Bab IV: Temuan dan Analisa Data
TEMUAN DAN ANALISA DATA
B. Hasil Evaluasi Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kecamatan Tebet
2) Urgensi Pemilihan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) a.Program Terapi Rumatan Metadon
Metadon dipakai sebagai terapi utama subtitusi karena memiliki efek menyerupai heroin dengan masa kerja yang lebih panjang.11 Ketergantungan yang disebabkan oleh heroin hanya bertahan 4-6 jam per dosis yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan pemakai sering menunjukkan gejala-gejala ketergantungan obat yang tinggi (sakaw). Sedangkan dengan menggunakan metadon dapat mencegah ketergantungan (sakaw) selama 24-38 jam per dosis sehingga tekanan darah lebih stabil dan dengan dosis yang sesuai pasien dapat mengkonsumsi metadon sekali sehari.
Metadon adalah obat yang legal dan penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter. Metadon bukanlah untuk menyembuhkan seseorang dari ketergantungan opiat, selama memakai metadon seseorang masih tergantung pada opiat secara fisik.
11
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Seputar HIV & AIDS (Jakarta: PKBI, 2011), h. 39.
Tujuan dari Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) adalah upaya untuk mengurangi dampak buruk penggunaan NAPZA pada seseorang yang ketergantungan kronis opium atau heroin dan untuk menormalkan gaya hidup perilakunya.12 Perubahan pada gaya hidup ini dapat memberikan pasien kepercayaan diri dan dorongan untuk segera berhenti menggunakan heroin. Koordinator PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet dr. Elizabeth menerangkan bahwa tujuan PTRM sebagai,
“Program pengganti atau subtitusi bagi para pengguna NAPZA, pecandu heroin, morfin dan pengguna suntik menjadi meminum metadon. Metadon itu sendiri adalah heroin sintetik.”13 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh dr. Fadlinah, “PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) ini merupakan program harm reduction yang salah satunya adalah dengan subtitusi metadon untuk menghindari, memutuskan mata rantai penularan HIV …”14
Berdasarkan data di atas menggunakan indikator upaya, Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) bertujuan untuk mengurangi dampak buruk penggunaan Narkoba terutama heroin dengan meminum metadon sesuai dosis yang ditetapkan oleh dokter. Selain itu, program metadon memberikan kesempatan bagi pasien untuk menstabilkan hidupnya.
12
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), HIV dan AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba (Jakarta: KPAN, t.t), h. 40.
13
Wawancara Pribadi dengan Koordinator PTRM dr. Elizabeth, Jakarta, 02 Mei 2014.
14
b. Kerjasama Program Terapi Rumatan Metadon dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
Menurut Kader Muda Puskesmas Kecamatan Tebet pada saat ini PTRM telah bekerja sama dengan beberapa LSM yang bergerak dibidang
harm reduction.15 Tidak jarang pecandu heroin mengetahui PTRM dari LSM. Namun tidak semua pecandu heroin diterima menjadi pasien oleh PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet. Hal ini dijelaskan oleh dr. Fadlinah:
Saat pasien datang kita akan tanya apa yang ia ketahui tentang metadon. Ada yang menjawab katanya metadon enak. Nah, itu bahaya jika mereka nantinya ikut program dan mereka merasa tidak nyaman dan betul-betul harus menjaga dari dosis kecil lalu tidak nutup (sakaw). Nah, nantinya siap engga sih dia. Jika tidak siap nanti akan DO (drop out) dan LSM saat itu (awal PTRM dibuka) tidak semua paham asal masuk-masukin ke PTRM, ada yang masih baru menggunakan (heroin) tapi dimasukkan. Jadi kami harus seleksi lagi. Tujuan kami itu untuk mengurangi dampak buruk, jika ia belum siap maka tidak.16
Selain itu, kerjasama yang dilakukan PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet dengan beberapa LSM terdiri dari penjangkauan dan pendampingan terhadap para pecandu heroin yang masih aktif, pemberian informasi seputar kesehatan dan NAPZA. Hal ini dipaparkan oleh dr. Elizabeth,“Pendampingan dari LSM dan Kader Muda. LSM yang bekerja
15
Harm Reduction adalah pengurangan dampak buruk NAPZA sebagai upaya pencegahan terhadap dampak buruk NAPZA tanpa perlu mengurangi jumlah penggunanya. Dengan kata lain, harm reduction lebih mengutamakan pencegahan dampak buruk NAPZA, bukan pencegahan penggunaan NAPZA.
