• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil tes awal kemampuan literasi sains siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan masih tergolong rendah.

Hal ini terlihat dari hasil pretest yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut.

Kedua kelompok hanya memperoleh rata-rata skor 8,53 untuk kelompok eksperimen dan 9,06 untuk kelompok kontrol. Skor rata-rata yang diperoleh ini belum dapat mencapai setengah skor dari skor maksimum, itulah mengapa dikatakan rendah. Penyebab rendahnya skor siswa karena kondisi kesiapan siswa saat menghadapi pre-test yang belum dikatakan siap, siswa belum terbiasa dilatihkan soal-soal tentang literasi sains. Karena bagaimanapun juga pembiasaan melatihkan soal-soal literasi sains haruslah dibiasakan, untuk menghadapi

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari Selain itu, faktor lainnya yakni belum adanya sumber belajar yang dapat menarik minat baca serta mampu mengakomodasi siswa untuk melatih kemampuan literasi sains.87

Hasil akhir atau skor yang diperoleh oleh kedua kelompok setelah mendapatkan perlakuan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Kelompok eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dimana rata-rata skor kelompok eksperimen yaitu 17,22 sedangkan kelompok kontrol hanya sebesar 13,06. Hal ini dikarenakan kelompok eksperimen menggunakan e-modul berbasis problem based learning yang di dalamnya disajikan indikator-indikator untuk melatih kemampuan literasi sains. Sehingga rata-rata kemampuan literasi sains kelompok eksperimen meningkat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Abdul Latip dan Azis Faisal dalam penelitiannya, penerapan e-modul dapat dengan efektif meningkatkan kemampuan literasi-sains siswa.88 Selain itu dalam e-modul langkah-langkah pembelajaran berpedoman pada model pembelajaran problem based learning, dimana model tersebut terdapat langkah yang membuat siswa mampu mengakomodasi dalam melatih kemampuan literasi sains siswa. Hal ini sejalan pula dengan penelitian Heni Setiani dkk. yang menyatakan bahwa penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.89

Hasil akhir keseluruhan skor pada setiap indikator meningkat, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini dimungkinkan setelah mendapat perlakuan. Namun perlakuan yang berbeda membuat hasil akhirnya pun berbeda. Terbukti pada indikator menjelaskan fenomena ilmiah pada aspek kompetensi kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan

87 Ni Ketut Muliastrini, Dantes Nyoman, dan Dantes Gede Rasben, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dengan Teknik Scaffolding terhadap Kemampuan Literasi sains dan Prestasi Belajar IPA”, Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, Vol. 3, No. 3, 2019, h. 255

88 Abdul Latip and Azis Faisal, ‘Upaya Peningkatan Literasi Sains Siswa Melalui Media Pembelajaran IPA Berbasis Komputer’, 2020, h.451.

89 Eko Setyadi Kurniawan Heni Setiani, Nur Ngazizah, ‘Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 10 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016’, RADIASI: Jurnal Berkala Pendidikan Fisika, 9.1 (2016), h.12

persentase skor sebesar 74% sedangkan kelompok kontrol hanya sebesar 55%. Ini dikarenakan dalam e-modul berbasis problem based learning disajikan gambar fenomena ke fisika-an yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari serta melakukan diskusi terkait dengan fenomena tersebut. Hal ini membuat siswa mudah mengaitkan persoalan fisika dengan mengamati fakta yang ada. Misalnya di dalam e-modul berbasis problem based learning kegiatan belajar 1 bagian A disajikan gambar mengenai mobil yang diparkir saat sianghari dalam keadaan tertutup. Siswa menjelaskan bagaimana kondisi suhu saat didalam mobil, lalu memberikan prediksi terkait hubungan hal tersebut tersebut dengan fenomena pemanasan global.

Berbeda dengan kelompok eksperimen, pada kelompok kontrol ini siswa langsung disajikan melalui powerpoint video penjelasan terkait proses terjadinya pemanasan global saja. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan fenomena pada kehidupan sehari-hari.

Indikator selanjutnya yakni mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kelompok eksperimen mendapatkan persentase skor sebesar 73% sedangkan kelompok kontrol hanya sebesar 64% Hal ini dikarenakan dalam e-modul berbasis problem based learning disajikan kegiatan melakukan penyelidikan dan mengembangkan hasil karya.

