2.1. KAJIAN TEORI
2.1.10. Teori yang Mendasari Model Quantum Teaching dengan Media Audio Visual
2.1.10.1. Teori Humanistik
Dalam pembelajaran yang diutamakan adalah peningkatan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Dalam praktiknya teori humanistik menolak drill soal
untuk siswa. Siswa diarahkan untuk tahu bagaimana cara belajar sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan potensi siswa. Dalam Rifa’i, dkk. (2009:145) disebutkan bahwa pendekatan humanistik menjauhkan siswa dari belajar dalam
tekanan keluarga dan masyarakat. Hasil belajar yang diharapkan berupa perkembangan sosial emosi. Pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok kecil. Pembelajaran merupakan wahana bagi peserta didik untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga pendidik harus membangun kecenderungan tersebut dan mengorganisasi kelas agar peserta didik melakukan kontak dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna. Apabila kelas terbangun seperti harapan, maka peserta didik akan memiliki keinginan untuk belajar, ingin tumbuh, berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, memiliki harapan untuk menguasainya, dan ingin untuk menciptakan sesuatu. Penggunaan metode humanistik dalam pendidikan memungkinkan peserta didik menjadi individu beraktualisasi diri (self actualized persons). Kreativitas individu yang beraktualisasi diri telah melekat pada setiap anak, tidak memerlukan bakat dan kemampuan tertentu. Kreativitas itu memerlukan lingkungan yang mendukung perkembangan.
Dalam teori humanistik guru memiliki posisi sebagai fasilitator sehingga siswa mempelajari apa yang mereka butuhkan, belajar dengan cara belajar siswa sendiri, evaluasi dilakukan dan siswa dapat mengetahui kemampuan diri sendiri, muncul keseimbangan antara domain afektif dan kognitif, mendapat kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan. Hal ini tercermin jika dilaksanakan prinsip-prinsip belajar yaitu swa arah, belajar tentang cara belajar, evaluasi diri, pentingnya perasaan, dan bebas dari ancaman (Rifa’i dkk, 2009:150-154).
2.1.10.2. Teori Konstruktivisme
Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar berarti mengkonstruksi makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk dalam otak. Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Peserta didik yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari harus mampu memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan berbagai gagasan. Pendidik adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada peserta didik, sebab peserta didik yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas utama pendidik adalah :
1) Memperlancar peserta didik dengan cara mengajarkan
cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan peserta didik.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri.
3) Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi
belajarnya sendiri.
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (Rifa’i, 2009:137).
Berdasarkan dua teori belajar tersebut, pembelajaran PKn menggunakan
modelQuantum Teaching dengan media audio visual memungkinkan siswa untuk
membangun sendiri pengetahuannya, karena siswa belajar dengan mengaktualisasikan diri tanpa tekanan dari siapapun, dan melatih siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab.
2.2. KAJIAN EMPIRIS
Peneltian dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa oleh Saidah Dimyati pada tahun 2010 mahasiswa jurusan PGSD Universitas Malang dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan
hasil belajar IPA melalui Quantum Teaching di kelas IV SD Negeri Tegalgondo
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang”. Setelah dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode Quantum Teaching pada siklus I hasil belajar siswa
meningkat menjadi 61,5, pada siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi menjadi 78,75 dan siklus III hasil belajar siswa meningkat menjadi 80.
Selain itu penelitian Dhomas Ikhtiari (2012) yang berjudul “Peningkatan
kualitas pembelajaran IPA melalui model Quantum Teaching pada siswa kelas IV
SDN Pakintelan Semarang”. Dari penelitian tersebut hasil belajar pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebanyak 40%, pada siklus II meningkat menjadi menjadi 63,35%, dan siklus III meningkat menjadi 80%. Uraian
empiris dapat diterapkan dalam pendidikan. Dengan menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri siswa. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi dan bersifat humanistic. Pembelajaran Kuantum juga menyeimbangkan ketermpilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material siswanya. Serta mengintegrasikan totalitas tubuh dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi nyaman dan hasilnya optimal.
