• Tidak ada hasil yang ditemukan

di DAS Citarum Bagian Hulu

Bab 6 Konservasi Sumber Mata Air

C. Perlindungan Ekosistem Kosma

Perlindungan terhadap unit-unit ekosistem Kosma merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kelestariannya. Perlindungan terhadap ekosistem Kosma diindikasikan oleh kondisi tutupan lahan, konservasi lahan Kosma, perlindungan daerah di dalam dan sekitar Kosma, perlindungan budaya dan fungsi Kosma sebagai habitat penyangga menjadi aspek penting yang memerlukan perhatian untuk dikaji dalam rangka mendukung kinerja pengelolaannya di masa depan. Terkait dengan penutupan lahan, (Barret dan Curtis dalam da Silva, et al., 2015) menyatakan bahwa sebagian permukaan bumi terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju dan lainnya, salah satunya

72 Konservasi Sumber Mata Air berbasis Masyarakat di Pulau Sumba Bunga R ampai Pengelolaan Lahan dan Air erkelanjutan dengan Melibatkan Masyarakat 73

adalah kenampakan hasil aktivitas manusia berupa penggunaan lahan. Sejalan dengan hal itu, tutupan lahan Kosma dievaluasi melalui perubahan struktur dan komposisi tumbuhan yang terdiri dari 3 kriteria yaitu tutupan oleh serasah, tumbuhan bawah dan pohon.

Tutupan lahan tertinggi pada setiap unit Kosma didominasi oleh pohon (50%), diikuti oleh serasah (50%) dan tumbuhan bawah (30%). Konsistensi tingkat ketertutupan lahan mulai dari serasah, tumbuhan bawah hingga vegetasi dewasa (pohon) cenderung berada dalam keseimbangan. Hal ini disebabkan oleh proses regenerasi tanaman yang berjalan cukup baik, karena masyarakat melakukan penebangan secara berkala terhadap beberapa jenis pohon yang berpotensi digunakan sebagai kayu pertukangan. Terciptanya “rumpang atau celah tajuk” memudahkan intensitas sinar matahari menembus permukaan lantai Kosma, sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya aneka spesies tumbuhan bawah, baik yang karena habitusnya sebagai tumbuhan bawah maupun spesies lain yang sedang berproses menjadi tumbuhan besar.

Tingginya tutupan lahan oleh serasah dan tumbuhan bawah dapat berpotensi menimbulkan kebakaran bila tidak didukung oleh pengelolaan yang baik. Tingginya intensitas kebakaran lahan berimplikasi terhadap kerusakan vegetasi di sekitar Kosma dan dapat meningkatkan kerusakan struktur tanah.

Hilangnya vegetasi mengakibatkan lahan terbuka, mudah tererosi dan mengurangi infiltrasi. Erosi yang terjadi berulang kali dapat menurunkan kesuburan tanah mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan mikroorganisme lainnya, sehingga daya dukung ekosistem berkurang dan potensi degradasi ekosistem Kosma di masa mendatang semakin tinggi.

Relevan dengan tutupan lahan, aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam perlindungan ekosistem Kosma adalah konservasi lahan Kosma. Konservasi lahan yang dimaksudkan meliputi penggunaan terasering, penggunaan tanaman penguat teras, penggunaan guludan tanah/batu dan penggunaan rorak/jebakan air/saluran buntu. Penggunaan terasering sangat bervariasi sesuai dengan kondisi topografi Kosma. Topografi agak curam dan sejarah lahan adalah bekas kebun, sangat memungkinkan keberadaan terasering untuk tujuan konservasi lahan. Intensitas penggunaan terasering mencapai 30%

dan penggunaan guludan batu mencapai 50% sedangkan pembuatan rorak/

jebakan air tidak dilakukan oleh masyarakat. Penggunaan tanaman penguat terasering cukup tinggi, umumnya adalah tanaman pakan ternak dan tanaman pangan. Oleh karena peran terasering adalah untuk menahan mulsa yang tererosi, menyebabkan tanah di sekitar terasering memiliki nilai kesuburan tinggi, sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk pengembangan tanaman pangan seperti nenas, ubi-ubian serta pakan ternak.

