BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.9. Pembahasan
Jenis-jenis solidaritas sosial yang dianut dan dikembangkan oleh masyarakat perantau Ranah Batahan Pasaman Barat dalam menjaga keharmonian keluarga di kota Medan dapat dianalisis dari berbagai aspek. Pertama, terdiri atas solidaritas sosial mekanik dan organik. Jenis solidaritas sosial mekanik yakni
masyarakat mempunyai hubungan sosial yang akrab, dan rukun karena ada hubungan darah, kekeluargaan, dan kesadaran kolektif tanpa melihat status sosial anggota. Jenis sosial ini tercermin pada jenis solidaritas sosial keagamaan, silaturahim, solidaritas pendidikan, solidaritas tolong menolong, solidaritas ekonomi, solidaritas sosial gotong royong, solidaritas budaya dan solidaritas wisata dakwah.
Sedangkan solidaritas sosial organik yakni adanya ikatan yang kuat di antara para anggota, pembagian kerja yang jelas dan saling punya ketergantungan satu sama lain. Diibaratkan seperti sebuah bangunan rumah yang terdiri atas pondasi, tiang, dinding dan atap. Masing-masing elemen bangunan tidak boleh merasa diri yang paling berjasa atau kuat tetapi saling mendukung. Dalam Islam, seperti kaum mukminin yang saling mengasihi dan menyayangi antara sesama tanpa memandang etnik, bangsa, warna kulit dan status sosial tetapi diikat dengan akidah Islam atau tauhid.
Meskipun diibaratkan seperti bangunan yang kokoh, terbentuknya solidaritas pada perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) tentu memiliki syarat-syarat di antaranya. (1) Karena berasal dari daerah yang sama, (2) Punya hubungan kekeluargaan atau genealogi, (3) Senasib dan seperjuangan di kota Medan, (4) Satu etnik, (5) Memiliki jiwa saroha atau kesadaran kolektif.
Jiwa tersebut digambarkan dalam sebuah motto kita bisa karena kita saroha.
Saroha artinya sejiwa dan sekata.
Syarat pendukung lain yang dapat diamati (1) Terbentuknya jalinan kerjasama dan komunikasi yang kuat antara pengurus dan anggota, (2) Pengurus
menerapkan sikap adil dan ihsan (berbuat baik) terhadap seluruh anggota tanpa memandang latar belakang sosial, pendidikan dan tingkat ekonomi, (3) Kekompakan dalam bentuk tolong menolong suka dan duka, (4) Kepatuhan terhadap norma dan nilai-nilai yang diatur oleh perkumpulan, (5) Mengembangkan sikap baik sangka terhadap pengurus dan anggota serta sebaliknya membuang sifat-sifat buruk sangka terhadap pengurus dan anggota.
Realisasi dari solidaritas sosial mekanik dan organik kelihatan dalam pengelolaan perkumpulan bersifat melindungi, mengayomi, merangkul dan memberdayakan masyarakat dari sudut sosial. Hal itu sejalan dengan visi dan misi Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS).
Bapak Sbl anggota Saaroha memberikan komentar sebagai berikut:
“Sampai saat ini kekuatan pada perkumpulan Saroha terletak pada sifat melindungi, mengayomi dan merangkul tanpa melihat status sosial anggota. Hasilnya para anggota merasa senang, pengurus memahami keadaan ekonomi, psikologis anggota dan anggota juga memahami upaya kerja keras para pengurus dalam menjaga harmoni keluarga masyarakat perantau di kota Medan.”(Wawancara, 18 Februari 2021)
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Bapak Afm, sekretaris Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) sebagai berikut:
“Melindungi, mengayomi, dan bersikap merangkul anggota agar solider, tolong menolong dan harmonis merupakan tanggung jawab pengurus mulai dari tingkatan penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, dan ketua-ketua bidang hingga anggota. Kalau hal itu tidak dilakukan maka perkumpulan yang dibangun atas dasar kesadaran kolektif bisa mundur bahkan bubar.” (Wawancara 18 Februari 2021)
Selain solidaritas sosial mekanik dan organik, juga ditemukan solidaritas sosial keagamaan di kalangan masyarakat perantau asal Ranah Batahan di kota Medan. Hal tersebut tidak bisa dihindari karena kegiatan-kegiatan keagamaan dan
silaturahim dibalut dengan kegiatan-kegiatan sosial. Di samping itu, masyarakat perantau muslim religius dan menghiasi diri dengan akhlak mulia dan menjauhkan diri dari akhlak tercela seperti berbohong, sombong, dendam, iri hati dan tidak amanah. Hal tersebut diungkapkan dalam wawancara dengan Bapak Irn, bendahara Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) sebagai berikut:
“Etnik Mandailing yang melakukan migrasi ke Kabupaten Pasaman Barat dan ke kota Medan adalah muslim religius, berakhlak mulia dan menjauhkan diri dari akhlak tercela. Agama Islam yang dianut dijadikan sebagai pedoman hidup dan pembimbing rohani, dan edukasi, landasannya adalah Alqur’an dan Sunnah. Jika berpegang teguh kepada keduanya maka akan selamat baik di dunia dan akhirat.” (Wawancara 18 Februari 2021)
Kedua, dari segi teori asabiyah (kesukuan). Seperti dikemukakan oleh Ibn Khaldun bahwa kesamaan etnik, budaya, senasib, seperjuangan dan masyarakat yang punya hubungan kekeluargaaan sangat kuat solidaritas sosialnya. Hal itu ditemukan pada masyarakat Arab Badui, masyarakat desa dan masyarakat nomaden (berpindah-pindah). Pandangan ini sama dengan yang dikatakan oleh Emile Durkheim (1858-1917) bahwa kesadaran kolektif, nurani kolektif, sikap tasamuh (tolong menolong) dan toleran merupakan syarat-syarat terbentuknya solidaritas sosial mekanik (Sunarto, 2004). Dalam perspektif Islam bekerjasamalah kamu dalam kebaikan dan tidak boleh bekerjasama dalam keburukan (lihat Q.S Al-Maidah/5: 5).
Ketiga, dari segi teori migrasi bahwa perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain tidak terlepas dari misi budaya yang dianutnya. Misi budaya etnik Mandailing di Pasaman Barat dalam bentuk asimilasi dan akulturasi budaya. Asimilasi maksudnya percampuran dua budaya yang menyebabkan hilangnya budaya asli sehingga membentuk budaya baru. Sedangkan akulturasi
ialah percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu tanpa menghilangkan unsur budaya asli masyarakat. Misal, pernikahan sumando dan adat manjujur. Adat sumando yakni pihak laki-laki boleh tinggal di rumah mertua atau calon mempelai wanita sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak keluarga. Sedangkan adat manjujur ialah kesepakatan memilih tempat tinggal diserahkan sepenuhnya kepada kedua calon mempelai laki-laki dan wanita.
Contoh lain yakni akulturasi pola ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai dan Dalihan Na Tolu. Dalihan artinya tungku, Na berarti yang, kata penghubung dan tolu artinya tiga. Berarti tiga tungku sejarangan yaitu mora, kahanggi dan anak boru. Mora artinya barisan orang tua yang dihormati bisa juga orang yang memberi anak perempuan untuk dinikahi. Kahanggi yaitu punya hubungan darah (sepupu) dan semarga. Anak boru yaitu pihak laki-laki yang mengambil anak perempuan mora untuk dinikahi. Dalam tradisi adat Minangkabau yang mengatur seluruh pernikahan adalah ninik mamak (pengetua adat) yang diangkat secara resmi oleh wali nagari. Makna wali nagari adalah orang mengepalai kenagarian yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat jorong.
Pada masyarakat Mandailing, digunakan juga pola Dalihan Na Tolu (tiga tungku sejarangan) yaitu mora, kahanggi dan anak boru dalam mengatur proses pernikahan. Artinya masih eksis mempertahankan budaya. Jika diamati secara cermat maka jauh lebih besar pengaruh budaya Minangkabau di Pasaman Barat dari pada budaya etnik Mandailing karena mereka kelompok mayoritas yang menguasai dari segi agama,pemerintahan, pendidikan, ekonomi, komunikasi, politik dan budaya.
Keempat, teori perkembangan kota. Kota Medan sebagai kota metropolitan menjadi daya tarik bagi masyarakat perantau Ranah Batahan dan sekitarnya ke Kota Medan. Bagaikan semut dan gula. Di mana ada gula di situ ada semut. Maksudnya di mana ada kesenangan dan masa depan maka disitulah orang akan datang untuk merobah nasib pribadi dan keluarga. Seperti diketahui di kampung halaman kehidupan cukup tebatas dari segi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Jika dipertahankan maka cukup sulit untuk maju dan berkembang terutama untuk masa depan anak-anak di masa mendatang. Karena itu, jalan yang dapat ditempuh yaitu melakukan migrasi ke kota Medan.
Kelima, dari segi mobilitas sosial. Masyarakat perantau etnik Mandailing asal Ranah Batahan Pasaman Barat di kota Medan tergolong tinggi gerak sosialnya dari segi agama, pendidikan, sosial dan ekonomi. Dari segi agama yakni pada umumnya menjadi penceramah agama (da’i). Karena mereka dari kampung pada umumnya adalah tamatan dari Madrasah ‘Aliyah Muallimin Muhammadiyah (MAM) Silaping dan Madrasah Swasta Islamiyah Batahan, Silaping. Belakangan berdirilah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Ranah Batahan. Para ulumninya juga beragam yaitu memasuki Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Hukum dan Ilmu Pendidikan dan Keguruan di Universitas Andalas Padang, Universitas Negeri Padang, Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Diponegoro dan lainnya.
Dalam bidang pendidikan, pada umumnya masyarakat perantau asal Pasaman Barat di kota Medan adalah berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah, Strata Satu (S1), Strata Dua (S2) dan sebagian kecil
Strata Tiga (S3) dan bergelar Guru Besar (Prof). Di antara Guru Besar tersebut yaitu Prof. Ali Ya’kub Matondang, MA (almarhum), Prof. Dr. Marjuni Rangkuti, MA (almarhum), Prof. Dr. Ilhamuddin Nasution, MA (almarhum), Prof. Dr. H.
Asmuni, M.Ag dan Prof. Dr. Lahmuddin Lubis, M.Ed. Dalam wawancara dengan Bapak Rsm, ketua perkumpulan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) di jelaskan sebagai berikut:
“Masyarakat perantau asal Ranah Batahan di kota Medan tergolong maju dalam bidang pendidikan, semangat sekolah sulit ditandingi, para orang tuanya adalah petani di kampung dan berpendikan Sekolah Rakyat, kalau sekarang setara dengan Sekolah Dasar. Meskipun demikian semangat mereka tidak pernah goyah dan luntur tetapi berjuang dengan semangat ikhlas agar masa depan anak-anaknya tidak sama dengan para orang tuanya. Semangat inilah yang menjadi faktor pendukung sehingga sukses di kota dan tidak kalah dengan generasi-generasi muda lainnya.”
(Wawancara 19 Februari 2021)
Dalam bidang ekonomi, masyarakat perantau berprofesi sebagai pedagang.
Memiliki rumah toko dan pedagang kaki lima. Sebagian berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tukang, karyawan dan TNI/POLRI. Jenis pedagang yaitu pedagang pakaian, karpet, makanan, bakso, sepatu, sandal, sembako, kacamata dan topi. Hasil dari berdagang tersebut mereka mempunyai rumah milik sendiri, sepeda motor, mobil pribadi dan tanah untuk investasi.
Keenam, dari segi hambatan. Hambatan-hambatan solidaritas sosial yang dihadapi oleh kedua perkumpulan yaitu Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia (PPSDM Saroha) dan Ikatan keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) dalam menjaga harmoni keluarga di kota Medan adalah hal biasa bukan sesuatu yang sangat ditakuti. Munculnya kritik dan saran dari para anggota yang sifatnya membangun dijadikan sebagai masukan untuk membangun perkumpulan yang lebih maju dan bukan sebaliknya untuk menciptakan sikap bermusuhan di
kalangan anggota dan pengurus. Semoga jaya saroha dan kokoh solidaritas sosial sesama anak rantau di kota Medan.
109 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Jenis-jenis solidaritas sosial masyarakat perantau Ranah Batahan Pasaman Barat yang terhimpun dalam perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) dalam menjaga harmoni keluarga di kota Medan, meliputi. Pertama, solidaritas sosial keagamaan dan silaturrahim. Kedua, solidaritas sosial pendidikan. Ketiga, solidaritas serikat tolong menolong. Keempat, solidaritas sodial ekonomi. Kelima, solidaritas sosial gotong royong. Keenam solidaritas sosial budaya. Ketujuh, solidaritas sosial wisata dakwah. Ketujuh solidaritas sosial ini terbentuk atas dasar kebersamaan, ikatan kekeluargaan, seperjuangan dan kedaerahan. Atas dasar itu pula sampai sekarang terjalinlah kekompakan, sikap saling solider antara pengurus dan anggota meskipun status sosial anggota beragam dari segi tingkat pendidikan, profesi dan ekonomi.
Sedangkan hambatan solidaritas sosial dalam menjaga harmoni keluarga masyarakat perantau asal Ranah Batahan Pasaman Barat di kota Medan. Pertama, kesibukan bekerja para pengurus dan anggota. Kedua, masih lemah dalam penggunaan IT (Informasi dan Teknologi). Ketiga, rumah tempat tinggal anggota yang berjauhan dan tidak punya kendaraan pribadi. Keempat, menunggak pembayaran uang iuran bulanan dan santunan sosial. Kelima, sebagian pengurus dan anggota kurang memiliki jiwa sosial perkumpulan. Keenam, rangkap
keanggotaan artinya terdaftar secara resmi pada kedua perkumpulan. Ketujuh, komunikasi satu arah. Kedelapan, masih lemah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial. Keseluruhan hambatan ini tidaklah menghambat ikatan solidaritas sosial dan harmoni keluarga yang terpatri sangat kuat di kalangan pengurus dan anggota perkumpulan.
5.2 Saran
1. Kepada para peneliti dalam bidang sosiologi agar selalu mengadakan penelitian yang berkaitan dengan solidaritas sosial yang tidak hanya pada perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) tetapi juga pada paguyuban lainnya.
2. Kepada pemerintah Kabupaten Pasaman Barat dan wali kota Medan agar memperhatikan masyarakat rantau yang berada di kota Medan dari sudut keagamaan, pendidikan, sosial, politik, komunikasi dan budaya. Agar tetap kompak dan harmoni antar sesama.
3. Kepada pengurus perkumpulan Pusat Pembangunan Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) agar tetap menjaga harmoni antar sesama, mengutamakan kekompakan dan tidak menngedapankan kepentingan pribadi dan golongan.
4. Kepada para anggota selalu diharapkan untuk senantiasa menjaga kekompakan satu sama lain dan tidak saling merendahkan yang dapat merusak masa depan perkumpulan.
111
Komunitas Salawatan Jaljalut Indonesia. Jurnal Lektur Keagamaan.
Vol.17. No.1.
Alam, T.G., Antony, A., Hotama, K., & Kuswandi, S. (2019). Revolusi Industri Keempat: Akhir Dari Buruh Di Seluruh Dunia. Jurnal Hubungan Internasional. Vol. 12. No. 2.
Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bungin, B. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Buzek, J. and Surdej, A. (2012). Paradigm lost, paradigm rediscovered? Prospects for the development of solidarity-oriented economy in post-communist Poland. International Journal of Sociology and Social Policy. Vol. 32 Nos 1/2, pp. 56-69.
Douwes, R., Stuttaford, M., & London, L. (2018). Social solidarity, human rights, and collective action: considerations in the implementation of the national health insurance in South Africa. Health and human rights, Vol. 20. No. 2.
Faiz, A. (2019). Emha Ainun Najib dan Teologi Harmoni Sosial Dalam Perspektif Sosiologi Agama. Jurnal Sosiologi Agama. Vol.13.No.2.
Fitriyah, W. (2019). “Solidaritas Sosial Bagi Generasi Milineal (Studi Pada Anggota Perkumpulan Ikatan Mahasiswa Gresik UIN Sunan Ampel Surabaya)”. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Sosiologi. UIN Sunan Ampel: Surabaya.
Futaqi, S. (2020). Modal Sosial Multikultural Pesantren Dalam membangun Harmoni Sosial Umat Beragama. Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Vol.5.No.2.
Hidayat, W., & Aritonang, F. (2020). Menyemai Harmoni Sosial Dalam Tradisi Haul Di Desa Ujung-Ujung Kecamatan Pabelan Semenang. Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya. Vol.6. No.2.
Igwe, P., et al. (2020). Solidarity and social behaviour: how did this help communities to manage COVID-19 pandemic?. International Journal of Sociology and Social Policy. Available at: https://doi.org/10.1108/IJSSP-07-2020-0276. (Accessed 2 January 2021).
Indrayani, N.D. (2019). “Solidaritas Sosial Di Komunitas Etnis Batak Toba Di Kota Depok”. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik. Sosiologi. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Keles, J., Markova, E., & Fatah, R. (2018). Migrants with insecure legal status and access to work: the role of ethnic solidarity networks. Equality, Diversity and Inclusion An International Journal. Available at:
https://doi.org/10.1108/EDI-10-2018-0203. (Accessed 29 December 2020) Kementerian Agama Kabupaten Pasaman Barat. https://sumbar.kemenag.go.id,
Agama di Kabupaten Pasaman Barat. Diakses pada 25 Juni 2021 Pukul 19.20 WIB
Lestari, R., Fatimah, E., & Barus, L. S. (2017). Identifikasi Perkembangan Perkotaan Metropolitan Cirebon Raya. Prosiding dari Seminar Nasional Cendekiawan di Cirebon.
Lubis, Z. P., lubis, Z. B. (1998). Sipirok na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok. Medan: USU PRESS.
Martha, S. Konstruksi Makna Budaya Merantau Di Kalangan Mahasiswa Perantau. Jurnal Kajian Ilmu Komunikasi. Vol. 2. No. 1 (Juni 2014).
Matsumoto, M., & Gopal, B. (2019). Solidarity, job satisfaction, and turnover intent in employees. International Journal of Workplace Health Management. Available at: https://doi.org/10.1108/IJWHM-09-2018-0118 (Accessed 29 December 2020).
Michael., Setyanto, Y. (2020). Strategi Public Relations Dalam Membangun Solidaritas (Studi Pada Komunitas Motor Icon). Jurnal Ilmu Komunikasi.
Vol. 4. No. 1.
Miranti, J., Suprianto, & Sair, A. (2019). Analisis Perkembangan Kota Pagar Alam Masa Walikota Ida Fitriati Tahun 2013-2017. Jurnal AGASTYA.
Vol. 9. No.2.
Mohamed, M. A., & Abdul-Talib, A. N. (2020). Push-pull factors influencing international return migration intentions: a systematic literature review.
International Return Migration Intentions. Vol. 14 No. 2.
Munifah, S. (2017). Solidaritas Kelompok Minoritas Dalam Masyarakat Studi Kasus Kelompok Waria Di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Yogyakarta.
Vol. 11. No. 1.
Naim, M. (2013). Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Nasution, P. (2005). Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Medan:
FORKALA Prov. Sumatera Utara.
Nopianti, R. (2016). Leuit Si Jimat: Wujud Solidaritas Sosial Masyarakat di Kasepuhan Sinarresmi. Jurnal Patanjala. Vol. 8. No 2.
Offer, J. (2019). Social solidarity and herbert spencer: not the oxymoron that might Be assumed. Frontiers in Sociology. Vol. 4 No. 1.
Pelly, U. (2016). Etnisitas Dalam Politik Multikultural. Yogyakarta: Casa Mesra Publisher.
Popogbe, O., & Adeosun, T. (2020). Empirical analysis of the push factors of human capital flight in Nigeria. Journal of Humanities and Applied Social Sciences. Available at: https://doi.org/10.1108/JHASS-07-2020-0093.
(Accessed 28 December 2020).
Prasetyo, A. S., Fatimah, T., & Padawangi, R. (2017). Perkembangan Kota Lama Tangerang Dan Potensinya Sebagai Destinasi Wisata Pusaka. Jurnal Arsitektur, Bangunan, Dan Lingkungan. Vol. 7. No. 1.
Pratomo, D. S. (2017). Does post-migration education improve labour market performance? Findings from four cities in Indonesia. International Journal of Social Economics. Vol. 44 Issue: 9.
Putri, S. K., & Hasanah, N. (2018). Solidaritas Sosial Anggota Perkumpulan BSA Owner Motorcycle Siantar (BOM’S) Di Kota Pematang Siantar. Jurnal Socius. Vol. 5. No. 1.
Ramadhani, F. (2013). Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia. Jurnal Society. Vol. 1. No.1.
Ritzer, G., & Douglas. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.
Rosyadi, R. (2004). Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Shrestha, Min. B. (2011). Reversing the flow of international migration.