Misalnya menggali informasi terkait dengan data ilmiah hubungan emisi karbon terhadap pemanasan global. Pada kegiatan belajar 1 bagian C ini siswa diharuskan untuk mencari tahu gas apasaja yang memberikan peranan paling besar dalam efek rumah kaca, serta mencari tahu penyebab tingginya konsentrasi gas tersebut melalui kegiatan diskusi dan mengamati data. Hal ini melatih siswa dalam mengevaluasi dan melakukan penyelidikan ilmiah. Selain itu siswa juga dituntut untuk mengembangkan hasil karya dalam bentuk tulisan, yang mana kegiatan ini melatih siswa pula dalam mengevaluasi penyelidikan ilmiah. Sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menantang, serta siswa pun terlatih dalam membangun pengetahuannya sendiri.90 Sesuai dengan hasil angket siswa,

90 Berti Dyah Permatasari, Gunarhadi, and Riyadi, ‘The Influence of Problem Based Learning towards Social Science Learning Outcomes Viewed from Learning Interest’, International Journal of Evaluation and Research in Education, 8.1 (2019), h.44

86% menyatakan pembelajaran dengan menggunakan e-modul berbasis problem based learning menjadi lebih menyenangkan. Sama halnya pada kelas kontrol, dalam pendekatan saintifik terdapat pula tahapan untuk mengumpulkan informasi.

Namun perbedaannya adalah siswa secara personal tidak tertuntut untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing, sehingga siswa kurang tertantang untuk menganalisis dan melakukan penyelidikan lebih jauh lagi.91

Indikator selanjutnya yakni menafsirkan data dan bukti ilmiah. Kelompok eksperimen mendapatkan persentase skor sebesar 82% sedangkan kelompok kontrol hanya sebesar 61%. Indikator ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dikarenakan disajikan kegiatan untuk siswa melakukan analisis dan evaluasi terkait dengan data yang telah diberikan. Misalnya pada e-modul berbasis problem based learning kegiatan belajar 2 siswa mengevaluasi argumen ilmiah dan bukti dari berbagai sumber terkait dengan dampak pemanasan global. Siswa diminta untuk berargumen terkait dengan dampak pemanasan global sesuai dengan gambar yang telah disajikan. Kegiatan tersebut akan menstimulasikan kemampuan literasi sains siswa seperti kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.92 Berbeda dari kelompok eksperimen, perlakuan pada kelompok kontrol yakni langsung meminta siswa menjawab soal-soal yang diberikan dalam tahapan mengasosiasikan.

Secara keseluruhan kedua kelompok mengalami peningkatan kemampuan literasi sains, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Hal ini bisa dilihat dari hasil N-gain yang diperoleh kedua kelompok tersebut. Kelompok eksperimen memperoleh peningkatan kemampuan sebesar 0,60 (kategori sedang) sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan kemampuan sebesar 0,28 (kategori rendah). Hal ini disebabkan pada saat kegiatan pembelajaran kelompok eksperimen menggunakan e-modul berbasis problem based learning

91 Afifatul Khoiriyah, ‘Peningkatan Hasil Belajar Dan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi (Kkpi) Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Kelas Xi Tkj Di Smk Negeri 1 Sine’, 2015, 1–255

92 Derlina dan Junita Elviani Sitepu, ‘ Efek Model Problem Based Learning terhadap peningkatan literasi sains siswa pada materi pokok momentum, impuls, dan tumbukan di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam T.A 2017/2018’, jurnal inovasi pembelajaran fisika, 2018, h29

yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan literasi sains siswa lebih dari kelompok kontrol.

Hasil peningkatan skor angkat sikap literasi sains siswa kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan masih Peningkatan pada aspek sikap ini tidak lepas dari penggunaan e-modul berbasis problem based learning yang mana mendorong siswa untuk lebih aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga siswa dapat lebih menghargai proses dalam setiap penyelidikan ilmiah. Aktivitas pada e-modul berbasis problem based learning ini juga memfasilitasi siswa untuk meningkatkan minat terhadap sains dan teknologi dalam proses permasalahan lingkungan. Seingga siswa dapat membangun sikap kesadaran terhadap lingkungan

Hasil angket respons siswa kelompok eksperimen terhadap penggunaan e-modul android berada pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 86%.

Hal ini mengindikasikan bahwa siswa kelompok eksperimen lebih antusias dan tertarik menggunakan e-modul berbasis problem based learning karena di dalamnya disajikan video, gambar, animasi, dan soal-soal latihan yang dapat meningkatkan kemampuan literasis sains siswa pada materi pemanasan global.

Penggunaan e-modul berbasis problem based learning juga membuat siswa lebih termotivasi dalam mempelajari konsep pemanasan global. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan e-modul dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.93

Berdasarkan uji hipotesis statistik post test menyatakan H0 ditolak dan H1

diterima. Kesimpulan dari hipotesis tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan