• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4. Variabel dan Indikator

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Sedangkan operasionalisasi variabel penelitian berarti menjelaskan secara terperinci mengenai variabel-variabel yang ada di dalamnya menjadi beberapa bagian yaitu dimensi, indikator, ukuran, dan skala. Indikator adalah variabel yang akan membantu dalam mengukur beragam perubahan baik secara tidak langsung maupun secara langsung (Menurut WHO).

32 Indikator dalam penelitian bisa juga didefinisikan sebagai setiap variabel yang bisa mengindikasikan adanya kondisi tertentu yang kemudian digunakan untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam proses penelitian atau studi yang dilakukan. Dalam penelitian, indikator adalah acuan yang digunakan sebagai dasar untuk melihat perubahan pada objek yang diteliti.

Variabel dan indikator yang digunakan dalam kajian ini disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Evaluasi Pelayanan Sanitasi dan Air Minum

No Variabel Indikator

1. Pelayanan terkait Regulasi dan perencanaan

a. Keterkaitan dalam RPJMD, RKP dan Renstra OPD terkait

b. Ketersediaan Pergub, Perbup/Perwalkot c. Ketersediaan RISPAM

d. Ketersediaan regulasi di tingkat desa 2. Pelayanan terkait

Penganggaran

a. Ketersediaan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

b. Keterlibatan sumber dana lain (CSR, Dana Desa dan ADD)

3. Pelayanan terkait koordinasi multi stakeholder

a. Pembentukan dan Keaktifan Pokja AMPL b. Ketersediaan Asosiasi SPAMS Kabupaten c. Bentuk koordinasi di tingkat desa

3.5. Analisis Data

Data berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan mengacu pada penjelasan Prasetyo dan Jannah (2010) sebagai berikut:

33 1. Pengkodean data (data coding), data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data.

2. Pemindahan data ke computer (data entering), data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin pengolah data.

3. Pembersihan data (data cleaning), data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

4. Penyajian data (data output), data output adalah data hasil pengolahan data.

5. Penganalisaan data (data analyzing), penganalisaan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.

Sebelum dianalisis, data yang ada dilakukan penilaian. Penilaian yang dilakukan adalah dengan menggunakan Guttman tradisional adalah penelitian bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalah ditanyakan, dan selalu dibuat dalam pilihan ganda yaitu “ya dan tidak”, “benar dan salah”,

“positif dan negative”, untuk penilaian jawaban misalnya untuk jawaban positif diberi skor 1 sedangkan jawaban negative diberi skor 0 dengan demikian bila jawaban dari pertanyaan adalah setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0 bila skor dikoversikan dalam persentase maka secara logika dapat dijabarkan untuk jawaban setuju skor 1 = 1 x 100% = 100%, dan tidak setuju diberi skor 0 = 0 x 0% = 0%. Berdasarkan sifat skala maka Skala Guttman mempunyai sifat Skala Rasio yang mempunyai tingkatan serta jarak antara suatu nilai dengan nilai yang lain, diasumsikan bahwa setiap nilai variable diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama yaitu 0 (nol) sehingga mempunyai titik nol mutlak

Untuk data yang bersifat kualitatif, setelah data berhasil dikumpulkan dari hasil wawancara dan analisis dokumen, maka tahap analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan mengacu pada hasil yang diperoleh dari sejumlah pertanyaan diajukan kepada sejumlah responden, dipindahkan ke tabel disribusi frekuensi sehingga terlihat jumlah responden yang setuju dan tidak setuju

34 kemudian dikonversikan kedalam persentase sehingga terlihat persentase responden yang setuju dan tidak setuju, persentase setuju dan tidak setuju kemudian ditempatkan ke dalam rentang skala persentase, sehingga terlihat posisi hasil pengukuran. Pada prakteknya hasil pengukuran sering ditemukan tidak 0%

atau 100%, maka untuk memudahkan memberikan penilaian secara operasional maka digunakan rentang skala persentase antara 0% sampai 50%, 50% dan 50%

sampai 100% sebagai contoh hasil pengukuran 20% maka ditempatkan pada rentang 0% sampai 50%, bila hasil pengukuran 50% maka ditempatkan pada 50%

sedangkan bila hasil pengukuran 70% maka ditempatkan pada rentang 50%

Di Sulawesi Selatan, terdapat beberapa program terkait sanitasi dan air minum yang pengelolaannya tersebar pada berbagai instansi, baik pusat maupun daerah, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Program/Kegiatan Sanitasi dan Air Minum di Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018

