BAB VII KONTESTASI PADA TAHAPAN PEMBAHASAN
B. Sketsa Politik dibalik pembahasan RKA Belanja Langsung
2. Pembahasan Program-program Fisik dan kontestasi yang
Pada tahapan pembahasan kegiatan fisik, tensi pembahasan sudah mulai meningkat. Terdapat beberapa program fisik dalam RKA Belanja Langsung Dinas Pekerjaan Umum yang diindikasikan terjadinya kontestasi antara eksekutif
147 Wawancara dengan Khusairi, ST, M.Eng, Op. Cit
(TAPD dan Dinas Pekerjaan Umum) dengan legislatif (Komisi III DPRD). di dalam pembahasannya. Diantara program-program tersebut, antara lain :
a. Pembahasan Program pembangunan jalan dan jembatan
Diawali dengan pembahasan program pembangunan jalan dan jembatan yang memiliki tiga kegiatan dengan total anggaran yang diajukan sebesar Rp.38.616.673.110.148 Jika semula pada pembahasan PPAS disepakati lokasi kegiatan pembangunan jalan berada di Simpang Tanjung Tanah-Mukai Tinggi, Danau Tinggi-Sungai Dalam, Semurup-Siulak Kecil, Pelompek-Pauh Tinggi, Siulak DeraslBatu Hampar, Belui-Kemantan dan Simp. Goreng-Simp.Tutup.
Namun yang dibahas dalam RKA Belanja Langsung Dinas Pekerjaan Umum justru berlokasi di Simpang Tanjung Tanah-Lubuk Nagodang dan Danau Tinggi-Sungai Dalam,149 sementara beberapa lokasi yang lainnya ditunda dahulu pembahasannya menunggu rapat gabungan.150 Salah seorang informan dari TAPD menceritakan bahwa :
“Melihat sikap Dinas Pekerjaan Umum yang sulit dipahami tersebut tentu saja mengundang pertanyaan anggota Komisi III, terutama Pak Subur dan Pak Tritama yang terkenal lebih vokal dibanding anggota yang lain. Seingat saya waktu itu pak Subur menanyakan kepada Dinas PU: lho kok berubah lagi lokasinya, gimana ceritanya Pak Sekretaris?, lalu Sekretaris PU bilang sudah dibicarakan dengan anggota Komisi III setelah pembahasan PPAS dulu. Komisi III yang mana? Tanya Pak Subur lagi, dengan beberapa orang anggota Komisi III dari Dapil IV, kata sekretaris PU, situasinya kemudian makin memanas. Waktu itu Pak Tritama menyambung lagi, kok kami dari dapil I nggak tahu?
Gimana ceritanya ini? Ini tidak adil. Pimpinan kami minta rapat ini
148 Program ini yang sebelumnya pada pembahasan PPAS Dinas Pekerjaan Umum telah mengundang kontestasi antara aktor-aktor eksekutif (TAPD dan Dinas Pekerjaan Umum) dengan legislatif (Banggar DPRD). Namun, dari hasil konsensus yang dihasilkan kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan detail lokasi kegiatan pembangunan jalan pada pembahasan RKA Belanja Langsung Dinas Pekerjaan Umum
149 Wawancara dengan Ir. Syaiful Us., Op. Cit
150 Wawancara dengan Khusairi, ST, M.Eng., Op. Cit
diskor. Pimpinan sidang (Sartoni) men-skor rapat pembahasan selama 1 jam”151
Salah satu anggota Komisi III mengungkapkan bahwa :
“Semula Kami ragu dengan eksekutif ini, kok berubah-ubah terus RKA pembangunan jalan-nya, pada pembahasan PPAS beda, lalu yang diusulkan untuk dibahas dalam RAPBD beda lagi. Nah, saat pembahasan RAPBD beda lagi. Gimana mereka (Dinas PU) itu.”152 Pihak Dinas Pekerjaan Umum menjelaskan bahwa :
“Lokasi jalan yang akan dibangun tersebut akan melalui beberapa lokasi yang telah dibahas sebelumnya saat pembahasan PPAS, kemudian jalan tersebut akan menghubungkan beberapa desa dan Kecamatan menuju lokasi calon Ibukota Kabupaten Kerinci yang berada di Kecamatan Siulak, tapi kami sudah melakukan hearing dengan Dewan sebelumnya, tapi mereka memungkirinya, aneh..”.153
Dari dialog diatas, ada fenomena menarik yang terlihat di dalamnya, seperti: Dinas Pekerjaan Umum telah melakukan hearing dengan anggota komisi III terkait dengan perubahan lokasi pembangunan jalan dan jembatan, akan tetapi anggota komisi III menyanggahnya, seolah-olah mereka tidak mengetahuinya.
Ada beberapa hal yang terlihat janggal dalam hal ini, Pertama : Tidaklah mungkin ada anggota komisi III yang tidak dilibatkan dalam hearing dengan Dinas Pekerjaan Umum menyangkut perubahan lokasi kegiatan pembangunan jalan, seandainya ada diantara mereka yang tidak mengikutinya, masih ada anggota-anggota komisi III dari dapil yang sama mengikutinya. Seandainya dari dapil yang sama tidak ada juga yang ikut serta, masih ada diikuti oleh anggota dari fraksi yang sama, ini artinya mereka satu rangkaian yang disatukan oleh alat-alat kelengkapan Dewan yang tidak terpisah antara satu dengan lainnya. Kedua, ada
151 Wawancara dengan Ir. Syaiful Us., Op. Cit
152 Wawancara dengan Subur Budiman, ST, Op. Cit
153 Wawancara dengan Khusairi, ST, M.Eng., Op. Cit
semacam drama yang dimainkan oleh anggota dewan, seolah-olah mereka menunjukkan kepada para peserta rapat pembahasan, bahwa mereka berjuang mati-matian membela daerah pemilihannya melalui kontestasi yang dilakukan dengan eksekutif. Kenyataannya, ada pertemuan-pertemuan-pertemuan di belakang layar (non formal) antara Dinas Pekerjaan Umum dengan Komisi III dan telah terjadi deal-deal sebelum pembahasan RKA belanja langsung Dinas Pekerjaan Umum dimulai.154
Menurut salah seorang informan, deal-nya ya..mereka (anggota Komisi III) minta paket (proyek) dan fee proyek, kalo nggak, anggaran kegiatan PU tidak disahkan.155 Kemudian informan lainnya, mengungkapkan bahwa :
“Memang terjadi pembicaraan antara Komisi III dengan TAPD dan PU, tapi itu tidak lebih merupakan kesepakatan yang ujung-ujungnya mengarah pada deal politik. Pasti nanti akan ada konsekuensinya, mereka akan minta inilah, itulah, yang harus dipenuhi oleh eksekutif, kalo nggak, mereka nggak mau mengesahkan anggaran PU.”156
Apa yang diungkapkan oleh informan diatas ada benarnya. Sebab setelah pembicaraan dilakukan, pembahasan RKA Dinas Pekerjaan Umum dilanjutkan.
Terjadi perubahan pagu anggaran dari kegiatan pembangunan jalan, yang semula untuk lokasi Simpang Tanjung Tanah-Mukai Tinggi dengan pagu anggaran Rp.12.000.000.000, disetujui lokasinya diubah menjadi Simpang Tanjung Tanah-Lubuk Nagodang dengan pagu anggaran yang diusulkan oleh Dinas Pekerjaan Umum sebesar Rp. 19.000.000.000. Namun dalam pembahasannya, Anggota Komisi III yang mayoritas berprofesi sebagai kontraktor menilai bahwa angka tersebut terlalu besar untuk satu lokasi, dan takutnya lokasi lain nggak
154 Wawancara dengan Yazrumal, SP, M.Si, Op. Cit
155 Wawancara dengan Khusairi, ST, M.Eng, Op. Cit
156 Wawancara dengan Yazrumal, SP, M.Si, Op. Cit
kebagian. Akhirnya dalam RKA Pembangunan Jalan dengan lokasi Simpang Tanjung Tanah-Lubuk Nagodang pagu anggarannya dirasionalisasikan menjadi Rp.15.000.000.000,158 dan sisanya sebesar Rp.4.000.000.000 dijadikan saving.159
Pembahasan RKA Kegiatan Jalan inipun berlanjut untuk lokasi pembangunan di Danau Tinggi-Sungai Dalam yang juga mengalami rasionalisasi, semula anggaran yang diusulkan sebesar Rp.8.077.500.000 setelah pembahasan menjadi Rp.4.577.500.000,- dan sisanya sebesar Rp.3.500.000.000, kembali dijadikan sebagai saving. Tidak tercatat dalam berita acara pembahasan anggaran Dinas Pekerjaan Umum penambahan beberapa lokasi pembangunan jalan. Namun dari hasil wawancara dengan informan bahwa :
“Ada diantara lokasi tersebut pernah dibahas pada waktu pembahasan PPAS. Lokasi yang pernah dibahas seperti pembangunan jalan Belui-Kemantan, Simpang Pasar Semurup-Simpang Pugu, keduanya berada di daerah pemilihan III. Sementara lokasi baru yang merupakan usulan dari Dinas Peker jaan Umum yang tidak dibahas sebelumnya pada pembahasan PPAS tetapi muncul pada pembahasan RKA Belanja Langsung Dinas Peker jaan Umum, seperti lokasi jalan Poros Tengah Lindung Jaya-Batang Sangir, Poros Tengah Koto Priang-Sungai Tanduk, berada pada daerah Pemilihan IV.“160
Munculnya lokasi-lokasi pembangunan jalan ini diungkapkan oleh salah seorang anggota Komisi III dan juga sebagai Anggota Banggar DPRD, bahwa :
“Dulu, saat pembahasan PPAS pernah dibahas lokasi-lokasi jalan tersebut, cuma saja total belanja modalnya kalau tidak salah dipatok sebanyak Rp. 29 Milyar lebih, dan untuk lokasinya dibahas lebih rinci kemudian pada pembahasan APBD.”161
157 Ibid
158 Berita Acara Rapat Pembahasan Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci Tahun 2011.
159 “Saving”kata yang lazim digunakan oleh anggota DPRD Kabupaten Kerinci untuk sisa pagu anggaran hasil rasionalisasi. Sisa ini untuk sementara disimpan dan penggunaa nnya akan dibahas pada rapat gabungan setelah semua Komisi DPRD selesai melakukan pembahasan RAPBD.
160Wawancara dengan Ir. Syaiful US, Op, Cit
161 Wawancara dengan Sartoni, S.Pd, Op, Cit
Sementara itu dari kalangan eksekutif, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum mengungkapkan bahwa :
“Pada awalnya lokasi kegiatan merupakan hasil perencanaan kita, namun saat pembahasan, semuanya jadi berubah kecuali yang bersumber dari dana DAK, itu tidak yang boleh diubah. Anggota Dewan telah memberikan batasan sebesar Rp.29 Milyar lebih bagi belanja Modal pembangunan jalan, sementara lokasinya akan dibahas secara mendetil dalam RAPBD.”162
Fenomena-fenomena diatas ini menunjukkan bahwa Anggota Dewan terutama Banggar DPRD telah membuat alur-alur yang mudah bagi perjalanan sebuah kegiatan pembangunan jalan dengan lokasinya yang fleksibel pada pembahasan PPAS, sehingga ketika pembahasan RAPBD di Komisi III yang sebagian besar anggotanya adalah anggota Banggar, lokasi pembangunan jalan masih tetap berada pada daerah pemilihannya. Artinya dalam pembahasan RAPBD peran yang mereka lakoni juga sama yaitu melanjutkan alur-alur yang telah mereka (Anggota Dewan) buat tersebut.
Disamping itu, munculnya lokasi pembangunan jalan pada program pembangunan Jalan dan Jembatan yang sebagian besar berada di Daerah Pemilihan IV tidak terlepas dari andil Kepala Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum. Walau bagaimanapun di Daerah Pemilihan ini Kepala Daerah mengantongi jumlah suara yang tidak sedikit untuk menghantarkannya ke kursi Pemerintahan di Kabupaten Kerinci.163 Disamping itu di legislatif, Daerah Pemilihan IV mendapat dukungan 12 kursi atau 40 persen dari total 30 kursi yang ada.
162 Wawancara dengan Khusairi, Op, Cit
163 Hasil Pilkada 2009 dari Daerah Pemilihan IV menyumbang 50.709 atau 50,40% suara dari total sebanyak 96.768 suara yang diperoleh oleh pasangan Bupati terpilih, H. Murasman- H. Mohd. Rahman untuk memenangkan Pilkada Langsung.
Total suara yang diperoleh tersebut merefleksikan sekitar 54,57% suara dari total suara (177.327 suara) yang diperoleh oleh seluruh pasangan calon Bupati yang bersaing.
Adanya dukungan dua arah Kepala Daerah di sisi eksekutif dan legislatif di sisi yang lainnya, maka dapat dipastikan bagaimana bentuk/pola kontestasi yang terjadi dalam pembahasan anggaran antara eksekutif dan legislatif. Bukan hanya kontestasi yang terlihat, akan tetapi lebih mengarah kepada kompromi politik. Sehingga dapat dibayangkan konsensus yang dihasilkan kemudian tak lebih sebagai sebuah pekerjaan yang dianalogikan dengan “bisik-bisik”. Sebab semua konsensus yang muncul setelah adanya deadlock berakhir di meja dialog khusus antara pimpinan SKPD, pimpinan TAPD dan seluruh anggota alat kelengkapan dewan serta bukan diselesaikan secara transparan saat pembahasan anggaran sedang berlangsung di kedua belah pihak (eksekutif dan legislatif).
Ada beberapa perubahan yang terjadi terkait dengan lokasi pembangunan jalan (lihat tabel 29) di bawah ini, diantaranya penghapusan beberapa lokasi pembangunan jalan dan menggantinya dengan lokasi yang baru. Anehnya, menurut salah seorang informan yang ikut dalam pembahasan di Komisi III DPRD bahwa tidak terjadi kontestasi dengan kehadiran lokasi-lokasi baru tersebut.164 Artinya kedua belah pihak menyepakati munculnya lokasi-lokasi baru yang sebelumnya tidak ada.
Hal ini kian menguatkan bahwa telah terjadi deal-deal antara pihak-pihak yang membahas anggaran Belanja Langsung Dinas Pekerjaan Umum sebelum anggaran dibahas. Hasil wawancara dengan Informan mengatakan bahwa :
“Memang ada pertemuan-pertemuan awal dengan anggota Dewan, kalau PU dengan Komisi III dan itupun dilakukan sebelum pembahasan dengan tim yang lengkap, kebetulan saat itu yang menghadirinya saya sendiri dan Sekretaris. Tapi yang jelas, intinya pertemuan tersebut ya deal tadi.
164 Wawancara dengan Yazrumal, SP, M.Si, Op. Cit
Mereka (Anggota Komisi III) akan mengesahkan RKA PU, tapi mereka mintanya banyak, bukan hanya paket proyek, tapi persennya juga (fee).”165 Disini terlihat juga bahwa selain berorientasi kepada daerah pemilihan agar ia dapat terpilih kembali, anggota Dewan juga berkeinginan mengumpulkan sebanyaknya rente baik untuk kepentingan pribadi dan atau bisa juga untuk kelompoknya/ partai. Dari hasil wawancara dengan kontraktor, diungkapkan bahwa aktifitas anggota Dewan dalam mencari rente telah lama terjadi. Pada umumnya rente didapatkan dari fee proyek-proyek fisik yang terdapat pada Instansi Pemerintah, salah satunya pada Dinas Pekerjaan Umum. Menurut pengakuan kontraktor tersebut bahwa :
“Misalnya pada proyek pembangunan jalan, setelah memenangkan tender ataupun penunjukan langsung, sekitar 10 persen dari nilai proyek harus diserahkan kepada KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) Dinas PU untuk didistribusikan kepada anggota Dewan, Bupati, Kejaksaan, Kapolres dan unsur Muspida lainnya. Lalu sekitar 1,5 persen untuk panitia (Dinas PU) dan 5 persen buat biaya administrasi dari mulai pengurusan dokumen tender sampai dengan pencairan terminnya, yah kalo ditotalkan sekitar 20 persen lah”.166
Informan lainnya menambahkan juga bahwa :
“Jumlah total fee-nya bervariasi Dok, mulai dari 20 sampai dengan 30 persen, besar memang..Kalo tidak pake lobby, ya sekitar 20 persen..,kalo dengan lobby, sesuai per janjian dengan yang akan dilobby itu,.. tapi pengalaman saya, biasanya dia (orang yang akan dilobby) minta jatah 10 persen dari nilai proyek….(Peneliti menanyakan siapa saja yang dilobby?)….Yang paling banyak dilobby anggota Dewan, 01 (Bupati) atau 02 (wabup), Kabid-kabid di PU dan ada juga memakai jasa dari orang kejaksaan dan Polres”.167
Dijelaskan pula oleh salah satu pegawai yang bertugas dalam mengumpulkan rente, bahwa :
