• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Pelayanan Koordinasi Pendukung Program Sanitasi dan

Minum, dimana koordinasi merupakan penyatupaduan gerak dari seluruh potensi dan unit-unit organisasi atau organisasi-organisasi yang berbeda fungsi agar secara benar-benar mengarah pada sasaran yang sama guna memudahkan pencapaiannya dengan efisien. Koordinasi bertujuan terciptanya efisiensi pelaksanaan tugas atau pencapaian sasaran.

Tabel 4.23. Kondisi Koordinasi Bidang Air Minum di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Pelaksanaan Kegiatan advokasi/sosialisasi/kampa

56

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Dukungan koordinasi terhadap pelayanan Air Minum pada umumnya diberikan dalam bentuk advokasi/sosialisasi/kampanye terkait Akses Air.

Sedangkan ketersediaan Asosiasi SPAM baru tersedia di sebagian Kabupaten/kota. Asosiasi SPAM mempunyai tugas penting dalam fungsi koordinasi, yaitu memfasilitasi para anggotanya (yang terdiri dari Badan Pengelola SPAMS) di dalam memecahkan berbagai isu/permasalahan kegiatan pengelolaan SPAMS Perdesaan, serta mampu memfasilitasi para anggotanya dengan mitra potensial dalam pembangunan SPAMS Perdesaan. Sementara itu, Kabupaten/kota yang sudah menjalin kemitraan dalam pengelolaan Air Minum baru sebanyak empat Kabupaten/kota.

Tabel 4.24 Analisis Frekuensi Dukungan Koordinasi Bidang Air Minum No. Sumber dana Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

57 Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Secara keseluruhan, hasil analisis frekuensi terhadap dukungan koordinasi bagi pelayanan bidang air minum berada pada angka 55%. Dukungan terendah diberikan dari kerjasama dengan mitra, sedangkan dukungan tertinggi diberikan melalui kegiatan advokasi/sosialisasi dan sejenisnya.

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan koordinasi pelayanan Air Minum pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 89, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100%

Jumlah pertanyaan

= 89 x 100%

120

= 74,17%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 74,17% titik kesesuaiannya berada di atas 50%, artinya dukungan koordinasi pada pelayanan persampahan pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati sesuai.

Jika dibandingkan dengan hasil analisis terhadap dukungan koordinasi di level Kabupaten yang berada pada angka 55%, maka dapat ditengarai bahwa aparat desa telah melakukan fungsi koordinasi dengan baik dan lebih pro aktif.

Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan kepala desa, bahwa mereka bahkan melakukan pendekatan kepada anggota DPR untuk mencari peluang guna peningkatan pelayanan Air Minum di desa mereka. Selain itu ada juga informan kepala desa yang menjalin langsung upaya kerjasama dengan PDAM, walaupun sampai saat ini realisasinya baru sebatas terpasangnya perpipaan.

Ketersediaan dukungan koordinasi terkait program pelayanan air minum pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada table 4.25.

Tabel 4.25 Analisis Frekuensi Dukungan Koordinasi Pelayanan Air Minum di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Pelaksanaan kegiatan advokasi/sosialisasi atau kampanye terkait akses air minum

100% di tingkat desa 30 100 0 0 30

58 2. Pelaksanaan kegiatan advokasi/sosialisasi

atau kampanye terkait akses air minum

100% di tingkat Kabupaten/Provinsi 29 96.67 1 3.33 30 3. Mitra dalam melaksanakan program

pembangunan Air Minum 1 3.33 29 96.67 30

4. Pelaksanaan kegiatan rapat/pertemuan yang melibatkan berbagai pihak yang terkait akses air minum 100% di tingkat

Kabupaten 29 96.67 1 3.33 30

Total 89 296,67 31 103,33 120

Rata-rata 22,25 74,17 7,75 25.83 30

Berdasarkan tabel 4.25 diatas maka dapat dilihat bahwa dukungan koordinasi pelayanan air minum di tingkat desa sangat tinggi terutama Pelaksanaan kegiatan advokasi/sosialisasi atau kampanye ditingkat desa sudah mencapai 100%. Dukungan koordinasi pelayanan air minum adalah Mitra dalam melaksanakan program pembangunan Air Minum dimana hanya ada 1 desa dari 30 desa sampel (3,33%) yaitu Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep bersama dengan PT. Semen Tonasa.

