• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Pelayanan Anggaran Pendukung Program Sanitasi dan Air

Sulawesi Selatan diperlukan dukungan dana untuk meningkatkan implementasi pelayanan sanitasi dan air minum kepada masyarakat. Untuk itu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.13. Penganggaran Sanitasi Dinas/Badan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018

Program dan Kegiatan Belanja Sanitasi (Rp)

2014 2015 2016 2017 2018

46

Perumahan dan Permukiman 16,692,383,000

4,625,000,000 4,255,000,000 Biro Pembangunan dan

T O T A L 98.740.725.900 79.778.704.200 62.799.811.403 70.819.394.058 76.538.977.443 TOTAL APBD SULSEL

Sumber: Bappeda Prov. Sulsel

Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa dukungan penganggaran terbesar terdapat pada tahun 2014, dan terus mengalami penurunan hingga dua tahun berikutnya.

Selanjutnya mulai terdapat peningkatan meskipun belum menyamai capaian pada tahun 2015 dan 2014.

Gambaran dukungan anggaran untuk bidang sanitasi dan air minum dapat dilihat pada Tabel 4.14 sampai dengan Tabel 4.10

Tabel 4.14. Kondisi Anggaran Bidang Air Minum di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota APBD CSR/Swasta Dana Desa APBN (reimburse)

Cost Recovery PDAM 1. Kep. Selayar > 2% Tidak Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Belum Terpenuhi 2. Bulukumba < 2% Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Belum Terpenuhi 3. Bantaeng < 2% Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi

4. Jeneponto < 2% Tidak Tersedia Dimanfaatkan Belum Belum Terpenuhi

47 Dimanfaatkan

5. Takalar < 2% Tersedia Dimanfaatkan Belum Dimanfaatkan

Belum Terpenuhi 6. Gowa > 2% Tidak tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi 7. Sinjai > 2% Tidak

Tersedia

Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi

8. Maros - - - - - 13. Wajo < 2% Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi 14. Sidrap < 2% Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Belum Terpenuhi 15. Pinrang > 2% Tidak Tersedia Dimanfaatkan Belum

Dimanfaatkan

Terpenuhi 16. Enrekang > 2% Tidak Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi 17. Luwu < 2% Tidak Tersedia Belum

19. Luwu Utara < 2% Tidak Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi 20. Luwu Timur Belum

Tidak Tersedia Dimanfaatkan Dimanfaatkan Terpenuhi 22. Makassar < 2% Tersedia Dimanfaatkan Belum

Dimanfaatkan

Terpenuhi 23. Parepare < 2% Tidak Tersedia Dimanfaatkan Belum

Dimanfaatkan

Terpenuhi 24. Palopo < 2% Tidak Tersedia Belum

Dimanfaatkan

Dimanfaatkan Terpenuhi Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Tabel 4.14 memberikan gambaran bahwa sebagian besar Kabupaten/kota (11 dari 24 Kabupaten/kota) di Sulawesi Selatan telah mengalokasikan anggaran untuk pelayanan air minum meskipun besarannya kurang dari 2% dari APBD Kabupaten/kota, baru enam Kabupaten/kota yang telah mengalokasikan lebih dari 2%, sedangkan dua Kabupaten/kota, yaitu Luwu Timur dan Toraja Utara bahkan sama sekali belum menyiapkan anggaran untuk pelayanan air minum dalam APBD Tahun 2018.

Dari Tabel tersebut pula dapat diketahui bahwa baru empat Kabupaten/kota yang telah memanfaatkan dana CSR dari pihak swasta, sedangkan sebagian besar lainnya masih belum memanfaatkannya. Sebagian besar Kabupaten/kota telah memanfaatkan dana desa untuk meningkatkan pelayanan Air Minum, namun ada empat Kabupaten/kota yang belum memanfaatkannya.

48 Untuk dana APBN yang menggunakan system reimburse telah dimanfaatkan oleh 12 Kabupaten/kota, dan 11 Kabupaten/kota telah memenuhi cost recovery PDAM.

