalui skala putus opiat obyektif dan subyektif.

b. Jumlah dan/atau frekuensi penggunaan opiat tidak berkurang. c. Craving tetap masih ada.

Prinsip terapi pada PTRM adalah start low go slow aim high yang artinya memulai dosis yang rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan adalah aman, dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif.

Pada tahap rumatan umumnya pasien akan bertahan dalam dosis pemeliharaan 60-120 mg per hari. Fase ini dapat berjalan selama bertahun-tahun sampai perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi maupun kehidupan sosial.

Metadon dapat dihentikan secara bertahap perlahan (tapering off) jika pasien sudah dalam keadaan stabil secara klinis dan psiokososial, serta bebas heroin selama minimal enam bulan. Jika kondisi emosi pasien tidak stabil, dosis dapat dinaikkan kembali.47

Dari data di atas dapat penulis simpulkan bahwa pemberian metadon kepada pasien dilakukan dan diawasi secara khusus oleh dokter dan perawat. Pasien melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan dosis yang stabil hingga tapering off.

Dari hasil wawancara penulis dengan pasien, pada tahap dosis awal biasanya pasien masih menggunakan Narkoba lain selain metadon

47

atau yang biasa disebut mix atau selip. Hal ini disebabkan dosis metadon yang diberikan belum stabil dan belum mencapai dosis pemeliharaan. Pasien berinisal DZ mengakui bahwa, “… dua atau tiga tahun pertama saya masih selip putaw, benzo, alprazolam. Tapi setelah itu tidak pernah sama sekali.”48

Pada dosis pemeliharaan juga terdapat pasien yang masih menggunakan NAPZA seperti heroin, alprazolam. Biasanya pasien beralasan menggunakan NAPZA karena suggest atau merasa rindu menggunakan NAPZA, sedang mengalami masalah yang berat sehingga membutuhkan obat penenang yang didapat secara illegal. Program Terapi Rumatan Metadon Kecamatan Tebet melakukan 2-3 kali tes urin secara mendadak untuk mewaspadai pasien yang memakai NAPZA lain. Penggunaan NAPZA lain selain metadon diakui oleh pasien:

Engga munafik saya pernah mix (menggunakan NAPZA lain selain metadon). Seminggu yang lalu saya pakai putaw disuntik, itu sekali aja karena suggest kangen. Sebenarnya sakaw bisa di ilangin sama metadon tapi suggest engga bisa. Petugas (dokter dan perawat) tahu karena sering ada tes urine. Nah, karena faktor itu saya engga dikasih THD karena positif.49

Hal ini juga diperkuat oleh pasien lain berinisial AJ yang pernah menggunakan NAPZA lain selain metadon.“… putaw aja mungkin bulan lalu disuntik. Pakainya kadang-kadang aja karena masih kangen, sekalian saya juga anggapnya cuma refreshing, engga rutin dan jadi

48

Wawancara Pribadi dengan DZ, Jakarta 02 Mei 2014.

49

kebiasaan. Metadonnya sih sebenarnya udah nutup ya.. Cuma ya itu rasa kangennya.”50

Puskesmas Kecamatan Tebet melakukan antisipasi dan sanksi untuk masalah pasien yang masih menggunakan NAPZA lain selain metadon dengan mengadakan tes urine 2-3 kali dalam setahun secara mendadak. Hal ini diutarakan oleh dr. Elizabeth:

Masalah nge-mix (penggunaan NAPZA lain selain metadon) itu pasti ada, tapi kita melaksanakan pengawasan dalam setahun 2-3 kali tes urine. Selain itu, ada tindakan jika hasil tes urine positif kita akan lakukan konseling kenapa ia masih menggunakan zat lain. Dari hasil konseling kita bisa melihat apakah ia perlu dinaikan dosisnya atau tidak. Jika ia melakukan THD maka THD-nya akan kita evaluasi atau cabut.51

Berdasarkan data di atas, maka pemberian metadon di Puskesmas Kecamatan Tebet berdasarkan indikator efisiensi dinilai efektif karena pemberian metadon mengikuti tahapan dosis yang serta dosis pemberian metadon kepada pasien ditentukan oleh dokter dan dilakukan oleh petugas kesehatan. Namun terdapat kendala yang dihadapi dalam pemberian metadon ini, yaitu pasien yang masih menggunakan Narkoba jenis lain selain metadon. Hal tersebut memberi kekhawatiran karena penggunaan Narkoba yang dicampur dapat mengakibatkan overdosis.52 Pencegahan dilakukan melalui tes urine yang dapat dilakukan

50

Wawancara Pribadi dengan AJ, Jakarta 30 April 2014.

51

Wawancara Pribadi dengan Koordinator PTRM dr. Elizabeth, Jakarta 02 Mei 2014.

52

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Modul dan Kurikulum Pelatihan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) (Jakarta: DepKes RI, 2007), h. 161.

waktu. Berdasarkan data dari table berikut dapat diketahui jumlah pasien yang positif menggunakan zat-zat illegal:

TABEL 4.4

HASIL TEST URIN PASIEN METADON