Tabel 4.26. Kondisi Koordinasi Bidang Persampahan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Pelaksanaan Kegiatan advokasi/sosialisasi/

kampanye terkait Pemilahan sampah

Ketersediaan kelembagaan Pengelolaan

Sampah

Keaktifan Pokja Sanitasi

1. Kep. Selayar Ada Pengelola TPA -

59

2. Bulukumba Ada Belum Ada -

3. Bantaeng Ada Pengelola TPA -

4. Jeneponto Ada UPTD Aktif berkoordinasi

5. Takalar Ada Pengelola TPA Aktif berkoordinasi dan monev

6. Gowa Ada Pengelola TPA Aktif berkoordinasi dan monev

7. Sinjai Ada Pengelola TPA -

21. Toraja Utara Pengelola TPA

22. Makassar UPTD Aktif berkoordinasi dan monev

23. Parepare Pengelola TPA

24. Palopo UPTD

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Dukungan koordinasi terhadap pelayanan persampahan pada umumnya diberikan dalam bentuk advokasi/sosialisasi/kampanye terkait pemilahan sampah.

Sedangkan dari aspek ketersediaan kelembagaan yang berbentuk UPTD baru terdapat pada tiga Kabupaten/kota, selebihnya pengelolaannya berada pada bidang di OPD terkait dan bahkan terdapat dua Kabupaten yang sama sekali tidak memiliki pengelola persampahan. Dari sisi keaktifan Pokja Sanitasi, hampir seluruh Kabupaten/kota sudah aktif melakukan koordinasi dan monev.

Tabel 4.27 Analisis Frekuensi Dukungan Koordinasi Persampahan

No. Uraian Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. Advokasi/sosialisasi dll 18 90 2 10 20

2. Kelembagaan 18 90 2 10 20

3. Keaktifan Pokja Sanitasi 18 90 2 10 20

60

Total 54 270 6 30 60

Rata-rata 18 90 2 10 20

Sumber: Kuesioner AMPL Award diolah

Secara keseluruhan, hasil analisis frekuensi terhadap dukungan pemerintah Kabupaten/kota bagi koordinasi pada pelayanan persampahan telah berada pada angka 90% dan dukungan tersebut merata pada tiga aspek yang ditanyakan (adanya advokasi, ketersediaan kelembagaan dan keaktifan Pokja).

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan koordinasi pelayanan persampahan pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 71, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100%

Jumlah pertanyaan

= 71 x 100%

120

= 59,17%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 59,17% titik kesesuaiannya berada di atas 50%, artinya dukungan anggaran pada pelayanan persampahan pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati sesuai.

Ketersediaan dukungan koordinasi terkait program pelayanan air minum pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada table 4.28.

Tabel 4.28 Analisis Frekuensi Dukungan Koordinasi Pelayanan Persampahan di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Pelaksanaan kegiatan

advokasi/sosialisasi atau 26 86.67 4 13.33 30

61

3. Mitra dalam melaksanakan program pembangunan/

pengelolaan persampahan 2 6.67 28 93.33 30

4. Pelaksanaan kegiatan rapat/pertemuan yang

melibatkan berbagai pihak yang terkait persampahan 100% di

tingkat Kabupaten 24 80 6 20 30

Total 71 236,67 49 163,33 120

Rata-rata 17,75 59.17 12,25 40.83 30

Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.28 diatas bahwa dapat dilihat hasil koordinasi yang mendukung pelayanan persampahan cukup tinggi sebesar 59,17%. Pelaksanaan kegiatan advokasi//sosialisasi/ kampanye terkait persampahan sangat tinggi sebesar 86,67%. Dengan cara sambang dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku hidup sehat dan ada 1 desa yaitu Desa Alatengae Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros mengimbau masyarakat jangan membuang sampah sembarang tempat termasuk diumumkan di mesjid. Selain itu ada beberapa desa dimana Tim Penggerak PKK setempat telah memberikan pelatihan kepada masyarakat bagaimana memanfaatkan dan mengelola sampah plastik dengan membuat kerajinan seperti : pas bunga, tempat tissu, tempat air minum, pot bunga dan lain-lain walaupun hanya usaha skala rumah tangga.