International Journal of Social Economics. Vol. 38 Iss 2.
Soekanto, S. (2011). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sujati, B. (2018). Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah Dan Sejarah Menurut Ibnu Khaldun. Junal Tamaddun. Vol. 6. No. 2.
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Supsiolani. (2013). Dukungan Kearifan Lokal Dalam Memicu Perkembangan Kota. Jurnal JUPISS. Vol. 5. No. 2.
Torang, S. (2013). Perkumpulan dan Manajemen. Bandung: ALFABETA BANDUNG
Wijaya, B., Lestari, T., & Wahyuni, A. (2018). Solidaritas Mekanik Paguyuban Persatuan Keluarga Kayu Aro Kerinci (PK3P) Di Kota Padang. Jurnal Bakaba. Vol. 7. No. 2.
Yudantini, N. M., Darma, K. A. S., Wiryawan, W. (2017). Sejarah Dan Perkembangan Kota Denpasar Sebagai Kota Budaya. Prosiding dari Seminar Heritage IPLBI di Universitas Udayana: 177-184.
Zainullah., Mudana, I. W., Maryati, T. (2020). Peran Perkumpulan Kemahasiswaan Dalam Menumbuhkan Nilai Solidaritas Sosial Antar Mahasiswa Di Lingkungan Fakultas Hukum Dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal Pendidikan Sosiologi. Vol. 2. No. 1.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Pengajian di rumah ketua perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) Dr. H. Sahrul Nasution, M.Ag yang dilaksanakan pada tanggal
07 Maret 2021
Pengajian di rumah anggota Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) yang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2021
Foto bersama dengan para pengurus Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha)
Pembangunan Lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak Alqur’an di masjid As-Shalihin Saroha
Foto bersama jamaah Masjid As-Shalihin Saroha Usai Melaksanakan Shalat Subuh berjamaah
Pedoman wawancara
Merantau
1. Dari jorong mana saudara berasal?
2. Kapan pertama kali saudara merantau ke Kota Medan?
3. Mengapa saudara memilih Kota Medan sebagai tempat untuk merantau?
4. Sebelumnya, pernahkah saudara merantau ke kota lain?
5. Dengan siapa saudara tinggal ketika tiba di rantau yang saudara tuju?
6. Dengan siapa saudara pergi merantau?
7. Apakah saudara sering ke kampung halaman saudara?
8. Menurut saudara, hal apa saja yang membuat saudara berkeinginan untuk merantau?
9. Menurut saudara, misi budaya apa saja yang saudara kembangkan di tempat rantau?
10. Bagaimana bentuk keterikatan saudara terhadap keluarga di kampung halaman setelah sekian cukup lama di perantauan?
Perkumpulan perantau
Kepada Pengurus Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) yaitu :
1. Bagaimana Latar Belakang terbentuknya Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
2. Faktor-faktor apa saja berdirinya Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
3. Apa saja Visi dan Misi dari Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
4. Bagaimana struktur perkumpulan di dalam Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
5. Wilayah perantau dari mana sajakah yang tergabung dalam Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
6. Apa saja kegiatan yang dilakukan ketika Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) berlangsung?
7. Apa saja jenis-jenis solidaritas di dalam Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
8. Bagaimana hubungan sosial antara Pengurus dan Anggota di dalam Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
9. Bagaimana hubungan antara Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) yang telah dibentuk atas dasar wilayah yang sama?
10. Bagaimana pendapat saudara tentang keberadaan Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) yang telah dibentuk di Kota Medan?
11. Apa saja hambatan-hambatan solidaritas di dalam Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS)?
12. Upaya apa yang harus dilakukan oleh saudara sebagai pengurus Perkumpulan Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Saroha (PPSDM Saroha) dan Ikatan Keluarga Batahan dan Sekitarnya (IKBS) untuk menjaga harmoni keluarga di dalam perkumpulan tersebut?
Solidaritas Keagamaan
1. Apa saja kegiatan keagamaan yang dilakukan di perkumpulan PPSDM Saroha dan IKBS?
2. Menurut saudara mengapa kegiatan keagamaan dan silaturahim ini dibentuk di dalam perkumpulan PPSDM Saroha dan IKBS?
2. Menurut saudara mengapa kegiatan keagamaan dan silaturahim ini dibentuk di dalam perkumpulan PPSDM Saroha dan IKBS?