No Program/Kegiatan Instansi Pelaksana Sumber Dana

1. Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP)

Ditjen Cipta Karya PU (Satker PSPLP)

APBN 2. Tempat Pengolahan Sampah

Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R)

Ditjen Cipta Karya PU (Satker PSPLP)

APBN 3. Pembangunan Instalasi Pengolahan

Limbah Tinja (IPLT)

Ditjen Cipta Karya PU (Satker PSPLP)

APBN 4. Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) Ditjen Cipta Karya PU

(Satker PSPLP)

APBN 5. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat (Pamsimas)

Ditjen Cipta Karya PU (Satker Pamsimas)

APBN 6. Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) Ditjen Cipta Karya PU APBN

35 (Satker SPAM)

7. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Ditjen Cipta Karya PU (Satker PSPLP)

APBN

8. IUWASH Plus USAID kerjasama dengan

Bappenas

USAID 9. Wash UNICEF

10. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota

APBN

11. Koordinasi Perencanaan Pengembangan Permukiman dan Perumahan

Bappeda Prov. Sulsel APBD 12. Fasilitasi dan Pembinaan Perumahan dan

Permukiman

PKP2 APBD

13. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Dinas SDA, Cipta Karya dan Tata Ruang

APBD 14. Fasilitasi dan Pengembangan Infrastruktur

Permukiman

Dinas SDA, Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Sulsel

APBD 15. Program Peningkatan Keberdayaan

Masyarakat Pedesaan

Dinas PMD Prov. Sulsel APBD 16. Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas PMD Prov. Sulsel APBD 17. Program Pengendallian Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Prov.

Sulsel

APBD

18. Program Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Prov. Sulsel APBD Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan Tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa program-program sanitasi dan air minum di Sulawesi Selatan selain berasal dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, juga terdapat delapan program yang bersifat nasional dari Pemerintah Pusat, dan dua program dari pihak NGO.

Sebaran lokasi pelaksanaan program/kegiatan tersebut disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Lokasi Pelaksanaan Program/Kegiatan Sanitasi dan Air Minum di Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018

No Kabupaten/Kota TPS3R* IPLT* Sanimas* TPA* Pamsimas** STBM** IUWASH Plus

36

Sumber data: * Satker PSPLP Ditjen Cipta Karya PU, Sulsel **Satker Pamsimas Sulsel

***Unicef Sulawesi Selatan

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan program-program terkait sanitasi dan air minum di Sulsel distribusinya tidak merata. Terdapat satu Kabupaten yang memperoleh semua dari enam program yang dapat dikumpulkan datanya, yaitu Kabupaten Bantaeng. Namun ada pula Kabupaten yang hanya mendapatkan satu program saja, yaitu Kabupaten Soppeng. Selain itu terdapat dua Kabupaten yang memperoleh dua program, yaitu Kepulauan Selayar dan Kabupaten Gowa. Kabupaten/Kota lainnya rata-rata memperoleh tiga sampai dengan empat macam program.

Untuk mendapatkan gambaran tentang capaian pelayanan sanitasi dan Air Minum di Sulawesi Selatan, disajikan pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Capaian pelayanan sanitasi dan air minum di Sulawesi Selatan Tahun 2017

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk Terlayani (%)

Air Minum Sanitasi

Perpipaan Nonperpipaan Persampahan Air Limbah

1 Kep. Selayar 94.80 04.11 65.74 85.60

37

Sumber: Satker Randal Sulawesi Selatan, Ditjen Cipta Karya Kementerian PU

Dari Tabel 4.3 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2017, secara rata-rata capaian pelayanan air minum di Sulawesi Selatan (sistem perpipaan dan non perpipaan) telah mencapai 82,24%, sedangkan pelayanan persampahan baru mencapai angka 73,28% dan untuk pelayanan air limbah sudah mencapai 80,00%. Namun demikian masih terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang capaiannya masih berada dibawah rata-rata provinsi. Untuk pelayanan air minum terdapat delapan Kabupaten/kota yaitu Takalar, Gowa, Maros, Sinjai, Pangkep, Sidrap, Tator, dan Kota Makassar; untuk pelayanan persampahan terdapat 14 Kabupaten/kota yaitu Kepulauan Selayar, Bulukumba, Gowa, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Enrekang, Luwu, Tator, Luwu Utara dan Toraja Utara; dan untuk pelayanan air limbah terdapat Sembilan Kabupaten/kota, yaitu Jeneponto, Gowa, Maros, Pangkep, Bone, Luwu, Tator, Luwu Utara dan Kota Parepare.

