• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. HASIL PENELITIAN

4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran PKn pada penelitian ini menerapkan model

Quantum Teaching dengan media audio visualpada siswa kelas VA SDN Tambakaji

05 Semarang.

Pembahasan lebih lanjut didasarkan pada hasil observasi dan refleksi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada siklus 1 dan 2. Secara terperinci pembahasan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar akan dijabarkan sebagai berikut:

4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran PKn melalui Model

Quantum Teaching dengan Media AudioVisual.

Dalam aspek ketampilan guru terdapat 8 indikator yang diamati, untuk lebih jelasnya rekapitulasi data hasil observasi ketrampilan guru dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.21

Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Guru

No Indikator Siklus 1 Siklus 2

P1 P2 P1 P2

1. Menumbuhkan minat belajar siswa 2 3 4 4

2. Menayangkan media audio visual 4 4 4 4

3. Menjelaskan materi dengan media

audio visual

1 1 3 4 4. Membimbing siswa dalam berdiskusi

kelompok

4 4 4 4

5. Membimbing siswa dalam

menyampaikan hasil diskusi

2 2 2 3 6. Melaksanakan refleksi dalam proses

pembelajaran

1 2 2 3

7. Melaksanakan evaluasi pembelajaran 4 4 4 4

8. Memberikan penguatan dan

merayakan akhir pembelajaran

1 2 3 4

Jumlah Skor 19 22 26 30

Rata-rata Skor 2,38 2,75 3,25 3,75

Persentase 59% 69% 81% 94%

Kategori cukup Baik Baik Sangat

Baik

Dari tabel tersebut, peneliti membahas tiap-tiap indikator yang termasuk dalam aspek keterampilan guru untuk melihat rata-rata peningkatan skor yang diperoleh guru pada aspek keterampilan guru dalam siklus 1 dan siklus 2. Peneliti menyajikan data dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 4.17Grafik Peningkatan Keterampilan Guru Siklus 1 dan 2

Berikut peneliti uraikan tentang peningkatan keterampilan guru setiap

indikator selama pembelajaran PKn melalui model Quantum Teaching dengan media

audio visual.

4.2.1.1.1. Menumbuhkan minat belajar siswa

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat bahwa guru semakin terampil dalam menumbuhkan minat belajar siswa. Pada siklus 1 pertemuan 1 guru memperoleh skor 2, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan skor 3, kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2 guru berhasil memperoleh skor 4.

Dari perolehan skor tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa terlihat semakin meningkat. Guru sudah

termasuk dalam tahap tumbuhkan(lampiran 15, gambar 2). Pemberian motivasi awal dilakukan guru dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari melalui

tayangan media audio visual, setelah itu guru melakukan apersepsi dengan

melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifa’i (2009:160) bahwa motivasi bukan hanya penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar.

4.2.1.1.2. Menayangkan media audio visual

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1

sampai siklus 2 terlihat bahwa guru sangat baik dalam menayangkan media audio

visual. Dari siklus 1 pertemuan 1 sampai dengan siklus 2 pertemuan 2 guru berhasil memperoleh skor 4.

Hal tersebut dikarenakan media audio visual yang ditayangkan oleh guru

sudah sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penggunaan media juga sudah efektif terkait dengan durasi penayangannya yang hanya 6 sampai 7 menit saja. Selain itu siswa juga terlihat antusias dan tertarik

terhadap penayangan media audio visual, terbukti dengan siswa yang awalnya gaduh

menjadi diam dan memperhatikan ketika guru memutarkan media audio visual

(lampiran 15, gambar 3).

Menurut pendapat Putusutrisna (2010) media audio visual memiliki kelebihan diantaranya: (1) menarik; (2) baik untuk semua siswa karena dapat mendengar dan melihat; (3) dapat menampilkan grafik, gambar, diagram maupun cerita; (4) variatif ;

(5) dapat diperlambat dan diulang; (6) dapat digunakan tidak hanya untuk satu orang; (7) dapat digunkan untuk memberikan umpan balik.

4.2.1.1.3. Menjelaskan materi dengan media audio visual

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat bahwa guru semakin

terampil dalam menjelaskan materi dengan madia audio visual. Pada siklus 1

pertemuan 1 dan 2 guru memperoleh skor 1, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat dengan skor 3,kemudian pada siklus 2 pertemuan 2 guru berhasil memperoleh skor 4.

Guru harus menguasai keterampilan menjelaskan, hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusman (2011:87) bahwa kegiatan menjelaskan merupakan kegaitan guru yang sangat penting dalam interaksinya dengan siswa. Dalam menjelaskan materi

dengan media audio visual (lampiran 15, gambar 4) guru sudah menyampaikan

materi sesuai dengan indikator pembelajaran; Memberikan contoh; Mengecek pemahaman siswa; Mengaitkan materi dengan kehidupan siswa. Salah satu aspek yang membuat pelajaran menjadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Guru mengaitkan materi baru dengan

pengetahuan, pengalaman, minat serta kebutuhan siswa. Dalam Quantum teaching,

mempelajari materi baru dengan mengaitkan pengalaman, pengetahuan, termasuk dalam unsur Alami, pengalaman membuat guru dapat memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa untuk menerima materi yang baru (Sugiyanto, 2010:86).

4.2.1.1.4. Membimbing siswa membentuk kelompok

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1 sampai siklus 2 terlihat bahwa guru sangat baik dalam membimbing siswa membentuk kelompok. Dari siklus 1 pertemuan 1 sampai dengan siklus 2 pertemuan 2 guru berhasil memperoleh skor 4.

Dalam membimbing pembentukan kelompok ( lampiran 15, gambar 6)guru membagi siswa secara heterogen kedalam 5 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 orang siswa. Kemudian guru mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kelompoknya dan memberikan petunjuk mengerjakan tugas kelompok. Ketika siswa berdiskusi guru berkeliling membimbing kerja siswa.

Pembentukan kelompok belajar ini sesuai dengan pendapat suprijono (2009:54) tentang pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap saling menghormati sesama. Siswa bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator. Dalam membimbing pembentukan kelompok guru harus menguasai keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Menurut Rusman (2011:89) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif dengan tujuan berbagi informasi untuk kegiatan pemecahan masalah.

4.2.1.1.5. Membimbing siswa dalam menyampaikan hasil diskusi

Pada indikator ini terjadi peningkatan pada siklus 2 pertemuan 2 dengan skor 3, Dimana pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2, dan siklus 2 pertemuan 1 guru hanya memperoleh skor 2.

Guru membimbing siswa dalam menyampaikan hasil diskusi (Lampiran 15, gambar 7), yaitu siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan guru telah mengawasi jalannya diskusi, dan berusaha agar kondisi belajar tetap berjalan kondusif. Peran guru yaitu membimbing siswa untuk melakukan tanya jawab, memberikan solusi apabila terjadi perbedaan pendapat antar

kelompok, dan menutup diskusi. Dalam Quantum Teaching membimbing siswa

dalam menyampaikan hasil diskusi termasuk kedalam unsur demonstrasikan. 4.2.1.1.6. Melaksanakan refleksi dalam proses pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat bahwa guru semakin terampil melaksanakan refleksi dalam proses pembelajran. Pada siklus 1 pertemuan 1 guru memperoleh skor 1, pada siklus 1 pertemuan 2 dan siklus 2 pertemuan 1 meningkat dengan skor 2, kemudian pada siklus 2 pertemuan 2 guru memperoleh skor 3.

Pada saat melaksanakan refleksi (Lampiran 15, gambar 10) guru bertanya kembali tentang permasalahan awal pembelajaran, kemudian guru memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan, dan selanjutnya guru menyimpulkan materi bersama-sama dengan siswa. Dalam sintaks

Quantum Teaching melaksanakan refleksi masuk kedalam tahap ulangi yaitu Guru membimbing siswa dalam , menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran. Dalam ulangi guru menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan, pengulangan memperkuat bahwa mereka tahu . hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mngajarkan pengetahuan baru mereka terhadap oranglain, atau guru dan murid melakukan penyimpulan pembelajaran secara bersama-sama (DePorter, 2010: 133).

4.2.1.1.7. Melaksanakan evaluasi pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1 sampai siklus 2 terlihat bahwa guru sangat baik dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.Dari siklus 1 pertemuan 1 sampai dengan siklus 2 pertemuan 2 guru berhasil memperoleh skor 4.

Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran (lampiran 15, gambar 12) dengan memberikan soal tes tertulis bervariatif tediri dari soal pilihan ganda, isian singkat dan isian uraian yang sesuai dengan indikator pembelajaran, serta melakasanakan penilaian proses dan hasil dengan emnggunakan pedoman penilian yang telah disusun sebelumnya. Kemampuan guru mengevaluasi pelajaran terkait dengan peran guru sebagai evaluator. Guru sebagai evaluator mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menetukan siswanya berhasil atau tidak (Sardiman, 2011:146).

4.2.1.1.8. Memberikan penguatan dan merayakan akhir pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan guru dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat bahwa guru semakin terampil dalam memberikan penguatan dan merayakan akhir pembelajaran. Pada siklus 1 pertemuan 1 guru memperoleh skor 1, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan skor 2, kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 3, dan pada siklus 2 pertemuan 2 guru berhasil memperoleh skor 4.

Guru memberikan penguatan dan merayakan akhir pembelajaran ( lampiran 15, gambar 14) dengan memberikan apresiasi terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penguatan secara verbal dan gestural terhadap kelompok yang mempresentasikan hasil kerjanya. Dan pada akhir pembelajaran guru mengajak siswa merayakan dengan bernyanyi yel-yel kelas. Sesuai dengan sintaks terakhir model

Quantum Teaching yaitu rayakan. Menurut DePorter (2010: 136) rayakan merupakan

pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan memberikan rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan.

Dari pembahasan mengenai peningkatan tiap indikator tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan ketrampilan guru secara keseluruhan dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari perolehan skor ketrampilan guru pada siklus 1 sebesar 20,5 dengan kategori baik dan meningkat pada siklus 2 sebesar 28 dari rentang skor 8 – 32, Skor ini termasuk dalam kategori sangat baik.

Keberhasilan pencapaian skor tersebut menandakan bahwa guru sudah efektif dalam mengelola pembelajaran. Guru efektif menurut hamalik (2009:50-58) mempunyai tugas dan tanggungjawab antara lain: (1) memahami segala sesuatu tentang siswa yang berada dibawah tanggung jawabnya; (2) menguasai bahan ajar sesuai tingkat kelasnya; (3) memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai; (4) mengamati setiap siswa di kelasnya; (5) membantu siswa memecahkan masalahnya; (6) mengatur dan menilai kemajuan siswa; (7) memelihara hubungan seerat mungkin dengan siswa.

4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Model

Quantum Teaching dengan Media AudioVisual

Dalam aspek aktivitas siswa terdapat 9 indikator yang diamati, untuk lebih jelasnya rekapitulasi data hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.22

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa

No Indikator Siklus 1 Siklus 2

P1 P2 P2 P2

1. Kesiapan siswa sebelum mengikuti

pembelajaran

2,55 2,8 3,0 3,3 2. Memperhatikan dan mengamati media

audio visual yang ditampilkan guru

2,7 2,8 3,0 3,2

3. Memperhatikan informasi yang

disampaikan guru

2,75 2,75 3,0 3,3

4. Tertib dalam pembentukan kelompok 2,6 3,0 3,05 3,35

5. Mempresentasikan hasil kerja 1,9 2,2 2,55 3,0

6. Menanggapi hasil kerja siswa lain 2,2 2,25 2,35 2,7

7. Menyimpulkan materi yang telah

dipelajari

1,15 1,75 2,0 2,8

8. Mengerjakan evaluasi individu 3,15 3,35 3,45 3,65

9. Merayakan akhir pembelajaran 2,75 2,75 2,95 3,6

Jumlah Skor 21,75 23,65 25,35 28,9

Rata-rata Skor 2,42 2,63 2,82 3,21

Persentase 60% 66% 70,4% 80,3%

Kategori Cukup Baik Baik Baik

Dari tabel tersebut, peneliti membahas tiap-tiap indikator yang termasuk dalam aspek aktivitas siswa untuk melihat rata-rata peningkatan skor yang diperoleh guru pada aspek keterampilan guru dalam siklus 1 dan siklus 2. Peneliti menyajikan data dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 4.18Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus 1 dan 2

Berikut peneliti uraikan tentang peningkatan aktivitas siswa setiap indikator

selama pembelajaran PKn melalui model Quantum Teaching dengan media audio

visual.

4.2.1.2.1. Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat bahwa siswa semakin siap dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 2,55; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 2,8; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 3,0; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa berhasil memperoleh skor 3,3.

Kegiatan yang tampak ini sesuai dengan pendapat diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) yaitu emotional activities seperti menaruh minat, gembira merasa bosan, berani, tenang, gugup. Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran sangatlah penting

karena dengan persiapan yang matang pembelajaran akan berlangsung secara optimal. Sesuai dengan pendapat Anitah (2007:4.4) bahwa kegiatan pembelajaran perlu didasari oleh kesiapan dan semangat belajar siswa. Kesiapan (readiness) belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa.

4.2.1.2.2. Memperhatikan dan mengamati media audio visual yang ditampilkan guru

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Terlihat bahwa siswa semakin antusias dalam memperhatikan media yang ditampilkan oleh guru (lampiran 15, gambar 4). Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 2,7; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 2,8; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 3,0; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa berhasil memperoleh skor 3,2.

Kegiatan ini termasuk kedalam visual activity dan listening activity sesuai

pendapat Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) yaitu (1) visual activity (kegiatan

vusual) misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi , peragaan dan (2)

listening activity (kegiatan mendengarkan) misalnya mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

4.2.1.2.3. Memperhatikan informasi yang disampaikan guru

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan dan siklus 1 pertemuan 2 meningkat diperoleh skor rata-rata 2,75; kemudian pada siklus 2

pertemuan 1 memperoleh skor 3,0; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa berhasil memperoleh skor 3,3. Sebagian besar siswa sudah mulai tenang dan memperhatikan ketika guru memberikan informasi (lampiran 15, gambar 5). Siwa mencatat materi

penting yang ditayangkan melalui media audio visual dan mengajukan pertanyaan

sesuai dengan materi.

Kegiatan memperhatikan informasi yang disampaikan guru termasuk kedalam listening activity. Menurut Diedrich listening activity (kegiatan mendengarkan) meliputi mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato (Sardiman, 2011:101)

4.2.1.2.4. Tertib dalam pembentukan kelompok

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 2,6; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 3,0; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 3,05; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa berhasil memperoleh skor 3,35. Dalam pembentukan kelompok (lampiran 15 gambar 6) sebagian besar siswa sudah melakukan petunjuk yang diberikan guru.

Kegiatan ini termasuk kedalam emotional activity.Menurut Diedrich

emotional activity (kegiatan emosional) meliputi menaruh minat, gembira merasa

4.2.1.2.5. Mempresentasikan hasil kerja

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa mempresentasikan hasil kerja (lampiran 15, gambar 8) dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 1,9; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 2,2; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 2,55; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa memperoleh skor 3,0.

Kegiatan ini termasuk kedalam oral activity dan mental activity sesuai

pendapat Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) yaitu (1) oral activity (kegiatan

lisan), misalnya menyataka, merumuskan, bertanya, member saran, wawancara, diskusi dan interupsi dan (2) mental activity (kegiatan mental) misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

4.2.1.2.6. Menanggapi hasil kerja siswa lain

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas menanggapi hasil kerja siswa lain (lampiran 15, gambar 9) dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 2,2; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 2,25; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 2,35; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa memperoleh skor 2,7.

Kegiatan ini termasuk kedalam oral activity dan mental activity sesuai

pendapat Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) yaitu (1) oral activity (kegiatan

diskusi dan interupsi dan (2) mental activity (kegiatan mental) misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan

4.2.1.2.7. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas menyimpulkan materi yang telah dipelajari (lampiran 15, gambar 11) dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 1,15; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 1,75; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 2,0; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa memperoleh skor 2,8.

Kegiatan ini termasuk kedalam oral activity sesuai pendapat Diedrich (dalam

Sardiman, 2011:101) oral activity (kegiatan lisan), misalnya menyatakan,

merumuskan, bertanya, memberi saran, wawancara, diskusi dan interupsi. 4.2.1.2.8. Mengerjakan evaluasi individu

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas mengerjakan evaluasi individu (lampiran 15, gambar 13) dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 3,15; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 3,35; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 3,45; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa memperoleh skor 3,65.

Kegiatan ini termasuk kedalam writing activity dan mental activity sesuai pendapat Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) yaitu (1) writing activity (kegiatan

menulis), misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin dan (2)

mental activity (kegiatan mental) misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 4.2.1.2.9. Merayakan akhir pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas merayakan akhir pembelajaran (lampiran 15, gambar 14) dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh skor rata-rata 2,75; pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat dengan rata-rata skor 2,75; kemudian pada siklus 2 pertemuan 1 memperoleh skor 2,95; dan pada siklus 2 pertemuan 2 siswa memperoleh skor 3,6.

Kegiatan ini termasuk kedalam emotional activity dan mental activity sesuai pendapat Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) yaitu (1) emotional activity (kegiatan emosional) meliputi menaruh minat, gembira merasa bosan, berani, tenang, gugup

dan (2) mental activity (kegiatan mental) misalnya menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

Dari pembahasan mengenai peningkatan tiap indikator tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa secara keseluruhan dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari perolehan skor aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 22,27 dengan kategori cukup dan meningkat pada siklus 2 sebesar 27,14 dari rentang skor 9 – 36, Skor ini termasuk dalam kategori baik.

