DENGAN MEDIA
AUDIO VISUAL
PADA SISWA KELAS V A SDN TAMBAKAJI 05
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
WALIYYATUN NASHIIRAH NIM 1401409337
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
karya saya bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2013 Peneliti,
Media audio visual pada Siswa Kelas V A SDN Tambakaji 05 Kota Semarang” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Senin
tanggal : 29 Juli 2013
Semarang, 29 Juli 2013 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Jaino, M.Pd. Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd. NIP 195408151980031004 NIP 198506062009122007
Mengetahui
Ketua Jurusan PGSD
Dra. Hartati, M.Pd.
media audio visual pada Siswa Kelas V A SDN Tambakaji 05 Kota Semarang” telah dipertahankan di hadapan Panitia Sidang Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Kamis
tanggal : 15 Agustus 2013
Panitia Ujian Skripsi,
Ketua, Sekertaris,
Drs. Hardjono, M.Pd. Dra. Hartati, M.Pd
NIP. 195108011979031007 NIP 195510051980122001 Penguji Utama,
Harmanto, S.Pd., M.Pd. NIP195407251980111001
Penguji I Penguji II
menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju surga" ( Nabi Muhammad
SAW)
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha penyayang, karya inisaya persembahkan untuk kedua orang tua saya Bapak Kusrin Fadli dan Ibu
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul“Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Quantum Teaching dengan media audio visual pada Siswa Kelas V A SDN Tambakaji 05 Kota Semarang”.
Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkanterima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,
3. Dra. Hartati, M.Pd.Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4. Drs. Jaino, M.Pd. Dosen Pembimbing I.
5. Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd. Dosen Pembimbing II. 6. Harmanto, S.Pd.,M.Pd. Penguji Utama.
7. Dosen, pustakawan, dan staff tata usaha Universitas Negeri Semarang. 8. Kusmiyati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Tambakaji 05 Semarang 9. Fatkhul Huda S.Pd.I, selaku kolaborator penelitian dan observer.
10.Seluruh siswa, guru, dan karyawan SDN Tambakaji 05 Semarang yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
Semarang, Agustus 2013
Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Jaino, M.Pd., Pembimbing II: Fitria Dwi Prasetyaningtyas,S.Pd.,M.Pd.312 hal.
PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional, kreatif menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi aktif, bertanggung jawab, bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi Berdasarkan hasil refleksi awal yang dilakukan peneliti di kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang, ditemukan permasalahan dalam pembelajaran PKn, yaitu rendahya kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswadan hasil belajar siswa juga rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menerapkan model Quantum Teaching dengan media audio visual dalam pembelajaran PKn.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah melalui model QuantumcTeaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Quantum Teaching.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru dan 20 siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan nontes (observasi dan catatan lapangan). Sedangkan teknik analisis data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Variable penelitian ini adalah (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, (3) hasil belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran semakin meningkat yang ditunjukkan dengann: (1) keterampilan guru pada siklus 1 mendapat jumlah skor rata-rata 20,5 dengan kategori baik dan pada siklus 2 meningkat dengan jumlah skor rata-rata 28 dengan kategori sangat baik, (2) aktivitas siswa pada siklus 1 mendapat jumlah skor rata-rata 22,27 dengan kategori cukup dan pada siklus 2 meningkat dengan jumlah skor rata-rata 27,14 dengan kategori baik, (3) hasil belajar siswa pada siklus 1 memperoleh jumlah rata-rata 65,37 dengan persentase ketuntasan klasikal 60% dan pada siklus 2 mendapat nilai rata-rata 72,8 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 77,5%.
PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori ... 12
2.1.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 12
2.1.2.Kualitas Pembelajaran ... 15
2.1.3.Keterampilan Guru ... 19
2.1.4. Aktivitas Siswa ... 26
2.1.5. Hasil Belajar ... 28
2.1.6. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 30
2.1.7.Model Pembelajaran Quantum Teaching ... 34
2.1.8. Media Audio Visual... 40
2.4 Hipotesis Tindakan ... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian ... 54
3.7 Indikator Keberhasilan ... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. ... Hasil Penelitian ... 79
4.1.1.Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 1 Pertemuan 1 ... 81
4.1.2.Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 1 Pertemuan 2 ... 99
4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 2 Pertemuan 1 ... 119
4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanakan Tindakan Siklus 2 Pertemuan 2 ... 137
4.1.5.Rekapitulasi Data Pelaksanaan Tindakan ... 154
4.2.Pembahasan ... 156
4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ... 156
4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran PKn dengan Model Quantum Teaching dengan media audio visual ... 156
4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan Model Quantum Teaching dengan media audio visual ... 165
4.2.1.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan Model Quantum Teaching dengan media audio visual ... 173
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 73
Tabel 3.2Kriteria Data Kualitatif ... 76
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ketrampilan Guru ... 77
Tabel 3.4Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 77
Tabel 4.1Hasil Belajar Siswa sebelum Dilakukan Tindakan ... 80
Tabel 4.2Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan 1 ... 82
Tabel 4.3Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 ... 87
Tabel 4.4Hasil Belajar AfektifSiklus 1 Pertemuan 1 ... 92
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 1 ... 94
Tabel 4.6Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan 2 ... 100
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 105
Tabel 4.8Hasil Belajar AfektifSiklus 1 Pertemuan2 ... 111
Tabel 4.9Distribusi Frekuensi Nilai Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 2 ... 112
Tabel 4.10Rekapitulasi Data Siklus 1 ... 118
Tabel 4.11Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2 Pertemuan 1 ... 119
Tabel 4.12Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 1 ... 124
Tabel 4.13Hasil Belajar AfektifSiklus 2 Pertemuan1 ... 130
Tabel 4.14Distribusi Frekuensi Nilai Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 1 ... 132
Tabel 4.15Hasil ObservasiKeterampilan Guru Siklus 2 Pertemuan 2 ... 138
Tabel 4.16Hasil ObservasiAktivitas SiswaSiklus 2 Pertemuan 2 ... 143
Tabel 4.17Hasil Belajar AfektifSiklus 2 Pertemuan2 ... 148
Tabel 4.18Distribusi Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 2 ... 150
Tabel 4.19Rekapitulasi Data Siklus 2 ... 153
Tabel 4.20Rekapitulasi Data Siklus 1 dan 2 ... 155
Tabel 4.21Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Guru ... 157
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ... 53
Gambar 3.1Prosedur PTK ... 56
Gambar 3.1Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 76
Gambar 4.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan ... 81
Gambar 4.2 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pert. 1 ... 103
Gambar 4.3 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pert. 1 ... 88
Gambar 4.4 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pert. 1 ... 94
Gambar 4.5 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 Pert. 2 ... 101
Gambar 4.6 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pert. 2 ... 106
Gambar 4.7 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pert. 2 ... 113
Gambar 4.8 Diagram Rekapitulasi Data Siklus 1 ... 118
Gambar 4.9 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2 Pert. 1 ... 120
Gambar 4.10 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2 Pert. 1 ... 125
Gambar 4.11 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 Pert. 1 ... 133
Gambar 4.12 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2Pert.2 ... 139
Gambar 4.13 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2Pert.2 ... 144
Gambar 4.14 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 Pert.2 ... 151
Gambar 4.15 Rekapitulasi Data Siklus 2 ... 154
Gambar 4.16 Diagram Rekapitulasi Data Siklus 1 dan 2 ... 155
Gambar 4.17 Grafik Peningkatan Keterampilan Guru Siklus 1 dan 2 ... 158
Gambar 4.18 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus 1 dan 2 ... 167
Lampiran 2. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru ... 193
Lampiran 3.Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 198
Lampiran 4. Instrumen Penilaian Karakter Bangsa ... 203
Lampiran 5. RPP ... 205
Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Observasi Ketrampilan Guru Siklus 1,2,3 . 278 Lampiran 7. Daftar Nama Siswa ... 279
Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas siswa ... 280
Lampiran 9. Daftar Nilai Evaluasi ... 284
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 286
Lampiran 11.Data Hasil belajar Afektif Siswa ... 287
Lampiran 12. Hasil Evaluasi Siswa ... 289
Lampiran 13.Catatan lapangan ... 297
Lampiran 14. KKM ... 301
Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 302
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003:4). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan khususnya pada bab IV pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang cerdas, dan memliki kepribadian yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia (BSNP, 2005:11).
(KD) SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI terdiri dari komponen mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesenian, muatan Lokal dan Pengembangan Diri (Depdiknas 2006:8). Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum tingkat dasar dan menengah yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik yang mempunyai rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Proses pembelajaran yang berlangsung hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada dasarnya guru harus bisa menerapkan model serta media pembelajaran yang inovatif dan menarik serta dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Akan tetapi, dalam kegaiatan pembelajaran umumnya guru masih belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut tentu saja berakibat pada rendahnya kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Sesuai dengan temuan Depdiknas (2007) menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan yang terjadi ketika pelaksanaan standar isi mata pelajaran PKn. Kurangnya sarana penunjang media, sumber buku, dan kurang nya kemampuan guru dalam mengembangkan media dan metode pembelajaran menjadi salah satu masalahnya. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan saat ini masih kurang mengaktifkan siswa.
konvensional dengan fokus memberikan ceramah di depan kelas dan dilanjutkan dengan pemberian tugas. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran PKn di dalam kelas terkesan monoton dan kurang mengaktifkan siswa. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata dan kurang menekankan pada aspek penalaran sehingga minat siswa terhadap mata pelajaran PKn menjadi rendah yang berakibat juga pada rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan dari hasil analisis nilai ulangan harian siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 62. Data hasil ulangan harian mata pelajaran PKn menunjukkan perolehan nilai terendah yaitu 43,5, nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 59,8. Dari 20 siswa, yang mencapai KKM hanya 5 siswa (25%) sedangkan sisanya 15 siswa (75%) belum mencapai KKM. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi dalam pembelajaran PKn perlu segera ditangani dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran PKn , karena apabila masalah tersebut tidak segera ditindak lanjuti, pada akhirnya akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa.
kalimat positif yang dapat memotivasi siswa menjadi bersemangat dalam belajar (Sugiyanto, 2010:77).
Pembelajaran yang nyaman akan membangkitkan minat belajar siswa dan belajar sambil bermain dapat memberikan rasa menyenangkan bagi siswa. Dalam Quantum Teaching langkah puncak pembelajaran adalah perayaan setelah menyelesaikan tugas sebagai bentuk penguatan positif akan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan,kepercayaan diri dan motivasi untuk pekerjaan berikutnya (DePorter, 2011: 59).
Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen Quantum Teaching komponen rancangan pengajaran dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu: (1) tumbuhkan minat dengan menanamkan manfaat dari belajar suatu materi untuk kehidupan siswa, (2) alami maksudnya proses pembelajaran akan lebih bermakna jika berupa pengalaman umum yang dimengerti oleh semua siswa, (3) namai dapat berupa penanaman konsep, kata kunci, rumus, atau identitas, (4) demonstrasikan berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengatahuan mereka dengan aktualisasi diri, (5) ulangi berarti siswa dapat mengulang materi dan yakin akan kemampuan diri ,(6) rayakan merupakan sebuah pengakuan bahwa tugas telah terselesaikan dan merupakan sebuah bentuk rewards untuk suatu partisipasi dan prestasi (DePorter, 2010: 39-40).
hanya menggunakan bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka, (b) mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera. Oleh karena itu melalui penggunaan model Quantum Teaching dengan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktifitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian yang menjadi faktor pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching , yaitu : penelitian dari Dhomas Ikhtiyari Wahyu Sayekti (2012) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Quantum Teaching pada Siswa Kelas IV SDN Pakintelan 03 Semarang. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan Kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Pakintelan 03 Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebelum tindakan hanya 40 % siswa yang mencapai ketuntasan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I menunjukkan peningkatan prestasi kelulusan sebesar 63,35% dan dilanjutkan pada siklus II yang mengalami peningkatan kelulusan sebesar 81,7%.
(81,90) dan Siklus II (87,62) . Sedangkan ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48%.
Widyanita (2012) dalam skripsi penelitian tindakan kelas berjudul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Kooperarif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbasis Media Audio visual pada Siswa Kelas VC SDN Krapyak Kota Semarang” menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70, siklus II sebesar 73, dan siklus III sebesar 78. Persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 61% pada siklus I menjadi 74 % pada siklus II, dan 84% pada siklus III.
Dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi: keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa sehingga dapat dijadikan pendukung dalam penelitian ini.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VA SDN Tambakaji 05 Kota Semarang”.
1.2. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH 1.2.1. Rumusan Masalah
Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Semarang?
Rumusan masalah secara khusus diperinci sebagai berikut:
1) Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn? 2) Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio
visual dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Semarang dalam pembelajaran PKn?
3) Apakah melalui penerapan model Quantum Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Semarang?
1.2.2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model Quantum Teaching dengan media audio visual.
Adapun langkah pembelajaran Quantum Teaching menurut DePorter (2010 : 39) dikenal dengan akronim “TANDUR” dapat diuraikan sebagai berikut: 1) tumbuhkan
2) alami
Alami, mendatangkan pengalaman umum, menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti dan dijumpai siswa dalam kehidupan mereka. Dengan menayangkan media audio visual dan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehari-hari,
3) namai
Namai, saatnya mengajarkan konsep, keterampilan berfikir dan pembentukan kelompok, setelah pembentukan kelompok, kemudian guru menampilkan video untuk didiskusikan sebagai tugas kelompok,
4) demonstrasi
Demonstrasi, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dari hasil kerja kelompok yang dipresentasikan,
5) ulangi
Ulangi, siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa menanggapi refleksi dari guru. (menjawab pertanyaan yang diberikan guru, menyebutkan poin-poin materi, atau menulis rangkuman materi).
6) rayakan
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pembelajaran dalam pembelajaran PKn kelas VA SDN Tambakaji 05 melalui model Quantum Teaching dengan media audio visual.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Meningkatan ketrampilan guru dalam pembelajaran PKn melalui model Quantum Teaching dengan media audio visual.
2) Meningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui model Quantum Teaching dengan media audio visual
3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN melalui model Quantum Teaching dengan media audio visual.
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan pada umumnya. Secara teoritis dalam perencanaan desain pembelajaran untuk peningkatan prestasi dan aktivitas belajar siswa yang menekankan kenyamanan belajar dan menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran
2) Mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran PKn. 3) Memberikan rasa nyaman dan senang dalam belajar PKn. 4) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn 1.4.2.2.Manfaat Bagi Guru
1) Mengembangkan profesionalitas guru dalam merencanakan pembelajaran. 2) Sebagai sarana evaluasi dan perbaikan terhadap cara mengajar
3) Membantu guru dalam menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran 1.4.2.3.Manfaat Bagi Sekolah
1) Memberikan sumbangan positif pada sekolah untuk berkembang dalam rangka meningkatkan mutu dan memajukan sekolah.
2) Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif dengan menerapkan model Quantum Teaching dengan media audio visual.
2.1.
KAJIAN TEORI
2.1.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran
2.1.1.1.Pengertian Belajar
Rifa’i (2009:82) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010:2).
Menurut Hamalik belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga
penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial,
bermacam-macam ketrampilan lain, dan cita-cita (Hamdani, 2011:20).
Sedangkan Arsyad (2011:1) mengemukakan belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu
terjadi karena interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu
belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang
itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkahlaku pada diri orang itu yang
Biggs (dalam Syah, 2010:90) mendefinisikan belajar dalam tiga macam
rumusan, yaitu:
1) Secara Kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian
atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi,
belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
2) Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses
“validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang
telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat
diketahui seusai proses mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar
akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam
bentuk skor.
3) Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia-dunia di sekeliling
siswa. Belajar dalam pengertian ini berfokus pada tercapainya daya pikir dan
tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan
nanti dihadapi siswa.
Konsep dasar belajar menurut teori belajar Kontruktivisme yaitu pengetahuan
baru dikontruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya (Lapono, 2008:1.25). menurut teori belajar
kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke
struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (Lapono,
2008:1.28).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses dan usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
pengetahuan yang akan terlihat dengan adanya perubahan tingkah laku dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara permanen sebagai hasil dari interaksi
individu dengan lingkungannya.
2.1.1.2.Pengertian Pembelajaran
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 1 ayat 20
menyatakan, Pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003:3). Pembelajaran
pada intinya merupakan suatu prosesmenciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi
interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar.
Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010:17).
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen atau unsur
antara lain: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Sebagai suatu
sistem, komponen-komponen lingkungan belajar tersebut saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Komponen tersebut harus diperhatikan guru dalam memilih dan
siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah
laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang
berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa bertambah, baik kuantitas
maupun kualitasnya (Hamdani, 2011:47).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang terjadi secara sengaja agar terjadi proses belajar yang
mengakibatkan tercapainya tujuan belajar yang diharapkan. Tujuan tersebut adalah
agar siswa memperoleh berbagai pengalaman sehingga pengetahuan, keterampilan
dan nilai atau norma perilaku siswa dapat bertambah.
2.1.2.Kualitas Pembelajaran
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektivan. Secara
definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai
tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang
lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang.
Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi dapat pula
dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya (Etzioni dalam Hamdani, 2011:194).
Menurut Uno (2011:153) membicarakan kualitas pembelajaran artinya
mempersoalkan bagiamana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan
dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula.
Dikti (2004:6) mendeskripsikan tentang pengertian kualitas pendidikan yang
students learning capacity”. Dalam hal ini lembaga pendidikan mengelola secara optimal semua komponen pembelajaran berupa pendidik, siswa, kurikulum, bahan
ajar, iklim pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas belajar dan materi belajar
ditata sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan proses dan hasil belajar yang
optimal.
Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas
keterkaitan sistemik dan sinergis pendidik, peserta didik, kurikulum, bahan ajar,
media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil
belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Dikti, 2004:7)
Dikti (2004:7) mengemukakan indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat
antara lain dari perilaku pembelajaran pendidik atau guru, perilaku dan dampak
belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan
sistem pembelajaran. Masing-masing indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) perilaku pembelajaran pendidik atau guru
Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, peranan
penting tersebut berkaitan dengan tugas guru sebagai fasilitator, yang menyiapkan
kondisi yang kondusif untuk belajar (Dikti, 2004:17). Perilaku pembelajaran pendidik
atau guru dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut: (1) membangun persepsi dan
sikap positif siswa terhadap belajar, (2) menguasai disiplin ilmu berkaitan dengan
keluasaan dan kedalaman jangkauan subtansi dan metodologi dasar keilmuan, (3)
kebutuhan siswa, (5) menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendididk
berorientasi pada siswa tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, serta
mengevaluasi dan memanfaatkan hasil evaluasi secara dinamis untuk membentuk
kompetensi siswa yang dikehendaki, mengembangkan kepribadian dan
keprofesionalan sebagai kemampuan untuk mengetahui, mengukur, dan
mengembangkan kemampuannya secara mandiri (Dikti, 2004:8).
2) perilaku dan dampak belajar siswa
Dikti (2004:8) menyebutkanperilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat
dari kompetensi siswa yang antara lain: (1) memiliki persepsi dan sikap positif
terhadap belajar, (2) mau dan mampumendapatkan danmengintegrasikan pengetahuan
dan keterampilan sertamembangun sikapnya, (3) mau dan mampu memperluas,
memperdalam serta menerapkan pengetahuan dan keterampilannya secara bermakna,
(4) mau dan mampu membangun kebiasan berpikir, bersikap dan bekerja produktif,
serta mampu menguasai materi bidang studinya.
3) iklim pembelajaran
Situasi belajar atau sering disebut sebagai iklim kelas, mengacu kepada
suasana yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, dan lebih luas lagi kepada
interaksi antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas (Dikti,
2004:33). Adapun iklim belajar menurut Dikti (2004:9) mencakup suasana kelas yang
kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik,
kependidikan, serta perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa dan
kreatifitas guru.
4) materi pembelajaran
Menurut Dikti (2004:9) materi pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat
dari: (1) kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai siswa, (2) memiliki keseimbangan antara materi pembelajaran dari sisi
keluasan dan kedalamannya dibandingkan dengan waktu yang tersedia,(3) materi
pembelajaran sistematis dan kontekstual, (4) dapat mengakomodasikan partisipasi
aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin, (5) dapat menarik manfaat yang
optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni.
5) media pembelajaran
Dikti (2004:9) menyebutkan kualitas media pembelajaran tampak dari:
(1)dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, (2) mampu
memfasilitasiproses interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan siswa yang
lainnya, (3) mampu mengubah suasana belajar dari siswa pasif menjadi siswa aktif.
6) sistem pembelajaran.