16
sama diantaranya STIGMA, PPTK UI, HCPI. Tetapi pendampingan yang paling rutin diberikan oleh Judi Kader Muda.”17
Seperti yang dikutip dari Rauf A. Hatu, Suharto sesuai prinsip pekerjaan sosial, pendampingan yakni membantu orang agar membantu dirinya sendiri. Dalam konteks ini peranan pekerja sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan pemecah masalah (problem solver) secara langsung.18 Oleh karena itu, Kader Muda yang bertugas melakukan pendampingan masih membutuhkan bantuan dari berbagai pihak melalui kerjasama, seperti yang dijelaskan oleh dr. Fadlinah:
Kami jelas tidak mungkin selalu kami yang melakukan pendampingan. Kita berharap juga dari LSM. Sekecil apapun informasi kami akan usahakan untuk mengumpulkan anak-anak. Penjangkauan dilakukan oleh Kader Muda dan LSM, sesekali kami juka ikut turun (ke lapangan) tapi tidak memakai baju dinas yah. Intinya kita permudah aksesnya dahulu.19
Hal ini juga diperkuat oleh salah satu perawat ibu Devi, “Penjangkauan kita disini juga ada kader muda, selain itu juga ada LSM”.20
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa kerjasama Puskesmas Kecamatan Tebet dengan LSM sangat membantu pencapaian target
17
Wawancara Pribadi dengan Koordinator PTRM dr. Elizabeth, Jakarta 02 Mei 2014.
18
Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat (Suatu kajian Teoritis),” Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, INOVASI, no. 4 (Desember 2010): h. 248.
19
Wawancara Pribadi dengan dr. Fadlinah, Jakarta 02 Mei 2014.
20
penerima manfaat Program Terapi Rumatan Metadon. Walaupun demikian, peran kader muda Puskesmas Kecamatan Tebet juga tidak kalah pentingnya dalam hal penjangkauan pecandu yang masih aktif dan pasien yang sudah terdaftar di PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet. Selain itu, Kader muda juga dituntut untuk dapat berjejaring dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan harm reduction,“… memang kita sudah diwajibkan untuk keluar lapangan melakukan penjangkauan…”21 Seperti yang dikutip dari Rauf A. Hatu, Suharto merumuskan kegiatan serta proses pendampingan berpusat pada empat bidang, salah satunya perlindungan, fungsi ini berkaitan dengan interaksi antar pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan kepentingan klien dampingannya.22
Berdasarkan data di atas menggunakan indikator keterjangkauan maka kerjasama Puskesmas Kecamatan Tebet dengan LSM dan kader muda dinilai baik karena para pecandu heroin terutama di daerah Jakarta Selatan dapat menjangkau atau mengikuti PTRM.
Berdasarkan data pada evaluasi konteks di atas, maka hasil evaluasi konteks dari segi relevansi, upaya dan keterjangkauan dinilai tepat sasaran. PTRM dilaksanakan sebagai upaya pengurangan dampak buruk Narkoba terutama bagi pecandu heroin. Penjangkauan yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Tebet dengan
21
Wawancara Pribadi dengan Kader Muda Bapak Judi, Jakarta 28 April 2014.
22
kader muda dan LSM dinilai baik karena para pecandu heroin dapat lebih mudah mengakses program metadon.