4.2.1.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Model Quantum Teaching dengan Media AudioVisual

Hasil belajar siswa diperoleh dari pengamatan terhadap ranah afektif selama proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Peneliti berpedoman kepada pendapat Sudjana (2009:8) bahwa keberhasilan belajar siswa secara klasikal berkisar antara 75 – 80 %, artinya siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75 – 80 % dari tujuan yang harus dicapai. Dalam penelitian ini peneliti membatasi ketuntasan belajar klasikal sebesar 75%.

Data peningkatan hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dalam tabel berikut Tabel 4.23

Rekapitulasi Data Hasil Belajar Afektif Siswa

No Nilai Karakter Jumlah Skor

S1P1 S1P2 S2P1 S2P2 1. Teliti 45 48 50 55 2. Berani 4 8 15 31 3. Disiplin 42 45 48 52 4. Kerjasama 42 44 46 56 Jumlah 133 145 159 194 Rata-rata 6,65 7,25 7,95 9,7 Kategori

Baik Baik Baik Sangat

Baik

Pada siklus 1 pertemuan 1 jumlah skor yang diperoleh adalah 133 dengan rata–rata 6,65 dan kategori baik, pada siklus 1 pertemuan 2 jumlah skor menjadi 145 dengan rata-rata 7,25 dan kategori baik. pada siklus 2 pertemuan 1 jumlah skor yang diperoleh meningkat menjadi 159 dengan rata-rata perolehan skor 7,95 dengan

kategori baik, dan pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat dengan jumlah skor 194 dengan rata-rata 9,7 dan dengan kategori sangat baik.

Data peningkatan hasil evaluasi siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 tersaji dalam tabel 4.24

Tabel 4.24

Rekapitulasi Data Hasil Evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2

No Aspek Siklus 1 Siklus 2

P1 P2 P1 P2

1. Nilai terendah 25 30 40 47

2. Nilai tertinggi 90 95 100 100

3. Jumlah siswa tuntas 11 13 14 16

4. Jumlah siswa tidak tuntas 9 7 6 4

5. Peresentase ketuntasan 55% 65% 70% 85%

6. Persentase ketidaktuntasan

45% 35% 30% 15%

7. Rata-rata 64,75 66 70 75,6

Untuk melihat peningkatan persentase ketuntasan dan ketidaktuntasan belajar klasikal siswa setiap siklus dapat dilihat dari diagram dalam gambar 4.19

Gambar 4.19 Diagram Persentase Hasil Belajar Siswa

Sesuai tabel 4.24 Dan gambar 4.19 Persentase hasil belajar siswa

menggunakan model Quantum Teaching dengan media audio visual pada

pembelajaran PKn mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada siklus 1 pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 64,75 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 55%. Pada siklus 1 pertemuan 1 jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 11 siswa, sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 9 siswa. Hal tersebut terjadi karena dalam menjelaskan materi guru belum terlalu menguasai materi. Dan dalam mengerjakan soal evaluasi siswa mengerjakan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga sebagian besar siswa mengerjakan dengan tergesa-gesa. Dikarenakan persentase klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan ke siklus 1 pertemuan 2.

Dilanjutkan dengan siklus 1 pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 66 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65%. Pada siklus 1 pertemuan 2 jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 13 siswa, sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 7 siswa. Dalam siklus 1 pertemuan 2 ini guru sudah menjelaskan materi sesuai dengan indikator, tetapi dalam mengerjakan soal masih ada sebagian kecil siswa yang tidak mengerjakan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dikarenakan persentase klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan ke siklus 2 pertemuan 1.

Pada siklus 2 pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 70 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 70%. Pada siklus 2 pertemuan 1 jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 14 siswa, sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 siswa. Pada siklus 2 pertemuan 1 ini siswa sudah bisa mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh guru. Meskipun demikian persentase klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus 2 pertemuan 2.

Pada siklus 2 pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 75,6 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 85%. Pada siklus 2 pertemuan 1 jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 siswa, sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 3 siswa. Berdasarkan data tersebut, pembelajaran pada siklus 2 pertemuan 2 sudah melampaui indikator keberhasilan di mana ketuntasan klasikal adalah 75%.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam

sudah mencapai kategori indikator keberhasilan yaitu ketuntasan klasikal sebesar 75% dan siswa mencapai ketuntasan indivual lebih dari KKM mata pelajaran PKn di SDN Tambakaji 05 kota Semarang.