Sistem pembelajaran mampu menunjukkan kualitasnya jika sekolah
dapatmenonjolkan ciri khas keunggulannya, (1) memiliki penekanan dan kekhususan
lulusannya, (2) responsif terhadap berbagai tantangan secara internal maupun
eksternal, (3) memiliki perencanaan yang matang dalam bentuk rencana strategis dan
perubahan yang dicanangkan dalam visi dan misi yang mampu membangkitkan
upaya kreatif dan inovatif dari semua sivitas akademika melalui berbagai aktivitas
pengembangan (Dikti, 2004:10). Upaya pencapaian pembelajaran berkualitas
menuntut agar lembaga dan proses pendidikan yang berlangsung di dalamnyamenjadi
transparan bagi komunitas sekitarnya dan pihak-pihak yang berkepentingan (Dikti,
2004:35). Agar semua upaya dapat dilaksanakan secara sinergis oleh komponen
sistem pembelajaran dalam tubuh lembaga pendidikan, maka sangat penting bagi
lembaga pendidikan untuk memiliki perencanaan yangmatang (Dikti, 2004:36).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaranmerupakan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran
sehingga diperoleh proses dan hasil belajar yang optimal, Dimana diperlukan adanya
hubungan keterkaitan sistemik dan sinergis diantara komponen perilaku pembelajaran
pendidik atau guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi
pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Dari banyaknya aspek
yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, dalam penelitian ini peneliti membatasi
diri pada tiga aspek yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
2.1.3.KeterampilanGuru
Guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan yang harus berperan
secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat
dikatakan pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para
semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga
sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai
“pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar
(Sardiman,2011:125).
Daryanto (2010:57) menyebutkan guru memegang peranan penting dan
strategis dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, dimulai dari pemilihan dan
pengurutan materi pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode pembelajaran,
penyampaian materi pembelajaran, pembimbingan belajar dan kegiatan
pengevaluasian kegiatan belajar. Rusman (2010:58) juga menyatakan bahwa guru
merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya,
karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 28, tentang
Standar Nasional Pendidikan seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi
pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial. Lebih jelasnya lagi Rusman
(2010:54) menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu:
1) kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki peserta didik.
pembelajaran dengan memperhatikan prinsip-prinsip dikdatik metodik sebagai
ilmu keguruan.
3) kompetensi kepribadian yaitu guru harus dapat bertindak sesuai dengan norma,
moral, dan estetika dan mampu membelajarkan kepada siswa tentang tata nilai
yang dianggap baik dan berlaku di dalam masyarakat
4) kompetensi sosial, guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat
yang meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama,bergaul dan
mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Menurut hasil penelitian Turney (dalam Anitah, 2007:7.2), terdapat 8
keterampilan dasar mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah
1) Keterampilan bertanya
Keterampialn bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban atau balikan dari siswa (Marno, 2009:115). Adapun komponen
keterampilan bertanya meliputi: (1) kejelasan dan kaitan pertanyaan, (2) kecepatan
dan selang waktu (pause), (3) arah dan distribusi penunjukan (penyebaran), (4) teknik penguatan, (5) teknik menuntun (prompting), (6) teknik menggali (probing question), (7) pemusatan (focusing), (8) pindah gilir (marno, 2009:124-128).
Reinforcement atau pemberian penguatan diartikan sebagai respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut, tindakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran
agar siswa lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran (Rusman, 2011:80).
Adapun komponen keterampilan memberi penguatan antara lain: (1) penguatan
verbal, (2) penguatan gestural, (3) penguatan dengan cara mendekati anak, (4)
penguatan dengan sentuhan, (5) penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, (6)
penguatan berupa symbol atau benda (Marno, 2009:135-137).
3) Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan guru dalam
menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar siswa
sekaligus mengatasi kebosanan, meningkatkan minat dan gairah siswa dalam belajar
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif (Annitah,
2007:7.39). Marno dan Idris (2009:142) menyebutkan penggunaan keterampilan
mengadakan variasi mengajar seyogyanya harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai
berikut: (1) relevan dengan tujuan pembelajaran, (2) kontinu dan fleksibel, (3)
antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru selama KBM berlangsung, (4)
relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Adapun komponen keterampilan variasi mengajar menurut Marno
(2009:142-146), adalah sebagai berikuti: (1) variasi gaya mengajar, meliputi suara guru, mimik
bervariasi antara jenis-jenis media belajar yang ada, (3) variasi pola interaksi yaitu
memvariasikan metode dan strategi dengan masih mempertimbangkan evektifitas dan
efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.
4) Keterampilan menjelaskan
Menjelaskan pada dasarnya adalah menuturkan secara lisan mengenai suatu
bahan pelajaran yang disampaikan secara sistematis dan terencana sehingga
memudahkan siswa untuk memahami bahan pembelajaran (Marno dan Idris,
2009:95). Prinsip penggunaan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran dapat
dilakukan: (1) pada awal, tengah, atau pada akhir pembelajaran, (2) penjelasan harus
relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (3) penjelasan dapat
diberikan apabila ada pertanyaan atau diperlukan oleh guru untuk menjelaskan, yang
bererti tidak semua topik atau bahan pembelajaran dijelaskan oleh guru, (4)
penjelasan harus sesuai dengan latar belakang, kemampuan siswa, terutama dalam hal
penggunaan bahasa.
5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan
pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa
siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran
merupakan keterampilan merangkum inti pelajaran pada akhir setiap penggal
kegiatan. Keterampilan ini sangat penting dalam membantu siswa menemukan
konsep,prinsip, hukum, atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari
Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: (1)
membangkitkan perhatian atau minat siswa, (2) menimbulkan motivasi, (3) memberi
acuan atau struktur, (4) menunjukkan kaitan (Anitah dkk 2007:8.6-8.8). Sedangkan
menurut Usman (dalam Rusman 2010:92) komponen-komponen keterampilan
menutup pelajaran meliputi: (1) meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan
merangkum atau menyimpulkan hasil belajar, (2) melakukan evaluasi.
6) Keterampilan membimbimbing diskusi kelompok kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu prosesyang
teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap mukakooperatif
yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman,mengambil
keputusan atau memecahkan suatu masalah (Rusman 2010: 89). Agardapat
membimbing diskusi, guru harus menguasai enam komponen keterampilanyaitu (1)
memusatkan perhatian, (2) memperjelas masalah dan uraian pendapat,(3)
menganalisispandangan, (4) meningkatkan urunan siswa, (5) menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Rusman 2010: 89).
7) Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk
mengembalikan kondisi belajar yang terganggu kearah kondisi pembelajaran yang
optimal baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial
keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu
keterampilan yang bersifat preventif dan bersifat represif.
8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan
sebagaiperbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar, mengorganisasi kegiatan
belajarsecara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan sesuai dengan materi
yangdipelajari dan tujuan yang ingin dicapai (Anitah, 2007:8. 52). Komponenpokok
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yang harus dikuasai oleh guru
yaitu: (1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, (2)keterampilan
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, (3) keterampilanmembimbing dan
memudahkan belajar, (4) keterampilan merencanakan danmelakukan kegiatan
pembelajaran (Anitah, 2007: 8.56-.8.61).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menjadi lebih efektif dengan
mengoptimalkan potensi siswa yang meliputi: keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perseorangan.
Dari delapan keterampilan guru yang telah diuraikan tersebut dalam penelitian
ini yang menjadi salah satu fokus atau variabel adalah peningkatan keterampilan guru
visual. Dari kedelapan keterampilan yang telah dijabarkan akan dikembangkan dan
dipadukan dengan model Quantum Teaching dan media audio visual sehingga
diperoleh indikator keterampilan guru sebagai berikut: (1) menumbuhkan minat
belajar siswa (keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan
mengelola kelas), (2) menayangkan media audio visual (keterampilan mengadakan
variasi), (3) menyampaikan materi dengan media audio visual (keterampilan
menjelaskan), (4) membimbing siswa membentuk kelompok (keterampilan mengajar
kelompok kecil), (5) membimbing siswa dalam menyampaikan hasil diskusi
(keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan), (6) melaksanakan refleksi
terhadap proses pembelajaran (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pembelajaran), (7) melaksanakan evaluasi
pembelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran), (8) memberikan
penguatan dan merayakan pembelajaran (keterampilan melakukan penguatan).
2.1.4.AktivitasSiswa
Hamdani (2011:137) mengemukakan aktivitas belajarberarti perubahan aktivitas
jiwa yang diperoleh dalam proses pembelajaran,seperti mengamati, mendengarkan,
menaggapi, berbicara, kegiatan menerima, dankegiatan merasakan.Menurut Slameto
(2010:92) di dalam belajar siswa harus mengalamiaktivitas mental, misalnya siswa
dapat mengembangkan kemampuanintelektualnya, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan menganalisis, kemampuanmengucapkan pengetahuannya dan lain
menjalani prosespembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran (Rusman, 2010:111)
SecaraterperinciPaul B.
Diedrichmenggolongkanaktivitassiswadalampembelajaran menjadi delapan
kelompok, di antaranya (Sardiman, 2011:101)
1) Visual activities(kegiatan visual), misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.
2) Oral activities(kegiatan lisan), misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, wawancara, diskusi daninterupsi.
3) Listening activities (kegiatan mendengarkan), misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.
4) Writing activities (kegiatan menulis), misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.
5) Drawing activities (kegiatan menggambar), misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
6) Motor activities (kegiatan metrik), misalnya melakukan percobaan, membuat kontruksi, mereparasi, berkebun dan beternak.
7) Mental activities (kegiatan mental), misalnya menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah
kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung yang
berupa visual activities,oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities dan emotional activities sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini yang menjadi salah satu fokus atau variabel adalah
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui model Quantum
Teaching dengan media audio visual, ada enam jenis aktivitas siswa yang
dikembangkan dan dipadukan denganmodel Quantum Teaching dan media audio
visual dengan indikator sebagai berikut:(1) kesiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran (emotional activities), (2) memperhatikan dan mengamati media audio
visual yang ditunjukkan guru (listening activities, visual activities),
(3)memperhatikan informasi yang disampaikan guru ( listening activities), (4)tertib
dalam pembentukan kelompok (emotional activities), (5) memepresentasikan hasil
kerja (oral activities, mental activities), (6) menanggapi hasil kerja siswa lain (oral activities, mental activities) ,(7) menyimpulkan materi yang telah dipelajari (oral activities), (8) mengerjakan evaluasi individu (mental activities, writing activities), (9) merayakan akhir pembelajaran (mental activities, emotional activities)
2.1.5.HasilBelajar
tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa, oleh karena itu apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh
adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran , perubahan perilaku yang
harus dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran (Rifa’i, 2009: 85).
Hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pada penelitian ini menggunakan teori Taksonomi Bloom yang
baru,jika dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya, ada pertukaran pada posisi C5
dan C6 dan perubahan nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganti dengan Create.
Berikut ini Struktur dari Proses Kognitif menurut Taksonomi yang telah direvisi,
yaitu (Sanjaya, 2010: 128):
1) mengingat (remember): mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi,
menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dan sebagainya.
2) memahami (comprehension): menafsirkan, meringkas, mengklasifikasi dan
membandingkan;
3) menerapkan (application): melaksanakan, menggunakan, menjalankan,
melakukan, mempraktekkan dan memilih.
4) menganalisis (analysis): menguraikan, membandingkan, mengorganisir,
menyusun ulang dan mengubah struktur
5) mengevaluasi (evaluation): menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
6) berkreasi (create): merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,menemukan, membaharui dan sebagainya.
Domain afektif adalahreceiving (sikap menerima),responding (memberikan
respon),valuing(nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine dan rountinized. Psikomotorik juga keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian, dan sikap (Suprijono, 2009:6-7)
Berdasarkan pendapat para ahli peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang diperoleh seseorang
setelah melakukan aktivitas belajar yang meliputi tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Dalam penelitian ini, ketiga ranah tersebut diamati. Sehingga data penelitian
yang didapat dan diolah untuk menentukan ketuntasan/kelulusan hasil belajar siswa
didasarkan pada pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil tes di akhir
pembelajaran pada mata pelajaran PKn.
2.1.6.Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk
membentuk warga Negara yang baik. Oleh karena itu pendidikan nilai, moral dan
norma secara terus-menerus ditanamkan sehingga warga negara yang baik lekas
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta
didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sementara dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI
(BSNP, 2006:271) dijelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
Winaputra (2009:1.1) menyatakan tugas PKn mengembangkan pendidikan
demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga
negara (civic intelligence), membina tanggungjawab warga negara (civic
responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). selain itu Winaputra (2009:1.20) menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari
warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi
konstitusional Indonesia.
Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara
yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan menurut Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007:1.26) adalah untuk
menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. (2) mau
berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggungjawab,
sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. (3) bisa berkembang
secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di
dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan
norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki
nilai moral yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan
mudah diwujudkan.
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (BNSP,
2006:271-272) ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
1) persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan
keadilan,
2) norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah,
norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan
3) hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, kemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM,
4) kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri , persamaan kedudukan
warga negara,
5) konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi,
6) kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi,
7) pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka, dan
8) globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia
di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa PKn adalah mata
pembentukan karakter bangsa, guna membentuk siswa menjadi warga negara yang
cerdas, terampil, bertanggungjawab, sadar akan hak dan kewajibannya, serta taat
kepada nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip dasar demokrasi.
Dari ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, materi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah materi Menghargai dan Mentaati Keputusan
bersama pada kelas V semester 2 yang masuk dalam ruang lingkup kebutuhan warga
negara.
2.1.7. Model Pembelajaran Quantum Teaching
2.1.7.1.Pengertian Model Pembelajaran Quantum Teaching
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas satu atau yang
lain. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran, para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran(Rusman, 2010:133). Ada
banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil pembelajaran siswa, diantaranya adalah model pembelajaran
Quantum Teaching.
kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar dan bertanggung
jawab bagi pendidikannya sendiri.
Quantum Teaching merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian terarah, untuk segala mata pelajaran.
Quantum Teaching adalah penggubahan cara belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalm kerangka untuk belajar
(DePorter, 2010:31).
Menurut DePorter (2010:34) asas utama pada model pembelajaran Quantum
Teaching adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”. Maksudnya yaitu mengingatkan pendidik pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Hal ini menunjukkan betapa pembelajaran
dengan model Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang harus
dipelajari oleh siswa, tetapi jauh dari itu siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik ketika belajar.
Prinsip-prinsip model pembelajaran Quantum Teaching menurut DePorter
1) segalanya berbicara
Segala sesuatu mulai dari lingkungan pembelajaran hingga bahasa tubuh
pengajar,penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar
sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan untuk belajar.
2) segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Tidak ada
kejadian yang tidak bertujuan, baik pengajar maupun pembelajar harus menyadari
bahwa kegiatan yang dibuatnya selalu memiliki tujuan.
3) pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita bisa berkembang pesat dengan adanya rangsangan komunikasi yang
akan menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa telah mendapat informasi sebelum mereka memperoleh nama
untuk mereka mempermudah mempelajari.
4) akui setiap usaha
Belajar mempunyai aturan, belajar berarti melangkah keluar dari kenyatan. Pada
saat siswa mengambil langkah ini, mereka pantas mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka sehingga merasa bangga dengan
kemampuan yang mereka miliki bisa menimbulkan minat yang lebih besar.
5) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Guru sebaiknya sering memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil dalam
pujian mereka akan merasa dihargai, sehingga mereka akan selalu berusaha agar
dapat memecahkan masalah dari tugas yang diberikan.