74 Konservasi Sumber Mata Air berbasis Masyarakat di Pulau Sumba Bunga R ampai Pengelolaan Lahan dan Air erkelanjutan dengan Melibatkan Masyarakat 75

Konservasi lahan erat kaitannya dengan siklus hidrologi. Jika konservasi lahannya baik, laju aliran permukaan yang timbul akibat curah hujan tinggi dapat diminimalisir, sehingga erosi yang terjadi kecil. Lambatnya laju aliran permukaan mengakibatkan semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam tanah, sehingga dapat memperbesar kuantitas air tanah. Biasanya konservasi lahan yang dilakukan masyarakat sejalan dengan kegiatan penanaman atau lebih dominan secara vegetatif. Bagian-bagian tanaman seperti daun dapat menahan pukulan air hujan, sehingga kerusakan tanah dapat diperkecil. Akar tanaman dapat memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga sumber mata air dapat terpelihara.

Gambar 1. Kondisi guludan batu pada ekosistem Kosma di Desa Kalembu Dara Mane, Sumba Barat Daya (da Silva et al., 2015)

Ekosistem Kosma berperan penting dalam mendukung perlindungan daerah di dalam dan di sekitar Kosma. Dalam melindungi lahan berbukit dan berlereng curam dari erosi, mempertahankan kesuburan daerah berbukit dan berlereng curam, melindungi daerah tangkapan air dan ekosistem persawahan dari erosi dan longsor, peranan Kosma tergolong tinggi. Keberadaan serasah, tumbuhan bawah dan vegetasi berpohon yang terstruktur dan rapat dapat meningkatkan tutupan lahan berimplikasi terhadap terhambatnya erosi yang dapat meningkatkan kesuburan lahan pada daerah curam dan berbukit. Adanya akumulasi sumberdaya serasah, input curah hujan serta kondisi kelembaban yang cukup tinggi di sekitar Kosma mendorong berlangsungnya proses biokimia, sehingga terjadi penguraian serasah menjadi unsur hara yang dibutuhkan

74 Konservasi Sumber Mata Air berbasis Masyarakat di Pulau Sumba Bunga R ampai Pengelolaan Lahan dan Air erkelanjutan dengan Melibatkan Masyarakat 75

tanaman. Akumulasi struktur, komposisi vegetasi, serasah, tumbuhan bawah dan kesuburan tanah dapat meningkatkan kemampuan daerah tangkapan air untuk meningkatkan kapasitas air, infiltrasi air dan menekan laju erosi permukaan.

Selain itu, dalam melindungi ekosistem persawahan, kehadiran ekosistem Kosma dapat mengurangi proses sedimentasi dan banjir yang dapat merusak tanaman dan infrastruktur pertanian.

Dalam hal perlindungan budaya, Kosma mempunyai peranan penting sebagai penyangga komponen-komponen atribut sosial budaya masyarakat.

Atribut sosial budaya masyarakat meliputi banyak aspek, salah satunya adalah sejumlah spesies yang dimanfaatkan sebagai spesies kunci budaya (cultural keystone spesies). Spesies kunci budaya yang berada dalam unit Kosma diantaranya adalah:

sirih, pinang, beringin, jambu air, kelapa dan sejumlah jenis tanaman lainnya.

Sirih dan pinang merupakan komoditi primer yang memiliki nilai sosial budaya dan ekonomi tinggi dan dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat di Sumba.

Implikasi dari keberadaan sejumlah spesies kunci budaya adalah terbangunnya kekerabatan sosial yang tinggi di masyarakat dalam sebuah komunitas budaya/

adat. Kehadiran Kosma sebagai public resources, memungkinkan interaksi sosial yang tinggi, sehingga membangun relasi untuk memperkuat kekerabatan sosial, antara lain diwujudkan dalam bentuk perlindungan terhadap unit ekosistem Kosma secara kolektif.

Peranan Kosma sebagai fungsi penyangga biodiversitas tergolong rendah untuk jenis ubi-ubian, tumbuhan obat, pohon hutan, pohon komersil, tumbuhan langka dan tumbuhan bernilai sosial budaya religius. Hal ini disebabkan penggunaan ekosistem Kosma lebih banyak untuk tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kayu pertukangan. Kondisi penanaman yang cenderung monokultur berimplikasi terhadap daya dukung untuk hidupan liar, karena produktivitas ekosistem dan jasa lingkungan lebih rendah. Akibatnya, fungsi sebagai habitat satwa tergolong rendah, sehingga perlu menjadi perhatian semua pihak untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkannya.