• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Membangun empati Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan membangun empati pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan pada hasil analisis data yang telah dilakukan. Hasil analisis selisih skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,03 (p < 0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan membangun

empati pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Demangan Baru I

Yogyakarta.

Metode inkuiri memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan

membangun empati yaitu dengan harga r = 0,40 atau setara dengan 16%. Metode

inkuiri memberikan pengaruh 16% terhadap kemampuan membangun empati, sedangkan 84% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar variabel yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Pengaruh perlakuan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut. 1) Metode ceramah pada kelompok kontrol

86

memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan membangun empati dengan harga r = 0,20 atau setara dengan 4%. Hal ini berarti metode ceramah memberikan pengaruh sebesar 4% terhadap kemampuan membangun empati sedangkan 96% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar dari variabel yang diteliti. 2) Metode inkuiri pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan membangun empati dengan harga r = 0,60 atau setara dengan 36%. Hal ini berarti metode inkuiri memberikan pengaruh sebesar 36% terhadap kemampuan membangun empati sedangkan 64% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar dari variabel yang diteliti. Variabel lain dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu konsentrasi siswa saat menerima pembelajaran, minat dan motivasi siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran serta kondisi kesehatan siswa. Variabel yang berasal dari luar diri siswa yaitu faktor lingkungan misalnya latar belakang keluarga siswa.

Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 yang berupa diagram batang peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar -0,16, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 0,40. Kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan skor yang signifikan dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,27 (p > 0,05). Pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang signifikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,00 (p < 0,05). Penggunaan metode inkuiri dan metode ceramah masih sekuat posttest I sesudah satu bulan dilakukan perlakuan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,10 (p > 0,05) pada kelompok kontrol dan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,14 (p > 0,05) pada kelompok eksperimen.

Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sangat berbeda. Pembelajaran pada kelompok kontrol tidak melibatkan siswa secara langsung. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru menggunakan metode ceramah. Metode ceramah adalah metode mengajar dengan cara menerangkan dan memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (Suryosubroto, 2002: 165).

87

Pembelajaran pada kelompok eksperimen berbeda dengan pembelajaran pada kelompok kontrol, karena pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan metode inkuiri dan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran kelompok eksperimen, siswa diajak untuk melakukan kegiatan percobaan mengenai dampak limbah rumah tangga terhadap keadaan makhluk hidup di sekitarnya. Percobaan tersebut adalah dampak limbah rumah tangga yang berupa limbah sabun mandi, limbah sabun cuci, limbah detergen dan limbah sisa makanan terhadap keberlangsungan makhluk hidup yang berupa ikan. Penggunaan metode inkuiri membantu siswa dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa.

Kemampuan membangun empati terlihat ketika siswa melakukan eksperimen dimana siswa merasakan apa yang dirasakan oleh siswa yang lain dalam kelompok. Ketika siswa mengalami perbedaan pendapat, siswa yang bersangkutan melihat apa yang terjadi terlebih dahulu selama kegiatan percobaan. Siswa juga membangun empati terhadap keadaan ikan yang digunakan untuk kegiatan percobaan mengenai pencemaran air. Siswa merasa iba terhadap keadaan ikan yang mati akibat dari pencemaran air sehingga siswa mampu menilai diri mereka bahwa tindakan yang mencemari air akan merugikan makhluk hidup yang ada diair dan manusia yang ada disekitarnya.

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Memahami diri Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan memahami diri pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis data yang dilakukan. Hasil analisis selisih skor pretest ke posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,59 ( p > 0,05)yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor pretest ke posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain, pembelajaran dengan penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan memahami diri.

Metode inkuiri memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan

88

inkuiri memberikan pengaruh 1% terhadap kemampuan memahami diri, sedangkan 99% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar variabel yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Pengaruh perlakuan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut. 1) Metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan memahami diri dengan harga r = 0,33 atau setara dengan 11%. Hal ini berarti metode ceramah memberikan pengaruh sebesar 11% terhadap kemampuan memahami diri sedangkan 89% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar dari variabel yang diteliti. 2) Metode inkuiri pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan memahami diri dengan harga r = 0,34 atau setara dengan 12%. Hal ini berarti metode inkuiri memberikan pengaruh sebesar 12% terhadap kemampuan memahami diri sedangkan 88% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar dari variabel yang diteliti. Variabel lain dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu konsentrasi siswa saat menerima pembelajaran, minat dan motivasi siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran serta kondisi kesehatan siswa. Variabel yang berasal dari luar diri siswa yaitu faktor lingkungan misalnya latar belakang keluarga siswa.

Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3 yang berupa diagram batang peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar 4,49, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 7,47. Kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan skor yang signifikan dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,08 (p > 0,05). Pada kelompok eksperimen mengalami tidak mengalami peningkatan skor yang signifikan dengan harga Sig.

(2-tailed) sebesar 0,09 (p < 0,05). Penggunaan metode inkuiri dan metode

ceramah tidak sekuat posttest I sesudah satu bulan dilakukan perlakuan pada

posttest II. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar

0,02 (p < 0,05) pada kelompok kontrol dan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,03 (p < 0,05) pada kelompok eksperimen.

Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sangat berbeda. Pembelajaran pada kelompok kontrol tidak

89

melibatkan siswa secara langsung. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru menggunakan metode ceramah. Metode ceramah adalah metode mengajar dengan cara menerangkan dan memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (Suryosubroto, 2002: 165).

Pembelajaran pada kelompok ekseperimen berbeda dengan pembelajaran pada kelompok kontrol, karena pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan metode inkuiri dan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran kelompok eksperimen, siswa diajak untuk melakukan kegiatan percobaan mengenai dampak limbah rumah tangga terhadap keadaan makhluk hidup disekitarnya. Percobaan tersebut adalah dampak limbah rumah tangga yang berupa limbah sabun mandi, limbah sabun cuci, limbah detergen dan limbah sisa makanan terhadap keberlangsungan makhluk hidup yang berupa ikan. Penggunaan metode inkuiri membantu siswa dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa.

Kemampuan memahami diri siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terlihat pada kegiatan melakukan refleksi setelah mengikuti kegiatan percobaan. Dalam kegiatan refleksi ini, siswa diajak untuk menilai diri sejauh mana memahami diri mereka selama mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat untuk merefleksikan apa yang dipelajari dan melakukan tindakan yang nyata. Dalam kegiatan ini adalah siswa dapat merefleksikan dampak dari pencemaran air dan siswa menyadari bahwa dengan mencemari air dapat merugikan alam dan manusia.

Kelompok eksperimen mengalami peningkatan rerata skor, pengaruh metode inkuiri menengah tetapi hasil analisis data membuktikan bahwa metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan memahami diri. Hal ini sesuai dengan pendapat teori kompleksitas yang berbunyi bahwa peningkatan kecil dapat membawa pengaruh besar dan peningkatan besar mungkin memiliki sedikit atau tidak berpengaruh (Cohen, 2007: 277).

90

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan

Analisis dampak perlakuan terhadap siswa bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan membangun empati dan memahami diri. Analisis dampak pengaruh perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui sudut pandang subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Untuk itu digunakan elemen penelitian kualitatif sederhana dengan menggunakan metode triangulasi data dari peneliti, guru dan siswa (Krathwohl, 2007: 546). Penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tes tertulis. Penelitian ini selain menggunakan tes tertulis, peneliti juga menggunakan pengumpulan data triangulasi secara kualitatif.

Peneliti melaksanakan observasi selama pembelajaran di kelas eksperimen pada hari Rabu, 10 Oktober 2014. Siswa terlihat sangat antusias selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa akan melakukan percobaan mengenai dampak pencemaran air. Siswa diajak guru untuk bertanya jawab mengenai keadaan lingkungan sekitar siswa dan keadaan sungai sekitar tempat tinggal siswa sudah tercemar atau belum. Secara berkelompok siswa mencari tahu pengertian pencemaran pada kamus dengan bimbingan dari guru. Guru memancing siswa untuk membuat pertanyaan yang akan ditemukan jawabannya ketika melakukan kegiatan eksperimen dengan memberikan contoh pertanyaan “Apakah ikan dapat bertahan hidup pada air

yang tercemar?” (Komunikasi pribadi, 10 September 2014). Lalu banyak siswa

yang mengajukan pertanyaan salah satunya adalah “Apakah limbah sabun dapat

membuat ikan mati?” (Komunikasi pribadi, 10 September 2014).

Siswa di dalam kelompok berdiskusi untuk membuat hipotesis dari pertannyaan yang diajukan. Siswa menuju halaman sekolah untuk melakukan kegiatan eksperimen. Siswa aktif dalam kelompok untuk menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan eksperimen. Selama melakukan kegiatan eksperimen siswa sangat antusias dalam mengamati keadaan ikan yang telah dimasukkan dalam air limbah. Ada siswa yang bertanya kepada teman di

91

kelompok lain “gimana kondisi ikanmu di limbah air cuci piring? Ikanku mati di

limbah cuci piring” (Komunikasi pribadi, 10 September 2014).

Setelah melakukan kegiatan eksperimen, siswa kembali ke dalam kelas untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Dengan bimbingan guru, siswa diajak untuk merumuskan kesimpulan dari kegiatan eksperimen yang telah dilakukan. Siswa sangat antusias dan aktif dalam berdiskusi dengan kelompok. Siswa bersama dengan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil eksperimen di depan kelas dan siswa yang lain dapat mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang maju.

Hasil wawancara yang dilaksanakan pada tiga siswa dari kelas eksperimen pada hari Kamis, 11 September 2014 menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri membuat para siswa senang. Alasan yang disampaikan oleh para siswa yaitu siswa mampu mengingat materi pelajaran karena telah melakukan kegiatan percobaan yang berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka. Hal ini diungkapkan oleh salah satu siswa dengan menjawab, “Senang karena bisa mencoba ikan apakah bisa

bertahan hidup di dalam air sisa makanan dan berapa lama ikan bertahan dalam detergen” (W1 SA B6-8). Salah satu ungkapan siswa yang lain merasa

senang selama pembelajaran menggunakan metode inkuiri adalah “senang,

karena dapat mengetahui dampak pencemaran air bagi makhluk hidup” (W1

SB B5-6).

Siswa yang mengungkapkan bahwa belajar dengan menggunakan metode inkuiri karena membantu siswa dalam menerima materi pembelajaran. Berikut adalah ungkapan oleh salah satu siswa dengan menjawab, “sangat

membantu karena dapat mengetahui pencemaran air dapat mencemari sungai dan mematikan hewan-hewan air” (W1 SC B10-11). Siswa tidak mengalami

kesulitan selama pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Hal ini diungkapkan oleh salah satu siswa, “ Tidak, karena belajar dari pengalaman

92

Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

membangun empati setelah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih bisa mengerjakan soal 5a tentang kemungkinan manusia tinggal di lingkungan yang tercemar. Berikut adalah ungkapan salah satu siswa, ” Bisa, karena sudah mengalami

percobaannya” (W1 SB B15). Siswa mengalami tidak bisa mengerjakan soal

nomor 5b mengenai gambar yang dipilih sebagai tempat tinggal. Hal ini diungkapkan, “Tidak bisa mengerjakan” (W1 SC B18). Siswa lebih bisa mengerjakan soal nomor 5c mengenai perasaan mereka ketika melihat keadaan lingkungan mereka tercemar air limbah. Ungkapan salah satu siswa, “Lebih bisa

mengerjakan soal tersebut” (W1 SA B21). Siswa mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal nomor 5d mengenai hal yang dilakukan ketika lingkungan sekitar tercemar. Siswa menjawab, “Enggak, karena belum pernah mencoba” (W1 SC B22).

Wawancara berikutnya adalah mengenai kemampuan siswa dalam

memahami diri setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri. Hasil wawancara menunjukkan bahwa semua siswa dapat mengerjakan soal nomor 6a mengenai tindakan yang dapat mencemari air. Berikut ungkapan siswa A, “Bisa” (W1 SA B23), siswa B mengungkapkan “Bisa, karena sudah

pernah melakukannya” (W1 SB B23) dan siswa C mengungkapkan “Bisa” (W1

SC B24). Untuk soal nomor 6b mengenai contoh tindakan mencemari lingkungan penggunaan metode inkuiri membantu siswa dalam mengerjakan soal tersebut. Berikut ungkapan siswa A “Bisa mengerjakan” (W1 SA B27), siswa B mengungkapkan “Bisa karena pernah melihat” (W1 SB B25) dan siswa C mengungkapkan “Bisa mengerjakan” (S1 SC B26). Soal nomor 6c mengenai manfaat air bagi kehidupan manusia, siswa A mengungkapakan bahwa “Bisa

mengerjakan”, (W1 SA B29), siswa B mengungkapkan bahwa “Bisa mengerjakan” (W1 SB B27) dan siswa C mengungkapkan bahwa “Sedikit bisa mengerjakan” (W1 SC B28).

Hasil wawancara dengan guru pada hari Kamis, 11 September 2014 menunjukkan bahwa metode inkuiri sangat baik apabila diterapkan pada

93

pembelajaran IPA dan berpengaruh terhadap kemampuan membangun empati selama kegiatan pembelajaran. Berikut adalah ungkapan yang disampaikan oleh guru : “Kalau diterapkan di pembelajaran IPA sangat cocok karena banyak

anak terlibat mencoba, menganalisas, dan mengambil kesimpulan. Saya senang menggunakan metode inkuiri untuk mata pelajaran IPA” (W G B6-9).

Guru juga tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan metode inkuiri dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Berikut ungkapan guru mengenai hal tersebut, “ Tidak ada. Kendalanya harus mempersiapkan alat-alat atau

model-modelnya. Kalau untuk pembelajarannya saya kira anak lebih senang. Hanya kalau peralatan kadang-kadang keterbatasan dan untuk meyiapkan alat-alat itu kurang. Namun, bisa diatasi dengan direncanakan sebelumnya anak-anak bisa membawa bahan-bahan” (W G B23-29). Guru juga memberi saran untuk

pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dengan cara mengajak siswa untuk bekerjasama dalam menyiapkan alat dan bahan. Berikut ungkapan dari guru “Bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembelajaran harus disiapkan

untuk memperingan guru. anak diminta untuk terlibat menyiapkan itu karena banyak barang bekas mungkin yang bisa kita gunakan untuk pembelajaran tersebut” (W G B36-40)

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri memudahkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas karena dapat membantu siswa dalam memahami materi, serta siswa mampu untuk menyelesaikan masalah berdasarkan pengalaman belajar siswa melalui kegiatan percobaan yang siswa lakukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri mampu mengaktifkan siswa dan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut

Penelitian ini menunjukkan dua hasil, yaitu metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membangun empati dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami diri. Penelitian yang relevan terhadap penelitian melaporan bahwa metode inkuiri meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA (Dian, Sukmawati, Kartono, 2013).

94

Metode inkuiri terbimbing memberi pengaruh terhadap meningkatkan kemampuan meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (Yoranda, I Wayan, Oktavia, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA dalam bidang sains menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan peringkat. Pada tahun 2009 Indonesia memperoleh peringkat 57 dari 65 negara (OECD, 2010: 8) dan pada tahun 2012 Indonesia mengalami penurunan peringkat yaitu menjadi peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2013: 232). Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan sertifikasi pada guru tidak berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran di kelas (Chang, dkk, 2014: 117). Usaha perbaikan pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman berdasarkan hasil penemuan siswa sendiri yang berbasis kontekstual (Trianto, 2009: 114). Jadi, metode pembelajaran mampu memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia yang relatif masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Wiggins dan McTighe (2005: 84) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran, hal pertama yang perlu dikuasai siswa adalah pemahaman. Pemahaman terdiri dari enam kemampuan yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami

diri. Penelitian ini dikhusukan untuk meneliti pengaruh penggunaan metode

inkuiri terhadap kemampuan membangun empati dan memahami diri siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan efek besar terhadap kemampuan membangun empati dengan r = 0,40 atau 16%. Metode inkuiri juga memberikan efek kecil terhadap kemampuan memahami

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. Bagian kesimpulan ini menunjukkan hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Selanjutnya bagian saran berisi saran untuk penelitian berikutnya.