2.1.7.2. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching
Menurut DePorter (2010:127) kerangka Quantum Teaching dikenal dengan
konsep TANDUR, yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka TANDUR sedapat mungkin membawa
siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun mata pelajaran,
tingkat kelas, dengan beragam budayanya, menjadikan isi pelajaran nyata bagi
mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar.
Kerangka Pembelajaran Quantum Teaching TANDUR adalah sebagai berikut
(DePorter, 2010:128-136) :
1) Tumbuhkan
Menumbuhkan minat dengan menanamkan manfaat dari belajar suatu materi
untuk kehidupan siswa (AMBAK, Apa Manfaatnya BAgiKu). Melalui penyertaan
pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita.
2) Alami
Maksudnya proses pembelajaran akan lebih bermakna jika guru dapat
mendatangkan atau menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh
semua siswa. Misalnya memerankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk
sandiwara, memberi tugas kepada peserta didik secara kelompok dan kegiatan
3) Namai
Penanaman konsep, kata kunci, rumus, atau identitas saat siswa larut masuk
dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan mengunakan susunan gambar,
warna, alat bantu, kertas tulis dan poster di dinding. Hal tersebut membuat
peserta didik penasaran dan penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka.
4) Demonstrasikan
Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka
dengan aktualisasi diri yaitu mengaitkan antara pengalaman dan nama dengan
cara menunjukkan dan melakukannya.
5) Ulangi
Pendidik menunjukkan kepada pelajar cara-cara mengulang materi dan
menegaskan, pengulangan memperkuat bahwa mereka telah tahu. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan
pengetahuan baru mereka kepada orang lain, atau guru dan murid melakukan
penyimpulan pembelajaran secara bersama- sama.
6) Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisiapasi, pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Perayaan memberikan rasa rampung dengan menghormati usaha,
ketekunan, dan kesuksesan. Betuk- bentuk perayaan menurut DePorter (2010:64)
dapat berupa: tepuk tangan, tiga kali hore, jentikan jari, catatan pribadi,
2.1.7.3. Kelebihan dan Kekurangan model Quantum Teaching
Di bawah ini beberapa kelebihan pembelajaran dengan menggunakan model
Quantum Teaching :
1) Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran
pikiran yang sama.
2) Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses
pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap
penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
3) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
4) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
5) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
6) Karena model pembelajaranQuantum Teaching membutuhkan kreativitas dari
seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka
secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
7) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
Sedangkan kekurangan dari model Quantum Teachingmenurut Susanti (2012)
adalah sebagai berikut:
1) Materi yang dapat disampaikan dalam satu pertemuan tidak terlalu banyak,
karena terbatas oleh waktu. Suatu materi diulas berulang-ulang pada sintaks
2) Banyak memakan waktu dalam hal persiapan
3) Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, Karena tanpa ditunjang
hal semacam itu pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.
Dari beberapa kelemahan yang disebutkan, untuk meminimalisir hal
tersebut,yang pertama materi yang disampaikan dalam satu pertemuan tidak terlalu
banyak. Hal tersebut dapat teratasi karena materi dalam mata pelajaran PKn tidak
begitu banyak dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Yang kedua,banyak
memakan waktu dalam hal persiapan. Untuk mengatasinya terlebih dahulu guru harus
mempersipkan segala kebutuhan yang diperlukan selama proses pembelajaran seperti
media dan lembar evaluasi tanpa mengganggu jam pelajaran. Untuk menunjang
keterampilan guru dalam mengajar guru berusaha menggunakan media audio visual
sebagai sarana penyampaian informasi dan menyelipkan permainan-permainan kreatif
agar kegiatan belajar lebih menyenangkan dengan tetap menggunakan sistem
kerangka TANDUR
2.1.8. Media Audio Visual
Ruminiati (2007:2.11) menjelaskan media dapat diartikan sebagai alat
komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada
penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi
ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik
Selain itu, Hamdani (2011:243) berpendapat bahwa media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di
lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media
pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran
Sementara Djamarah (2010:120) menjelaskan bahwa media adalah alat bantu
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuaan
pengajaran. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media memiliki arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan
dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media.
Media dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Hal tersebut dikemukakan oleh
Djamarah (2010:124) secara garis besar jenis media pembelajaran terbagi atas :
1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio dan rekaman suara
2) Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Seperti foto, gambar atau lukisan, dan cetakan.
3) Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu
yang dapat mengkomunikasikan informasi yang bertujuan intruksional atau
mengandung maksud pengajaran dari pengajar kepada peserta didik guna tercapainya
tujuan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media audio visual untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
Media audio visual, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan
kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera mata atau penglihatan. Jenis
media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa.
Media audio visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya,
setiap jenis alat memiliki tingkat keefektifannya sendiri-sendiri. Penggunaannya
untuk meningkatkan keaktifan dan keefektifan belajar tergantung kepada jenisnya,
ketersediaanya, dan kemampuan menggunkannya (Sumiati, 2009:161).
Menurut Hamalik (2010: 249) sesuai dengan namanya media audio visual
merupakan media kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang
dengar. Media audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa
semakin lengkap dan optimal. Selain itu media audio visual dalam batas-batas
tertentu dapat menggantikan peranan dan tugas guru. Sebab, dalam penyajian materi
dapat digantikan oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu
memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.