E. Metode Penelitian
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku-buku, dan
19
Suryati, “Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barang bekas Berkualitas (barbeku) di Yayasan Imdad Mustadh’afin (Yasmin) Cirendeu,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013
arsip milik Puskesmas Kecamatan Tebet atau tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Studi dokumen dilakukan melalui proses sebagai berikut:
1. Meneliti keaslian dokumen. Dalam merencanakan dan melaksanakan suatu program pemimpin dan staf program banyak memproduksi dokumen. Sebelum meneliti isinya, evaluator menelaah keaslian semua dokumen tersebut dengan berkomunikasi kepada mereka yang ada hubungannya dengan dokumen.
2. Memilih dokumen yang diperlukan oleh evaluasi. Evaluator memilih dokumen yang diperlukan dalam proses evaluasi setelah diverifikasi keaslian dokumen.
3. Meneliti isinya. Dalam meneliti isi dokumen, evaluator harus selalu skeptis bahwa isi dokumen belum tentu benar atau sesuai dengan kenyataan yang tertulis atau terekam.20
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit.21 Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data
20
Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), h. 210.
21
Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 134.
yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.22 Tetapi tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau yang sangat relevan dengan data yang dibutuhkan.
Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif ialah:
1. Observasi Partisipatif
Sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh para warga yang ditelitinya. 23
2. Observasi terus terang atau samar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada subjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai peneliti sedang melakukan penelitian.
22
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 79.
23
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif
3. Observasi tak berstruktur
Observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.24 Observasi tidak berstruktur dimaksud, observasi dilakukan tanpa menggunakan guide
observasi.25
4.Observasi Terkendali
Dimana para pelaku yang akan diamati oleh peneliti kualitatif diseleksi dan kondisi-kondisi yang ada di lokasi penelitian, pelaku diamati dan dikendalikan oleh si peneliti.26
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk observasi tidak berstruktur. Dengan demikian, pada observasi ini pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pada observasi ini, yang terpenting adalah pengamat harus menguasai “ilmu” tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati, hal mana yang membedakannya dengan observasi partisipasi, yaitu pengamat tidak perlu memahami secara teoritis terlebih dahulu objek penelitian.27
Observasi ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tebet untuk mendapatkan data seputar penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui program yang di jalankan sudah efektif atau tidak bagi pasien Program Terapi Rumatan Metadon. Metode ini menjadi
24
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.173-174.
25
Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, h. 120.
26
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.174.
27
penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti serta memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan penelitian untuk mendekati masalah secara induktif. Kemudian memungkinkan peneliti untuk memperoleh data tentang hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara dan memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan.
c. Wawancara
Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan dua metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang.
Metode wawancara kualitatif menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Hal ini hanya untuk memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi, dan selanjutnya bergantung improvisasi si peneliti di lapangan.
Peneliti akan mewawancarai dua orang dokter, dua orang tenaga medis, satu orang kader muda, ketua organisasi MUST (Methadone User Society Tebet), dan enam pasien PTRM.
1. Wawancara tak terstruktur
Wawancara tak terstruktur mirip dengan percakapan informal. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri tiap informan. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya informan yang dihadapi.28
2. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan model pilihan apabila pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan karenanya dapat membuat kerangka pertanyaan yang tepat untuk memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada ditangan pewawancara dan respons terletak pada informan.
3. Wawancara terbuka terstandar
Teknik pengumpulan data wawancara terbuka terstandar ini dikemukakan oleh Patton, Michael Quinn dalam penerapannya pada evaluasi program. Dalam beberapa hal, ketika melaksanakan
28
suatu evaluasi program hanya memungkinkan para partisipan selama periode waktu yang terbatas.29
Bentuk wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian, yaitu wawancara terbuka. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber langsung tentang masalah yang akan diteliti. Bentuk wawancara terbuka, yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan dan cara penyampaiannya pun sama untuk semua responden. Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah gabungan antara wawancara terbuka dengan wawancara terstruktur, wawancara terbuka adalah suatu wawancara yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula, apa maksud dan tujuan wawancara itu. Wawancara ini akan dilakukan secara bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya telah menciptakan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesa kerja.
d. Waktu dan Tempat
Pada penelitian ini, penulis memilih Puskesmas Kecamatan Tebet sebagai objek penelitian atas beberapa pertimbangan dan alasan.
29
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.182-183.
Puskesmas Kecamatan Tebet merupakan salah satu bidang medis yang menyediakan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tebet yang beralamat di Jalan Prof. Supomo No. 54, Tebet, Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 27 April hingga 7 Mei 2014.