Dalam penelitian Maghfiroh (2010) yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar melalui Metode Quantum Teaching pada pelajaran PKn pada Siswa Kelas IV
SDN Talang III” Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara maka penerapan Quantum teaching, mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa. Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 6,55 pada siklus I ini meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4%. Sedangkan pada siklus II peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pre test sebesar 6,55 pada siklus II ini meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35%. Hal ini menunjukkann bahwa 90% siswa berhasil meningkatkan prestasi belajar PKn dengan hasil belajar yang baik, walaupun selama penerapan masih mengalami beberapa hambatan, akan tetapi hal ini bukan berarti menafikan keberhasilan penerapan quantum teaching dalam pelajaran PKn pada siswa kelas IV di SDN Talang III Sumenep karena dalam penerapan
Quantum Teaching telah menunjukkan hasilnya yaitu kegairahan dan kesenangan
Penelitian Suwarto dkk. Dengan judul “Penggunaan Media audio visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn” Berdasarkan hasil penelitian penggunaan media audio-visual pada siswa kelas III SDN Dadapsari Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: melalui penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan pengenalan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat pada siswa kelas III SD Negeri Dadapsari Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 54,51; siklus pertama 72,42; dan pada siklus kedua naik menjadi 85,93. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 46,51%, tes siklus pertama 86,95%, dan pada tes siklus kedua siswa belajar tuntas mencapai 100%.Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Kajian empiris tersebut, digunakan sebagai landasan atau penguat dalam penelitian ini yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model
Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VA SDN
Tambakaji 05 Kota Semarang.
2.3. KERANGKA BERPIKIR
Kondisi awal yang terlihat pada siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang yaitu rendahnya kualitas pembelajaran yang ditandai dengan belum diterapkannya
metode pembelajaran yang inovatif oleh guru serta penggunaan media yang belum optimal dalam pembelajaran. Sehingga saat pembelajaran berlangsung, siswa merasa bosandalam mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, karena pembelajaran yang dilakukan belum mengaktifkan siswa. Media yang digunakan juga belum maksimal, sehingga siswa kurang memahami materi yang sedang dipelajari. Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran terutama PKn sehingga nilai yang didapatkan masih rendah. Hal tersebut berujung pada rendahnya kualitas pembelajaran Sehingga peneliti memilih untuk menerapkan
model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan modelQuantum Teaching
dengan media audiovisualakan dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya
terdiri dari 4 kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setelah
diadakan tindakan dalam dua siklus dengan menerapkan model Quantum Teaching
dengan media audio visual dalam proses pembelajaran PKnmaka Kualitas
Pembelajaran siswa akan meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar. Selain itu dalam proses diharapkan aktivitas siswa meningkat dan keterampilan guru juga meningkat dengan pelaksanaan strategi pembelajaran yang berbeda dari yang sebelumnya dilakukan. Adapun kerangka berfikir dari uraian tersebut akan divisualisasikan dalam gambar.
Kondisi Awal
Kualitas pembelajaran rendah, ditunjukkan dengan:
1. Guru belum menerapkan model pembelajaran inovatif dan kurang kreatif membuat media dalam penyampaian materi.
2. Siswa bosan, pasif dan kesulitan memahami materi yang disampaikan guru
3. Hasil belajar siswa rendah atau 75% siswa hasil belajarnya kurang dari KKM (≥ 62).
Pelaksanaan Tindakan melalui Model Quantum Teaching dengan Media Audio Visual
1) Tumbuhkan
Menumbuhkan minat belajar siswa. Dengan media audio visual yang menarik pada apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran 2) Alami
Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang mudah dijumpai siswa dalam kehidupan mereka. Dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehari-hari,
3) Namai
pembentukan kelompok secara heterogen 4) Demonstrasi
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas 5) Ulangi
Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 6) Rayakan
pemberian umpan balik positif kepada siswa. Tindakan
Kondisi Akhir
Kualitas Pembelajaran meningkat, ditunjukkan dengan: 1. Keterampilan guru dalam pembelajaran PKn meningkat 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn meningkat
3. Hasil belajar siswa meningkat atau lebih dari KKM (KKM≥ 62)