Tabel 4.15 Analisis Frekuensi Dukungan Penganggaran Bidang Air Minum No. Sumber dana Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. APBD Kab/Kota 6 30 14 70 20

2. CSRS/wasta 4 20 16 80 20

3. Dana Desa/Kotaku 16 80 4 20 20

4. APBN 12 60 8 40 20

5. Cost Recovery PDAM 11 55 9 45 20

Total 49 245 51 255 100

Rata-rata 9,8 49 10,2 51 20

Sumber : Kuesioner AMPL Award diolah

Analisis frekuensi terhadap keseluruhan tanggapan positif yang diberikan Kabupaten/kota terhadap dukungan anggaran pemerintah Kabupaten/kota untuk pelayanan Air Minum hanya sebesar 49%. Dukungan terendah berasal dari pemanfaatan CSR/Swasta dan dukungan tertinggi adalah dari pemanfaatan Dana Desa (lihat Tabel 4.15)

Dengan demikian, pemerintah Kabupaten/kota masih harus meningkatkan penganggaran untuk sektor Air Minum, dan mencari sumber Penganggaran lainnya terutama memanfaatkan peluang penggunaan dana CSR dari pihak-pihak swasta. Untuk Kabupaten Tana Toraja dan Luwu Timur terlihat adanya keterkaitan antara ketersediaan anggaran dengan tingkat capaian pelayanan air minum yang juga masih relatif lebih rendah dibandingkan Kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Selatan (lihat Tabel 4.14).

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan regulasi pelayanan persampahan pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 47, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100%

Jumlah pertanyaan = 47 x 100%

120 = 39,17%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 39,17% titik kesesuaiannya berada di bawah 50%, artinya dukungan anggaran pada pelayanan Air Minum pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati tidak sesuai. Hal ini

49 sejalan dengan hasil analisis terhadap dukungan pada tingkat Kabupaten berdasarkan data AMPL Award sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Ketersediaan dukungan Penganggaran terkait program Air Minum pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Analisis Frekuensi Dukungan Penganggaran terkait Program Air Minum di Tingkat Desa untuk program Air Minum di desa

1 3,33 29 96,67 30

Sumber : Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel di atas, bantuan swasta atau dana CSR untuk program Air Minum baru terdapat pada satu desa yaitu desa Bulu Cindea Kecamatan Bungoro. Bantuan berupa pembuatan sumur bor di 3 titik, penampungan air dan penyediaan Air Minum yang rutin dibagikan setiap minggu. Untuk mengefisienkan pembagian Air Minum ini pemerintah desa memberikan dukungan berupa bantuan penampungan air untuk masyarakat.

Dari Tabel 4.16. dapat dilihat bahwa hanya 17 Desa yang memanfaatkan dana desa baik itu dari dana desa maupun dari alokasi dana desa untuk program penyediaan Air Minum. Bentuk program yang dilakukan di tingkat desapun berbeda-beda sesuai kebutuhan masyarakat di desa tersebut. Dari Tabel 4.16 juga terlihat bahwa ada 13 desa yang sudah tidak menganggarkan PenganggaranAir Minum dalam anggaran desanya. Hal ini disebabkan karena sebagian warganya sudah memenuhi kebutuhan air secara swadaya, selain itu juga program pemerintah Kabupaten melalui APBD dan program Pemerintah pusat telah memenuhi kebutuhan Air Minum masyarakat di desa tersebut.

50 Pemanfaatan dana APBN untuk pembangunan Air Minum sudah dimanfaatkan di 17 desa Sampel. Untuk Kabupaten Pangkep sendiri hampir semua desa sudah mendapatkan program pembangunan Air Minum melalui program Pamsimas namun ada 1 desa yang menolak program tersebut yaitu Desa Batara Kecamatan Labbakang, karena hampir semua warga sudah memiliki sumur galian dikhawatirkan bantuan tersebut menjadi sia-sia.

Tabel 4.17 Kondisi Anggaran Bidang Persampahan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota APBD CSR/Swasta Dana Desa Hibah/Loan 1. Kep. Selayar <2% Tidak ada Belum dimanfaatkan Tidak tersedia 2. Bulukumba >2% Ada Belum dimanfaatkan Tidak tersedia

3. Bantaeng <2% Ada Dimanfaatkan Tidak tersedia

4. Jeneponto <2% Ada Dimanfaatkan Tidak tersedia

5. Takalar <2% Tidak ada Belum dimanfaatkan Tersedia

6. Gowa >2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

7. Sinjai <2% Ada Dimanfaatkan Tidak tersedia

8. Maros - - - -

9. Pangkep - - - -

10. Barru >2% Tidak ada Belum dimanfaatkan Tidak tersedia

11. Bone - - - -

12. Soppeng >2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

13. Wajo <2% Tidak ada Dimanfaatkan Tidak tersedia

14. Sidrap <2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

15. Pinrang >2% Tidak ada Dimanfaatkan Tidak tersedia

16. Enrekang >2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

17. Luwu <2% Tidak ada Dimanfaatkan Tersedia

16. Tator - - - -

19. Luwu Utara <2% Ada Belum dimanfaatkan Tersedia 20. Luwu Timur <2% Ada Dimanfaatkan Tidak tersedia 21. Toraja Utara <2% Tidak ada Belum dimanfaatkan Tidak tersedia

22. Makassar >2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

23. Parepare <2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

24. Palopo <2% Ada Dimanfaatkan Tersedia

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Pada bidang persampahan, dukungan anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagian besar masih mengalokasikan kurang dari 2% APBD (13 Kabupaten/kota), tujuh Kabupaten/kota telah mengalokasikan lebih dari 2% APBD, sementara empat Kabupaten/kota tidak memasukkan data.

Sementara itu, tujuh Kabupaten/kota belum memanfaatkan dana CSR dari perusahaan swasta, enam Kabupaten/kota belum memanfaatkan dana desa, dan baru enam Kabupaten/kota yang memiliki penganggaran pengelolaan sampah yang berasal dari dana hibah.

Tabel 4.18 Analisis Frekuensi Dukungan Penganggaran Persampahan

51 No. Sumber dana Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. APBD Kab/Kota 7 35 13 65 20

2. CSRS/wasta 13 65 7 35 20

3. Dana Desa/Kotaku 14 70 6 30 20

4. Hibah/Loan 6 30 14 70 20

Total 40 200 40 200 80

Rata-rata 10 50 10 50 20

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Secara keseluruhan, hasil analisis frekuensi terhadap dukungan penganggaran bagi pelayanan bidang persampahan berada pada angka 50%.

Dukungan terendah diberikan dari pemanfaatan dana hibah/loan, sedangkan dukungan tertinggi diberikan melalui pemanfaatan Dana Desa.

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan anggaran pelayanan persampahan pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 20, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah skor x 100%

Jumlah pertanyaan = 20 x 100%

120 = 16,67%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 16,67%

titik kesesuaiannya berada di bawah 50%, artinya dukungan anggaran pada pelayanan persampahan pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati tidak sesuai.

Jika dibandingkan dengan hasil analisis terhadap dukungan penganggaran di level Kabupaten yang sudah berada pada angka 50%, maka dapat ditengarai bahwa penganggaran di Kabupaten belum menyentuh langsung kepada masyarakat di desa.

Ketersediaan dukungan Penganggaran terkait program pengelolaan sampah pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4. 19 Analisis Frekuensi Dukungan Penganggaran terkait Program Pengelolaan Sampah di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Program terkait persampahan 7 23,33 23 76,67 30

52 yang bersumber dari dana

APBD Kabupaten/Kota di Desa 2. Dana CSR/Swasta yang tersedia untuk program pengelolaan sampah

1 3,33 29 96,67 30

3. Pemanfaatan dana desa ataupun alokasi dana desa untuk pengelolaan sampah

12 40 18 60 30

4. Pemanfaatan dana APBN untuk program pengelolaan sampah

0 0 30 100 30

Total 20 66,66 100 333,34 120

Rata-rata 5 16,67 25 83,33 30

Sumber : Data Primer diolah

Dari Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa dukungan penganggaran terhadap pengelolaan sampah di tingkat desa masih sangat rendah. Dari Tabel 4.19 juga dapat dilihat bahwa hanya ada 7 desa di 3 Kabupaten yang menerima program pengelolaan sampah dari Kabupaten. Sedangkan untuk dana CSR atau bantuan dari swasta yaitu di Desa Tompobulu Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.

Bantuan berupa dana tunai untuk pengadaan tempat sampah sebanyak 300 buah.

Sementara itu sebagian besar desa telah menggunakan dana desa maupun alokasi dana desa untuk pengelolaan sampahnya. Dari Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa tidak ada desa yang mendapat dukungan anggaran dari pemerintah pusat untuk pengelolaan sampah. Padahal sampah menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi di Indonesia dan dunia saat ini.

Tabel 4.20. Kondisi Anggaran Bidang Pengelolaan Limbah di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota APBD CSR/Swasta Dana Desa Hibah/Loan

1. Kep. Selayar < 2% Ada Dimanfaatkan Ada

2. Bulukumba >2% Tidak ada Belum Dimanfaatkan Tidak Ada 3. Bantaeng < 2% Tidak ada Dimanfaatkan Tidak Ada 4. Jeneponto < 2% Tidak ada Dimanfaatkan Tidak Ada

53

Tidak ada Belum Dimanfaatkan Belum ada

16. Tator - - - -

19. Luwu Utara < 2% Tidak ada Dimanfaatkan Belum ada 20. Luwu Timur Tidak

tersedia

Tidak ada Belum Dimanfaatkan Belum ada 21. Toraja Utara < 2% Tidak ada Dimanfaatkan Ada

22. Makassar < 2% Ada Dimanfaatkan Belum ada

23. Parepare < 2% Tidak ada Dimanfaatkan Ada 24. Palopo < 2% Tidak ada Belum Dimanfaatkan Belum ada

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Untuk dukungan penganggaran pada bidang limbah, dapat diketahui dari Tabel 4.20, bahwa Kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan anggaran sebesar 2% atau lebih baru sebanyak tiga Kabupaten, selebihnya baru menganggarkan kurang dari 2%, bahkan dua Kabupaten (Luwu dan Luwu Timur) sama sekali belum menganggarkan dalam APBD 2018.

Ketersediaan dana yang berasal dari pihak swasta dalam bentuk dana CSR baru terdapat pada empat Kabupaten/kota (Makassar, Soppeng, Gowa dan Selayar). Sementara itu, baru 12 Kabupaten/kota yang sudah memanfaatkan dana desa/kotaku dalam pengelolaan limbah dan tujuh Kabupaten/kota yang telah mendapatkan dana dengan system hibah/loan.

Tabel 4.21 Analisis Frekuensi Dukungan Penganggaran untuk pelayanan Limbah Rumah Tangga

No. Sumber dana Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. APBD Kab/Kota 3 15 17 85 20

2. CSRS/wasta 4 20 16 80 20

3. Dana Desa/Kotaku 12 60 8 40 20

54

4. Hibah/Loan 7 35 13 65 20

Total 26 130 54 270 80

Rata-rata 6,5 32,5 13,5 67,5 20

Sumber : Data Primer diolah

Hasil analisis frekuensi secara keseluruhan terhadap dukungan anggaran dari pemerintah Kabupaten/ kota untuk pelayanan air limbah rumah tangga atau air limbah domestic sebesar 32,5%. Dukungan terendah diberikan dari dari Penganggaran APBD (15%), dukungan terbesar dari pemanfaatan penggunaan Dana Desa.

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan anggaran pengelolaan limbah pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 29, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100%

Jumlah pertanyaan = 29 x 100%

120

= 24,17%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 24,17% titik kesesuaiannya berada di bawah 50%, artinya dukungan anggaran pada pengelolaan limbah pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati tidak sesuai.

Jika dibandingkan dengan hasil analisis terhadap dukungan penganggaran di level Kabupaten yang sudah berada pada angka 32,5%, maka dapat ditengarai bahwa penganggaran di Kabupaten belum menyentuh langsung kepada masyarakat di desa.

Ketersediaan dukungan Penganggaranterkait program pengelolaan limbah pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Analisis Frekuensi Dukungan Penganggaran terkait Pengelolaan Limbah di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Program terkait pengelolaan limbah yang bersumber dari dana APBD Kabupaten/Kota di Desa

10 33,33 20 66,67 30

55 2. Dana CSR/Swasta yang tersedia

untuk pengelolaan limbah di desa

0 0 30 100 30

Dari Tabel 4.22 dapat dilihat bahwa dukungan penganggaran terhadap pengelolaan limbah di tingkat desa masih sangat rendah. Dari Tabel tersebut diatas bahwa hanya ada 10 desa di 3 Kabupaten yang menerima program pengelolaan limbah dari Kabupaten. Sedangkan untuk dana CSR belum ada yang memberikan bantuannya terkait dengan pengelolaan limbah .

Sementara itu sebagian besar desa telah menggunakan dana desa maupun alokasi dana desa untuk pengelolaan limbah sebanyak 17 desa dari 3 Kabupaten.

Sedangkan untuk dukungan anggaran dari pemerintah pusat untuk pengelolaan limbah hanya 2 desa. Padahal Air limbah merupakan salah satu program nasional.

4.4 Pelayanan Koordinasi Pendukung Program Sanitasi dan Air Minum