• Tidak ada hasil yang ditemukan

di DAS Citarum Bagian Hulu

Bab 6 Konservasi Sumber Mata Air

B. Pemanfaatan Ekosistem Kosma oleh Masyarakat

Konservasi terhadap ekosistem Kosma tidak bersifat statis sebagaimana pada kawasan konservasi. Konservasi dalam hal ini lebih dapat menyelaraskan kepentingan sosial budaya spiritual, ekonomi dan ekologi secara bersamaan. Hal ini diindikasikan oleh daya dukungnya untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternak, sumber bahan baku pengobatan tradisional, sumber kayu pertukangan, sumber bahan baku aneka kerajinan bambu, sumber kayu bakar, sumber pangan dan sumber air bersih. Kehadiran ekosistem Kosma memberikan dampak langsung berupa pemenuhan kebutuhan pakan ternak dalam skala terbatas di masyarakat. Beberapa sumber pakan ternak (kambing, babi dan kuda) dari Kosma berupa batang pisang, pelepah keladi, dedaunan, rerumputan dan

buah-70 Konservasi Sumber Mata Air berbasis Masyarakat di Pulau Sumba Bunga R ampai Pengelolaan Lahan dan Air erkelanjutan dengan Melibatkan Masyarakat 71

buahan mampu berkontribusi sekitar 15% terhadap rata-rata kebutuhan pakan ternak yang mencapai 100 kg/bulan. Aktivitas pengambilan pakan ternak oleh masyarakat dari Kosma dilakukan 1 kali/bulan, sehingga jumlah volume pakan yang diambil relatif sedikit. Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, masyarakat memanfaatkan hasil pertanian atau perkebunan di lahan garapan atau pun membeli dari pasar tradisional.

Pemanfaatan lain dari sumberdaya Kosma adalah sebagai sumber bahan baku pengobatan tradisional dalam skala yang tergolong rendah. Masyarakat sekitar memanfaatkan potensi sumberdaya hayati (kulit batang, kayu, akar, daun, bunga, buah) sebagai alternatif pilihan pengobatan di samping berobat ke fasilitas kesehatan yang tersedia. Pemanfaatan obat tradisional biasanya untuk mengobati patah tulang, membersihkan darah kotor paska melahirkan, mengatasi kelelahan dan mengobati berbagai macam penyakit seperti diabetes, kanker, darah tinggi/

hipertensi dan sebagainya. Ketergantungan masyarakat terhadap pengobatan tradisional mendorong peran sertanya dalam konservasi keanekaragaman hayati pada berbagai unit lahan, salah satunya unit-unit lahan di sekitar sumber mata air. Selain itu, makin membaiknya akses terhadap fasilitas kesehatan di masa mendatang dengan sendirinya menurunkan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku obat tradisional dari alam. Hal ini dapat mengurangi eksploitasi sumberdaya hayati dan berimplikasi positif terhadap kelestarian sumberdaya hayati pada unit-unit sumber mata air.

Keanekaragaman vegetasi pada Kosma berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kayu pertukangan dan kayu bakar di masyarakat dalam skala terbatas.

Khusus untuk kayu pertukangan, kontribusi kayu dari unit-unit Kosma mencapai 30% terhadap total kebutuhan masyarakat. Penebangan kayu dimaksud rata-rata dilakukan 1 kali dalam setahun untuk memenuhi kebutuhan kayu yang rata-rata mencapai 1 m3/tahun. Kayu yang ditebang memiliki jarak yang relatif cukup jauh ± 100-200 m dari pusat mata air. Hal ini dikarenakan adanya larangan adat untuk tidak boleh menebang kayu dan penerapan sanksi berupa denda terhadap masyarakat yang melakukan penebangan kayu di sekitar mata air. Beberapa jenis kayu pertukangan seperti kelapa, lamtoro, bambu, mahoni dan jati. Kayu-kayu tersebut dimanfaatkan untuk membangun rumah dan sebagiannya dapat dijual sebagai sumber penghasilan masyarakat.

Keanekaragaman vegetasi Kosma merupakan sumber kayu bakar masyarakat. Kontribusi Kosma tergolong tinggi yaitu sebesar 50% terhadap rata-rata kebutuhan kayu bakar masyarakat sebesar 5 m3/KK/tahun. Umumnya masyarakat memanfaatkan kayu atau ranting yang sudah kering, termasuk pemanfaatan limbah dari sisa penebangan kayu, bambu dan pelepah kelapa.

Kayu bakar yang diambil digunakan untuk memasak dan sebagian dijual. Dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar, masyarakat tidak melakukan penebangan

70 Konservasi Sumber Mata Air berbasis Masyarakat di Pulau Sumba Bunga R ampai Pengelolaan Lahan dan Air erkelanjutan dengan Melibatkan Masyarakat 71

dengan maksud untuk menjaga stabilitas ekosistem Kosma, sehingga sumber mata air tetap terjaga karena merupakan kebutuhan utama masyarakat terutama bila tiba musim kemarau.

Potensi lainnya yang ditemukan sekitar Kosma adalah bambu. Setiap sumber mata air mempunyai potensi bambu yang cukup besar, yaitu sekitar 7 rumpun/mata air. Proporsi bambu sebesar 30% mampu memenuhi rata-rata kebutuhan bambu masyarakat, yaitu sebanyak 20 batang/tahun. Kebutuhan bambu masyarakat ini tergolong relatif sedikit dibandingkan kebutuhan kayu bakar karena masyarakat tidak memiliki keterampilan khusus untuk mengolah bambu menjadi aneka kerajinan tangan, sehingga tingkat eksploitasi bambu oleh masyarakat pun sangat rendah. Bahkan pengambilan bambu hanya dilakukan pada saat tertentu sesuai kebutuhan masyarakat. Bambu hanya digunakan sebagai bahan bangunan, kandang ternak (unggas), pagar rumah dan kursi/bale-bale (tempat tidur dari bambu untuk bersantai).

Potensi bambu yang cukup besar harus menjadi perhatian banyak pihak.

Masyarakat sekitar dapat dibina dan dilatih membuat beraneka kerajinan tangan dari bambu agar dapat bernilai jual tinggi, sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat. Dengan demikian dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi pengangguran, menekan laju urbanisasi dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar Kosma. Selain itu, semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan bambu dapat menjadi salah satu sarana yang baik untuk memotivasi masyarakat melakukan penanaman bambu di sekitar mata air yang secara langsung telah melakukan penghijauan sekitar sumber mata air, sehingga fungsi ekologis Kosma dapat terjaga.

Kosma juga berkontribusi sebagai salah satu sumber pangan. Sumber pangan tersebut didominasi oleh tanaman buah-buahan dibandingkan tanaman pangan dari ubi-ubian. Masyarakat juga memanfaatkan buah-buahan dan ubi-ubian sebagai sumber pakan ternak. Jenis yang dimanfaatkan yaitu nangka, pepaya, pisang, kelapa, mangga, alpukat dan beberapa jenis ubi-ubian. Ketergantungan masyarakat terhadap potensi pangan dari Kosma tergolong cukup tinggi.

Kebutuhan ubi-ubian sebanyak 20 kg/bulan dan buah-buahan sebanyak 30 kg/

bulan dapat terpenuhi dari Kosma dengan intensitas pengambilan sebanyak 2-4 kali/bulan. Kontribusi Kosma terhadap pemenuhan kebutuhan ubi-ubian sebesar 20% dan buah-buahan sebesar 40%. Ketergantungan masyarakat yang cukup tinggi ini memberikan dampak positif terhadap pengelolaan Kosma. Masyarakat dapat didorong untuk melakukan penanaman berbagai jenis tanaman pangan dan jenis lainnya, sehingga membentuk struktur vegetasi yang berlapis, mendorong dilakukan penghijauan, dan sumber mata air terpelihara.

Salah satu unsur vital dalam pemanfaatan Kosma adalah pemenuhan kebutuhan air bersih di masyarakat yang tergolong sangat tinggi. Sumber air dari

72 Konservasi Sumber Mata Air berbasis Masyarakat di Pulau Sumba Bunga R ampai Pengelolaan Lahan dan Air erkelanjutan dengan Melibatkan Masyarakat 73

Kosma dimanfaatkan untuk minum, mencuci, mandi, memasak, pertanian sayur-sayuran, irigasi sawah, tambak dan juga kegiatan pengelolaan jasa air (PDAM dan swasta). Rata-rata intensitas pengambilan air di Kosma sekitar 6 kali/hari dengan volume pengambilan 20 liter/kali. Rata-rata tingkat kepadatan pengguna air sebanyak 163 KK/unit, sehingga setidaknya terjadi eksploitasi air sebesar 2.304-4.694 m3/tahun pada setiap unit Kosma untuk memenuhi kebutuhan dasar semata. Jarak tempuh dari rumah ke lokasi sumber mata air antara 200-250 m. Jarak tempuh ini tergolong tidak terlalu jauh, sehingga mendorong terjadinya peningkatan intensitas interaksi dengan sumber mata air dan ekosistem Kosma. Hal ini mengindikasikan adanya ketergantungan dan terjadinya tekanan pemanfaatan air terhadap ekosistem Kosma, sehingga upaya konservasi berupa pengelolaan sumber mata air secara bijaksana harus segera dilakukan untuk menjamin ketersediaan air secara berkesinambungan (Sudarmadji et al., 2016).

Proporsi dan pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Proporsi pemanfaatan dan peranan ekosistem Kosma terhadap masyarakat

Pemanfaatan dan peranan Kosma Proporsi pemanfaatan

Sumber pakan ternak (%) 15

Sumber bahan baku obat tradisional (%) 10

Sumber bahan baku kayu pertukangan (%) 30

Sumber bahan baku aneka kerajinan bambu (%) 30

Sumber kayu bakar (%) 50

Sumber pangan

ubi-ubian (%)

buah-buahan (%)

20 40

Sumber air bersih untuk pemenuhan kebutuhan dasar 2.304-4.694 m3/tahun

Sumber: Data primer hasil penelitian (2015)