Tabel 4.29 Kondisi Koordinasi Bidang Pengelolaan Air Limbah di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Pelaksanaan Kegiatan advokasi/sosialisasi/kampa

Ketersediaan kelembagaan

Beroperasinya Lembaga Pengelola

62 nye pengelolaan ALD Pengelolaan ALD ALD

1. Kep. Selayar Ada Regulator sekaligus

operator

Beroperasi

2. Bulukumba Ada Regulator sekaligus

operator

Beroperasi

3. Bantaeng Ada Regulator sekaligus

operator

Beroperasi

4. Jeneponto Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

5. Takalar Tidak Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

6. Gowa Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

7. Sinjai Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

8. Maros - - -

9. Pangkep - - -

10. Barru Ada Proses pembentukan

UPTD

Belum beroperasi

11. Bone - - -

12. Soppeng Ada Regulator sekaligus

operator

Beroperasi

13. Wajo Tidak Ada Belum ada Lembaga

14. Sidrap Ada Regulator sekaligus

operator

Beroperasi

15. Pinrang Ada Proses pembentukan

UPTD

Beroperasi

16. Enrekang Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

17. Luwu Tidak Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

16. Tator - - -

19. Luwu Utara Ada Regulator sekaligus

operator

Beroperasi 20. Luwu Timur Tidak Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi 21. Toraja Utara Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

22. Makassar Ada Ada UPTD Beroperasi

23. Parepare Ada Ada UPTD Beroperasi

24. Palopo Ada Belum ada Lembaga Belum beroperasi

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Dukungan koordinasi terhadap pelayanan air limbah pada umumnya diberikan dalam bentuk advokasi/sosialisasi/kampanye terkait pengelolaan air limbah domestik. Sedangkan dari aspek ketersediaan kelembagaan yang berbentuk UPTD Pengelola Air Limbah Domestik baru terdapat pada Kota Makassar dan Parepare, dua Kabupaten dalam proses pembentukan UPTD, enam Kabupaten pengelolaannya masih dirangkap oleh regulator dan selebihnya sama sekali tidak memiliki lembaga pengelola air limbah. Untuk Kabupaten/kota yang sudah memiliki kelembagaan pengelola maka semuanya telah beroperasi.

Tabel 4.30 Analisis Frekuensi Dukungan Koordinasi Pengelolaan Limbah

No. Uraian Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

63

1. Advokasi/sosialisasi dll 16 80 4 20 20

2. Kelembagaan 11 55 6 30 20

3. Keaktifan Pokja Sanitasi 10 50 10 50 20

Total 37 185 20 100 60

Rata-rata 12,33 61,67 6,67 33,33 20

Sumber: Kuesioner AMPL Award 2018 diolah

Secara keseluruhan, hasil analisis frekuensi terhadap dukungan pemerintah Kabupaten/kota bagi koordinasi pada pengelolaan Limbah telah berada pada angka 61,67%. Dukungan terbesar diberikan oleh adanya advokasi/sosialisas/kampanye dan terendah dari keaktifan Pokja Sanitasi.

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan koordinasi pelayanan air limbah pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 88, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100%

Jumlah pertanyaan

= 88 x 100%

120

= 73,33%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 73,33% titik kesesuaiannya berada di atas 50%, artinya dukungan anggaran pada pelayanan persampahan pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati sesuai. Hal ini sejalan dengan hasil analisis terhadap dukungan penganggaran di level Kabupaten

Ketersediaan dukungan koordinasi terkait program pelayanan air minum pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada table 4.31.

Tabel 4.31 Analisis Frekuensi Dukungan Koordinasi Pengelolaan Limbah di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Pelaksanaan kegiatan

advokasi/sosialisasi atau 29 96,67 1 3,33 30

64 kampanye terkait pengelolaan

limbah 100% di tingkat desa 2. Pelaksanaan kegiatan

advokasi/sosialisasi atau kampanye terkait pengelolaan limbah 100% di tingkat

Kabupaten/Provinsi 29 96,67 1 3,33 30

3. Mitra dalam melaksanakan program pembangunan/

pengelolaan limbah 1 3,33 29 96,67 30

4. Pelaksanaan kegiatan rapat/pertemuan yang

melibatkan berbagai pihak yang terkait pengelolaan limbah

100% di tingkat Kabupaten 29 96,67 1 3,33 30

Total 88 293,34 32 106,66 120

Rata-rata 22 73,33 8 26,67 30

Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.31 tersebut diatas dapat dilihat bahwa dukungan koordinasi pengelolaan limbah di tingkat desa sudah sangat tinggi. Dukungan koordinasi yang paling tinggi ada 3 kegiatan adalah Pelaksanaan kegiatan advokasi/sosialisasi atau kampanye terkait pengelolaan limbah di tingkat desa, Kabupaten/Provinsi dan kegiatan rapat/pertemuan yang melibatkan berbagai pihak di tingkat Kabupaten sebesar 96,67%. Dukungan koordinasi yang paling rendah adalah Mitra dalam melaksanakan program pembangunan/ pengelolaan limbah hanya ada 1 desa dari 30 desa sampel (3,33%) yang mendapat bantuan dari swasta yaitu Desa Bara Batu, Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Jenis bantuannya adalah TTG khusus pengelolaan limbah tanaman dan limbah ternak.

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

5.1. Kesimpulan

65 Dari hasil kajian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelayanan Air Minum di Provinsi Sulawesi Selatan terkait regulasi dan perencanaan, dimana rata-rata ketersediaan regulasi (Pergub, Perbup/Perwalkot, Rispam) sebesar 53,33% sehingga nilai ini berada diatas 50% artinya dukungan regulasi pada pelayanan air minum di tingkat Kabupaten/Kota mendekati sesuai. Sedangkan ketersediaan regulasi di tingkat desa hanya sebesar 30%, artinya mendekati tidak sesuai karena hanya tersedia Program Pengelolaan air minum dalam dokumen perencanaan desa (RPJMDes, RKP, Renja) dan tidak ada regulasi yang dikeluarkan oleh desa terkait pelayanan air minum.

2. Pelayanan Sanitasi (Persampahan dan Limbah) di Provinsi Sulawesi Selatan terkait regulasi dan perencanaan dimana rata-rata sebesar 56,11%

di tingkat Kabupaten/kota di bidang persampahan artinya mendekati sesuai, sementara di tingkat desa rata-rata hanya 23,33% artinya mendekati tidak sesuai. Sedangkan di bidang limbah hanya 35% di tingkat Kabupaten/kota artinya mendekati tidak sesuai dan rata-rata ditingkat desa lebih rendah hanya 21,11% berarti sama dengan di tingkat Kabupaten/Kota mendekati tidak sesuai karena titik kesesuaianya berada dibawah 50%, karena Semua desa Sampel belum membuat ataupun menyusun peraturan desa terkait pengelolaan sampah dan limbah.

3. Pelayanan Air Minum di Provinsi Sulawesi Selatan terkait penganggaran, Kabupaten/kota (11 dari 24 Kabupaten/kota) di Sulawesi Selatan telah mengalokasikan anggaran meskipun besarannya kurang dari 2% dari APBD Kabupaten/kota atau rata-rata dukungan anggaran sekitar 49%

artinya mendekati tidak sesuai. Kemudian dukungan anggaran ditingkat desa juga mendekati tidak sesuai sebesar 39,17%.

4. Pelayanan Sanitasi (Persampahan dan Limbah) di Provinsi Sulawesi Selatan terkait penganggaran, Kabupaten/kota (13 dari 24 Kabupaten/kota) di Sulawesi Selatan telah mengalokasikan anggaran bidang persampahan besarannya kurang dari 2% dari APBD Kabupaten/kota atau rata-rata dukungan anggaran sekitar 50% artinya

66 mendekati sesuai karena ditengarai belum menyentuh langsung kepada masyarakat di desa. Kemudian dukungan anggaran ditingkat desa sangat minim hanya sebesar 16,67% % mendekati tidak sesuai karena yang banyak mendukung itu hanya dana desa. Sementara Kabupaten/kota (15 dari 24 Kabupaten/kota) di Sulawesi Selatan telah mengalokasikan anggaran bidang limbah juga besarannya kurang dari 2% dari APBD Kabupaten/kota atau rata-rata dukungan anggaran sekitar 32,5% artinya mendekati tidak sesuai. Sementara dukungan anggaran ditingkat desa juga minim hanya sebesar 24,17% mendekati tidak sesuai karena dukungan terbesar dari pemanfaatan penggunaan Dana Desa.

5. Pelayanan Air Minum di Provinsi Sulawesi Selatan terkait koordinasi, di tingkat Kabupaten//Kota dukungan koordinasi sebesar 55% artinya mendekati sesuai, sedangkan di tingkat desa dukungan koordinasi sebesar 74,17% artinya juga mendekati sesuai dimana Kabupaten/Kota dan desa bersama-sama proaktif melakukan sosialisasi/advokasi ke masyarakat.

6. Pelayanan Sanitasi (Persampahan dan Limbah) di Provinsi Sulawesi Selatan terkait koordinasi, di tingkat Kabupaten//Kota dukungan koordinasi bidang persampahan sebesar 90% artinya mendekati sesuai, sedangkan di tingkat desa dukungan koordinasi sebesar 59,17% artinya mendekati sesuai. Sedangkan dukungan koordinasi bidang limbah sebesar 61,67% artinya mendekati sesuai, sedangkan di tingkat desa dukungan koordinasi sebesar 73,33% artinya mendekati sesuai. dimana Kabupaten/Kota dan desa juga bersama-sama proaktif melakukan sosialisasi/advokasi ke masyarakat.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan sinergitas dan sinkronisasi program dan kegiatan terkait sanitasi dan air minum dalam dokumen RPJMN, RPJMD, RKP, Renstra dan RPJMDes baik ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Desa dan Masayarakat.

67 2. Perlu difasilitasi pembuatan dan pengembangan Peraturan Daerah/regulasi yang menjamin layanan sanitasi dan air minum di seluruh Kabupaten/Kota.

3. Perlu dilakukan peningkatan efektifitas dan efisiensi Penganggaran terkait sanitasi dan air minum di Kabupaten/Kota.

4. Melakukan sinergi dan koordinasi antar stakeholder yang terkait sanitasi dan air minum mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal.

5.3. Rekomendasi Kebijakan

Adapun rekomendasi kebijakan yang dihasilkan antara lain :

1. Kabupaten/Kota agar memberikan aturan-aturan operasional sebagai acuan di tingkat desa pada pelaksanaan pelayanan sanitasi dan air minum.

2. Kabupaten/Kota agar menyiapkan dukungan anggaran APBD untuk mendukung capaian universal akses 100% sanitasi dan air minum.

3. Kabupaten/Kota agar lebih melibatkan semua sektor untuk dukungan koordinasi dan kerjasama termasuk mitra swasta untuk mendukung pelayanan sanitasi dan air minum.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Khan, Sajjad. 2013. Decentralization and poverty reduction: A theoretical framework for exploring the linkages. International Review of Public Administration 18.2 (2013): 145-172.

68 Anwar, Saaludian, 1999. Studi Lingkungan Perairan air Sungai di Kecamatan Gambut dan Kertak Hanyu Kalimantan Selatan, Jakarta, Jurnal Lingkungan dan Pembangunan.

Azwar, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta

Chong, J., Abeysuriya, K., Hidayat, L., Sulistio, H., & Willetts, J. 2016.

Strengthening local governance arrangements for sanitation : case studies of small cities in Indonesia. Aquatic Procedia6 :64–73.

Depkes RI. Tahun 2007 Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Berbagai Tatanan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI

Entjang, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Citra Adtya Bakti, Bandung.

Eriyanto, D.Y., 2006. Pengelolaan Sumber Air Minum secara Partisipatif di Gunung Merbabu (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

Gleick, 1999. Global Climate Change: Potential for Impacts on US Water Resources. Pew Center on Global Climate Change, Philadelphia

Indra Gunawan, 2006. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 965/MENKES /SK/XI/ 1992 Tentang Cara Produksi Kosmetika Yang Baik Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kusnoputranto, 1986. Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,Jakarta.

Miles, M. B., Huberman, A. M., dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis:

A Method Sourcebook. CA, US: Sage Publications.

MIMS. (2017, 24 Juli). Laporan gabungan WHO, UNICEF mengenai akses air dan sanitasi. Diperoleh 1 Agustus 2018, dari https://today.mims.com/laporan-gabungan-who--unicef-mengenai-akses-air-dan-sanitasi

Notoatmojo S, 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan. No. 416 Tahun 1990. Tentang :Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.

69 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Putranto, Haryanto, 1993. Kesehatan Lingkungan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Riyadi dan Bratakusumah, Deddy, 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah.:

Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah., Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Slamet, JuliSoemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Soemirat. S, 2004.Kesehatan Lingkungan, UGM, Yogyakarta.

Tempo. (2017, 10 Januari). Bappenas: 72 Juta Warga Tak Mendapat Akses Air Minum Layak. Diperoleh 1 Agustus 2018, dari https://nasional.tempo.co/read/ 834561/bappenas-72-juta-warga-tak-mendapat-akses-air-minum-layak

Umar, 2003. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan, Ujung Pandang, FKM Unhas, Widya, Jakarta.

United Nations, 2016. Health and Sustainable Development. Report of the Secretary General Prepared by the World Health Organization for the Commission on Sustainable Development. Economic and Social Council, United Nations.

UNICEF & WHO.2012. Progress on drinking water and sanitation: 2012 update.

New York and Geneva: Author

USAID. 2005. Fighting Poverty Through Fiscal Decentralization. United States Agency for International Development

Wardhana, Wisnu, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi. Revisi), Andi Offset, Yogyakarta.

Winters, M. S., Karim, A. G., & Martawardaya, B. 2014. Public service provision under conditions of insufficient citizen demand: Insights from the urban sanitation sector in indonesia. World Development 60 : 31–42.

Wirawan, 2016. Buku Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.

Rajawali Pers, Edisi Revisi.

World Bank Institute. 2005. Introduction to Poverty Analysis. World Bank,

Washing ton, D.C.

http://siteresources.worldbank.org/PGLP/Resources/PovertyManual.pdf Yin, R.K. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. New York London:

The Guilford Press.

70

71

KUESIONER

KAJIAN EVALUASI PELAYANAN SANITASI DAN AIR BERSIH PADA MEMUKIMAN MISKIN DI SULAWESI SELATAN

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Sulawesi Selatan

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama;

2. Isilah Kotak setiap pertanyaan dengan tanda silang (X) atau centang (√) secara objektif;

3. Jawablah setiap pertanyaan dengan data yang akurat disertai sumber datanya;

4. Lampirkan kebutuhan data (Peta, Rekapan, Surat dan sebagainya) pada halaman terakhir secara berurutan sesuai dengan urutan pertanyaannya;

Contoh : Lampiran A.1 untuk lampiran pertanyaan bagian A (Air Minum) nomor 1.

Lampiran B.1 untuk lampiran pertanyaan bagian B (Penanganan Kawasan Kumuh) nomor 1.

dan seterusnya ...

5. Selamat bekerja dan semoga sukses.

Kab/Kota : Desa/Kelurahan : A. Air Minum

Regulasi dan Perencanaan

1. Adakah peraturan terkait pengelolaan air minum dari Kabupaten/Kecamatan yang disampaikan ke Desa/Kelurahan (sebagai acuan pengelolaan air minum di desa/kelurahan)?

Ada Belum ada

 Kalau ada berupa apakah aturan tersebut (Perbup/Perwalkot, Surat Edaran, dll sebutkan 2. Ketersediaan program pengelolaan air minum dalam dokumen perencanaan desa (RPJMDes,

RKP, Renja)

Tidak Ada Ada

3. Adakah regulasi yang dikeluarkan oleh desa terkait pengelolaan air bersih?

Tidak Ada Ada Pendanaan

4. Adakah program terkait air bersih yang bersumber dari dana APBD Kabupaten/Kota di Desa/Kelurahan Bapak/Ibu?

Tidak Ada Ada

 Mohon dijelaskan peruntukkannya

5. Adakah dana CSR / Swasta yang tersedia untuk program air bersih di Desa/Kelurahan Bapak/Ibu Belum tersedia Tersedia

 Mohon dijelaskan peruntukkannya

6. Bagaimana dengan pemanfaatan Dana Desa / Kotaku untuk pembangunan air bersih/air minum di Desa/Kelurahan Bapak/Ibu?

Belum dimanfaatkan Sudah dimanfaatkan

 Mohon dijelaskan peruntukkannya

7. Apakah Desa/Kelurahan Bapak/Ibu sudah memanfaatkan dana APBN untuk program/kegiatan terkait pembangunan air minum/air bersih?

Belum dimanfaatkan Sudah dimanfaatkan

 Mohon dijelaskan peruntukkannya Koordinasi

8. Adakah pelaksanaan kegiatan advokasi/sosialisasi/kampanye terkait akses air minum 100%

yang dilaksanakan di desa/kelurahan Bapak/Ibu

Tidak ada kegiatan advokasi/sosialisasi dst. Dilakukan kegiatan advokasi/sosialisasi dst.

9. Apakah Bapak/Ibu dan/atau aparat desa/kelurahan pernah mengikuti sosialisasi/ kampanye terkait akses air minum 100% yang dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Provinsi/Nasional Tidak pernah Pernah

10. Apakah bapak/Ibu mempunyai mitra dalam melaksanakan pembangunan air bersih di Desa/Kelurahan Bapak/Ibu?

Belum ada mitra Sudah ada mitra

 Mitra dengan: ...

11. Apakah Bapak/Ibu dan/atau aparat desa/kelurahan pernah diundang (selalu dilibatkan) untuk mengikuti rapat/pertemuan yang melibatkan berbagai pihak yang terkait akses air minum 100%

di tingkat kabupaten?

Tidak pernah Pernah

Jelaskan bagaimana bentuk program air minum/air bersih di desa/kelurahan bkp/ibu B. Persampahan

Regulasi

12. Adakah peraturan terkait pengelolaan Sampah Rumah Tangga dari Kabupaten/Kecamatan yang disampaikan ke Desa/Kelurahan (sebagai acuan pengelolaan sampah rumah tangga di

desa/kelurahan)?

Belum Ada Sudah ada

 Kalau ada berupa apakah aturan tersebut (Perbup/Perwalkot, Surat Edaran, dll sebutkan) dan tentang apa peraturan tersebut.

13. Adakah peraturan terkait retribusi layanan sampah dari Kabupaten/Kecamatan yang disampaikan ke Desa/Kelurahan (sebagai acuan pengelolaan sampah rumah tangga di desa/kelurahan)?

Belum Ada Ada

14. Ketersediaan regulasi yang dikeluarkan oleh desa/kelurahan yang mendukung peningkatan layanan sampah

Belum tersedia Tersedia

 Mohon dijelaskan regulasi/aturan tersebut Pendanaan

15. Adakah program pengelolaan sampah rumah tangga yang bersumber dari dana APBD Kabupaten/Kota di Desa/Kelurahan Bapak/Ibu?

Tidak Ada Ada

Mohon dijelaskan peruntukkannya

16. Adakah dana CSR / Swasta yang tersedia untuk program pengelolaan sampah di Desa/Kelurahan

16. Adakah dana CSR / Swasta yang tersedia untuk program pengelolaan sampah di Desa/Kelurahan