4.2 Pelayanan Regulasi Pendukung Program Sanitasi dan Air Minum Berikut ini disajikan gambaran umum ketersediaan regulasi dibidang sanitasi (persampahan dan air limbah) dan air minum di Sulawesi Selatan yang diolah dari data penilaian AMPL Award Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Pokja AMPL Sulawesi Selatan. Dari 24 Kabupaten/kota, terdapat 4 Kabupaten yang tidak memasukkan data, yaitu Pangkep, Maros, Bone dan Tana Toraja.

Tabel 4.4 Kondisi Regulasi Bidang Air Minum di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Peraturan Bupati ttg Rencana Aksi Daerah AMPL

Surat Edaran Bupati Pengarusutamaan AMPL

Ketersediaan RISPAM

38 1. Kep. Selayar Sudah ditetapkan Belum tersedia Sudah disusun 2. Bulukumba Dalam tahap penyusunan Tersedia Sudah disusun 3. Bantaeng Belum tersedia dan belum

disusun

Belum tersedia Dalam proses 4. Jeneponto Belum tersedia dan belum

disusun

Belum tersedia Sudah disusun 5. Takalar Dalam tahap penyusunan Belum tersedia Dalam proses 6. Gowa Dalam tahap penyusunan Belum tersedia Sudah disusun 7. Sinjai Dalam tahap penyusunan Belum tersedia Sudah disusun

8. Maros - - -

9. Pangkep - - -

10. Barru Belum tersedia dan belum disusun

Belum tersedia Belum ada

11. Bone - - -

12. Soppeng Dalam tahap penyusunan Belum tersedia Sudah disusun

13. Wajo Sudah ditetapkan Tersedia Sudah disusun

14. Sidrap Dalam tahap penyusunan Belum tersedia Sudah disusun 15. Pinrang Dalam tahap penyusunan Tersedia Sudah disusun 16. Enrekang Dalam tahap penyusunan Tersedia Sudah disusun 17. Luwu Belum tersedia dan belum

disusun

Belum tersedia Belum ada

16. Tator - - -

19. Luwu Utara Sudah ditetapkan Tersedia Sudah disusun

20. Luwu Timur Belum tersedia dan belum disusun

Belum tersedia Belum ada 21. Toraja Utara Sudah ditetapkan Belum tersedia Sudah disusun 22. Makassar Belum tersedia dan belum

disusun

Belum tersedia Sudah disusun 23. Parepare Belum tersedia dan belum

disusun

Belum tersedia Sudah disusun 24. Palopo Dalam tahap penyusunan Belum tersedia Sudah disusun Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Dari Tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 24 Kabupaten/kota, ada 12 kabupaten yang sudah menyusun namun baru terdapat empat Kabupaten yang telah menetapkan Peraturan Bupati tentang Rencana Aksi Daerah AMPL, lima Kabupaten yang memiliki Edaran Bupati tentang Pengarusutamaan AMPL, dan 15 Kabupaten/kota yang telah memiliki RISPAM.

Tabel 4.5 Analisis Frekuensi Dukungan Regulasi Bidang Air Minum

No. Regulasi Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. Perbup Rencana Aksi Daerah AMPL

Sumber : Kuesioner AMPL Award diolah

39 Jika dilakukan analisis frekuensi, maka diperoleh hasil persentase Kabupaten/kota yang memberikan jawaban positif terhadap dukungan regulasi pelayanan air minum adalah sebesar 53,33%. Dukungan tertinggi adalah dengan ketersediaan RISPAM (75%), sedangkan dukungan terendah pada ketersediaan Edaran Bupati tentang Pengarusutamaan AMPL (25%).

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan regulasi pelayanan air minum pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 27, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100% kesesuaiannya berada di bawah 50%, artinya dukungan regulasi pada pelayanan Air Minum pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati tidak sesuai.

Ketersediaan dukungan regulasi terkait air minum pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Analisis Frekuensi Dukungan Regulasi terkait Air Minum pada Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Ketersediaan peraturan terkait dari Kabupaten yang disampaikan ke desa (Sebagai acuan pelaksanaan program akses Air Minum di desa)

0 0 30 100 30

2. Ketersediaan Program Pengelolaan air minum dalam dokumen perencanaan desa (RPJMDes, RKP, Renja)

27 90 3 10 30

3. Ketersediaan Regulasi yang dikeluarkan oleh desa terkait pengelolaan Air Minum

0 0 30 0 30

Total 27 90 63 110 90

Rata-rata 9 30 21 36,67 30

Sumber: Data Primer diolah

40 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tidak ada peraturan yang terkait bidang air minum di 30 desa di 3 Kabupaten yang disampaikan ke desa-desa. Jika melihat data dari pokja AMPL Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep memang tidak ada data mengenai ketersediaan aturan terkait regulasi di bidang air minum. Kabupaten Jeneponto juga belum memiliki aturan terkait Rencana Aksi Daerah AMPL dan Pengarus utamaan AMPL, tetapi Kabupaten Jeneponto sudah menyusun aturan terkait ketersediaan RISPAM. Namun demikian, aturan tersebut tidak sampai diketahui oleh pemerintah desa, sehingga belum menjadi acuan atau pedoman bagi desa dalam perencanaan pelayanan Air Minum di wilayahnya.

Dari tabel 4.6 dapat juga dilihat bahwa dari 30 desa Sampel sebanyak 27 desa yang memasukkan program pengelolaan Air Minum dalam dokumen perencanaan desa dan ada 3 desa yang tidak memasukkan program pengelolaan Air Minum dalam dokumen perencanaannya. Desa-desa yang tidak memasukkan program pengelolaan Air Minum dalam dokumen perencanaannya pada umumnya karena akses Air Minum telah terpenuhi melalui bantuan dari dinas PU Kabupaten dan bantuan Pansimas dari pemerintah pusat serta ketersediaan pelayanan PDAM.

Tabel 4.7 Kondisi Regulasi Bidang Persampahan di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Aturan Pengelolaan Sampah

Aturan Retribusi Layanan Sampah

Regulasi lain yang Mendukung 1. Kep. Selayar Belum disusun Telah ditetapkan Perda Belum disusun 2. Bulukumba Belum disusun Dalam tahap prolegda Belum disusun 3. Bantaeng Dalam tahap prolegda Dalam tahap prolegda Belum disusun 4. Jeneponto Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun 5. Takalar Belum disusun Belum disusun Telah ditetapkan Perda 6. Gowa Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun 7. Sinjai Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun

8. Maros - - -

9. Pangkep - - -

10. Barru Belum disusun Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda

11. Bone - - -

12. Soppeng Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda 13. Wajo Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda 14. Sidrap Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda 15. Pinrang Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun

41 16. Enrekang Belum disusun Telah ditetapkan Perda Belum disusun 17. Luwu Belum disusun Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda

16. Tator - - -

19. Luwu Utara Belum disusun Telah ditetapkan Perda Belum disusun 20. Luwu Timur Belum disusun Dalam tahap Prolegda Belum disusun 21. Toraja Utara Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun 22. Makassar Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun 23. Parepare Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Belum disusun 24. Palopo Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda Telah ditetapkan Perda

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dukungan regulasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bidang pengelolaan sampah sudah cukup baik, dimana 11 Kabupaten/kota sudah memiliki Perda yang mengatur tentang pengelolaan sampah, 16 Kabupaten/kota telah memiliki Perda tentang Retribusi Layanan Sampah. Namun demikian regulasi pendukung lainnya masih belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten/Kota.

Tabel 4.8 Analisis Frekuensi Dukungan Regulasi Bidang Persampahan

No. Regulasi Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. Aturan Pengeloaan Sampah 11 55 9 45 20

2. Retribusi Layanan Sampah 16 80 4 20 20

3. Regulasi lain 7 33,33 14 66,67 21

Total 34 168,33 27 131,67 61

Rata-rata 11,33 56,11 9 43,89 20,33

Sumber : Kuesioner AMPL Award diolah

Hasil Analisis frekuensi menunjukkan bahwa 56,11% Kabupaten/kota memberikan jawaban positif terhadap dukungan regulasi pelayanan persampahan.

Dukungan tertinggi melalui tersedianya Peraturan Daerah yang mengatur retribusi layanan sampah, sedangkan dukungan terendah adalah belum tersedianya regulasi lain yang mendukung pelayanan sampah.

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan regulasi pelayanan persampahan pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 21, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah Skor x 100%

Jumlah pertanyaan = 21 x 100%

90 = 23,33%

42 Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 23,33% titik kesesuaiannya berada di bawah 50%, artinya dukungan regulasi pada pelayanan persampahan pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati tidak sesuai.

Ketersediaan dukungan regulasi terkait persampahan pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Analisis Frekuensi Dukungan Regulasi terkait Pengelolaan Sampah di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Ketersediaan peraturan terkait dari Kabupaten yang disampaikan ke desa (Sebagai acuan pelaksanaan program persampahan di desa)

3 10 27 90 30

2. Ketersediaan Program Pengelolaan

Sampah dalam dokumen

perencanaan desa (RPJMDes, RKP, Renja)

18 60 12 40 30

3. Ketersediaan Regulasi yang dikeluarkan oleh desa terkait pengelolaan Sampah mempunyai peraturan terkait pelayanan persampahan yang diturunkan dari pemerintah Kabupaten. Berdasarkan data dari pokja AMPL mengenai ketersediaan regulasi persampahan dari 3 Kabupaten Sampel hanya Jeneponto yang memiliki peraturan daerah mengenai pengelolaan sampah yang dituangkan dalam peraturan bupati Kabupaten Jeneponto nomor 5 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah.

Berdasarkan Tabel tersebut dapat pula dilihat bahwa sebanyak 18 desa atau sekitar 60% desa telah memasukkan rencana pengelolaan sampah pdan dokumen perencanaan mereka. Namun masih ada 12 desa atau sekitar 40% yang belum memasukkan program pengelolaan sampah dalam dokumen perencanaan desa.

Semua desa Sampel belum membuat ataupun menyusun peraturan desa terkait pengelolaan sampah.

43 Beberapa informan menyatakan bahwa pengelolaan sampah belum menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa dimana masyarakat sebagian besar masih membuang atau membakar sampah dilahan sekitar rumah masing-masing.

Kalaupun ada aturan, maka hal tersebut hanya disepakati dalam suatu musyawarah dan menjadi konsensus, namun belum dituangkan dalam suatu regulasi berupa Peraturan Desa ataupun Edaran Kepala Desa.

Tabel 4.10 Kondisi Regulasi Bidang Pengelolaan Limbah di Sulawesi Selatan Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Aturan Pengelolaan ALD

Retribusi Pengurasan tangki

Regulasi lain yang Mendukung 1. Kep. Selayar Belum disusun Sudah ditetapkan Tersedia

2. Bulukumba Belum disusun Belum disusun Belum ada 3. Bantaeng Proses Prolegda Sudah ditetapkan Tersedia 4. Jeneponto Belum disusun Belum disusun Belum ada 5. Takalar Belum disusun Belum disusun Tersedia

6. Gowa Belum disusun Belum disusun Belum ada

7. Sinjai Belum disusun Belum disusun Belum ada

8. Maros - - -

9. Pangkep - - -

10. Barru Belum disusun Belum disusun Belum ada

11. Bone - - -

12. Soppeng Proses Ranperda Sudah ditetapkan Tersedia 13. Wajo Belum disusun Sudah ditetapkan Belum ada 14. Sidrap Proses Ranperda Belum disusun Tersedia 15. Pinrang Proses Prolegda Sudah ditetapkan Tersedia 16. Enrekang Belum disusun Sudah ditetapkan Tersedia

17. Luwu Belum disusun Belum disusun Belum ada

16. Tator - - -

19. Luwu Utara Belum disusun Belum disusun Tersedia 20. Luwu Timur Belum disusun Belum disusun Belum ada 21. Toraja Utara Belum disusun Belum disusun Belum ada 22. Makassar Proses Ranperda Sudah ditetapkan Belum ada 23. Parepare Belum disusun Sudah ditetapkan Tersedia 24. Palopo Belum disusun Sudah ditetapkan Belum ada

Sumber: Diolah dari Kuesioner AMPL Award Sulsel 2018

Dukungan regulasi untuk bidang pengolahan limbah, dapat dikatakan masih sangat kurang dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Diketahui dari Tabel 4.10, bahwa dari 20 Kabupaten/kota di Sulsel yang memasukkan data belum ada satupun Kabupaten/kota yang telah memiliki Perda tentang ALD (Air Limbah Domestik), baru terdapat dua Kabupaten/kota yang telah berada dalam proses Prolegda, dan tiga Kabupaten dalam tahap proses penyusunan Ranperda. Selanjutnya, untuk regulasi yang mengatur tentang Retribusi Pengurasan Tanki baru ditetapkan di tujuh Kabupaten/kota.

44 Tabel 4.11 Analisis Frekuensi Dukungan Regulasi Bidang Air Limbah

No. Regulasi Mendukung % Tidak mendukung % Jumlah

1. Aturan Pengelolaan ALD 5 25 15 75 20

2. Retribusi Pengurasan Tangki 7 35 13 65 20

3. Regulasi lain 9 45 11 55 20

Total 21 105 39 195 60

Rata-rata 7 35 13 65 20

Sumber : Kuesioner AMPL Award diolah

Hasil analisis frekuensi menunjukkan bahwa secara keseluruhan hanya 35%

Kabupaten/kota yang memberikan jawaban positif terhadap dukungan regulasi di bidang pelayanan air limbah. Dukungan terbesar diperoleh dari regulasi lain-lain yang mendukung pelayanan air limbah (45%), sedangkan dukungan terendah adalah dari ketersediaan regulasi pengelolaan air limbah domestic (limbah rumah tangga) yang hanya sebesar 25%.

Hasil pengolahan terhadap data kuesioner tentang dukungan regulasi pengelolaan limbah pada tingkat desa diperoleh jumlah skor sebesar 19, selanjutnya diperoleh persentase rata-rata dengan cara sebagai berikut :

= Jumlah skor x 100%

Jumlah pertanyaan = 19 x 100%

90 = 21,11%

Dari analisis menggunakan Skala Guttman tersebut, maka nilai 21,11% titik kesesuaiannya berada di bawah 50%, artinya dukungan regulasi pada pengelolaan limbah pada tingkat desa di Sulawesi Selatan mendekati tidak sesuai.

Ketersediaan dukungan regulasi terkait pengelolaan limbah pada tingkat desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Analisis Frekuensi Dukungan Regulasi terkait Pengelolaan Limbah di Tingkat Desa

No. Uraian Ada % Tidak Ada % Jumlah

1. Ketersediaan peraturan terkait dari Kabupaten yang disampaikan ke desa (Sebagai acuan pelaksanaan program pengelolaan limbah di desa)

0 0 30 100 30

2. Ketersediaan Program Pengelolaan 19 63 11 37 30

45 Limbah dalam dokumen perencanaan

desa (RPJMDes, RKP, Renja) 3. Ketersediaan Regulasi yang

dikeluarkan oleh desa terkait pengelolaan Limbah

0 0 30 100 30

Total 19 63 71 237 90

Rata-rata 6,33 21 23,67 79 30

Sumber : Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 4.12 Dapat dilihat bahwa tidak ada peraturan terkait pengelolaan limbah yang diturunkan dari pemerintah Kabupaten. Sejalan dengan data dari pokja AMPL mengenai ketersediaan regulasi pengelolaan limbah dari 3 Kabupaten sampel.

Berdasarkan tabel tersebut dapat pula dilihat bahwa ada 19 desa atau sekitar 63% desa telah memasukkan rencana pengelolaan limbah dalam dokumen perencanaan mereka. Namun masih ada 11 desa atau sekitar 37% yang belum memasukkan program pengelolaan limbah dalam dokumen perencanaan desa.

Semua desa Sampel belum membuat ataupun menyusun peraturan desa terkait pengelolaan limbah.

Beberapa informan menyatakan bahwa pengelolaan limbah juga belum menjadi perhatian masyarakat di desa dimana masyarakat sebagian besar masih membuang limbahnya sekitar rumah masing-masing. Kalaupun ada aturan, maka hal tersebut hanya disepakati dalam suatu musyawarah dan menjadi konsensus, namun belum dituangkan dalam suatu regulasi berupa Peraturan Desa ataupun Edaran Kepala Desa.

4.3 Pelayanan Anggaran Pendukung Program Sanitasi dan Air Minum Dalam pelaksanaan program dan kegiatan sanitasi dan Air Minum di

4.3 Pelayanan Anggaran Pendukung Program Sanitasi dan Air Minum Dalam pelaksanaan program dan kegiatan sanitasi dan Air Minum di