165 Wawancara dengan Khusairi,Op, Cit
166 Wawancara dengan Suhardiman (Kontraktor), Pemilik CV. Indah Buana, Tanggal 14 Agustus 2011.
167 Wawancara dengan Edi Gunawan (Kontraktor), Pemilik CV. Mutiara Kerinci, Tanggal 14 Agustus 2011.
“Ya, sekitar 10 persen buat petinggi…(Peneliti menanyakan siapa petinggi?..ya 01, 02, Dewan, Kejaksaan, ya unsur Muspida lah namanya.(Peneliti bertanya lagi, jatah Dewan berapa dong?)..sekitar 20 persen dari 10 persen tadi. (Peneliti..Dewannya komisi III atau Banggar?)…..Komisi III ”168
Realita yang diungkapkan oleh informan diatas, jika diaktualisasikan kedalam lokasi kegiatan pada rancangan RKA Dinas Pekerjaan Umum yang sedang dibahas, maka perkiraan rente yang diperoleh oleh Anggota Dewan terlihat seperti tabel di bawah ini :
Tabel 29. Perkiraan perolehan Rente Anggota Komisi III dari rancangan kegiatan Pembangunan jalan dalam RKA Belanja Langsung
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci
Lokasi Pembangunan Jalan Pagu (Rp)
Rente 10% (Bupati,
19.000.000.000 1.900.000.000 380.000.000 38.000.000 Danau Tinggi-Sungai
Dalam (Dapil IV) 8.077.500.000 807.750.000 161.550.000 16.155.000
Belui-Kemantan (Dapil III) 1.500.000.000 150.000.000 30.000.000 3.000.000
Total 2.857.750.000 571.550.000 57.155.000
Sumber : Diolah dari hasil wawancara dengan Kontraktor dan Mr. X
Dari hasil perhitungan diatas, meskipun berupa suatu perkiraan, memperlihatkan bagaimana instansi Pemerintah seperti Dinas Pekerjaan Umum menjadi lokasi perburuan rente oleh berbagai pihak termasuk lembaga legislatif dalam hal ini Komisi III DPRD. Dalam tulisannya Kuskridho Ambardi mengungkapkan bahwa jenis kekuasaan politik parlemenlah yang memungkinkan parlemen menjalankan perburuan rente, ini mencakup kekuasaan legislasi, anggaran, pengawasan dan kekuasaan untuk menggertak.169. Perburuan rente menjadi sarana yang menggiurkan bagi anggota Dewan dalam mengembalikan
168 Wawancara dengan Mr. X., Tanggal 14 Agustus 2011.
169 Kuskridho Ambardi, Mengungkap politik Kartel : Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia era reformasi, Gramedia, Jakarta, 2009, Hal. 33
rupiah demi rupiah yang telah dikeluarkan selama proses pencalonan menjadi anggota Dewan. Pada akhirnya yang menerima dampaknya adalah masyarakat dengan kualitas pembangunan infrastruktur jalan nantinya tidak akan pernah baik.
Disamping itu, jika dilakukan perhitungan menyeluruh terhadap pagu anggaran setelah dikurangi dengan rente yang harus dikeluarkan, maka dapat dipastikan proporsi anggaran untuk pelaksanaan suatu proyek akan semakin sedikit, seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 30. Perkiraan Proporsi anggaran untuk pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Jalan setelah dikeluarkan seluruh rente
Lokasi
19.000.000.000 1.900.000.000 380.000.000 285.000.000 950.000.000 1.900.000.000 13.585.000.000
Danau Tinggi-Sungai Dalam (Dapil IV)
8.077.500.000 807.750.000 161.550.000 121.162.500 16.155.000 807.750.000 6.163.132.500 Belui-Kemantan
(Dapil III) 1.500.000.000 150.000.000 30.000.000 22.500.000 3.000.000 150.000.000 1.144.500.000 Total 28.577.500.000 2.857.750.000 571.550.000 428.662.500 969.155.000 2.857.750.000 20.892.632.500
Sumber : Diolah dari hasil wawancara dengan Kontraktor dan Mr. X
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa anggaran pembangunan jalan sepenuhnya tidak memihak kepada publik akan tetapi lebih banyak dijadikan sebagai arena perburuan rente. Total sisa pagu yang dikurangi dengan rente harus dikeluarkan juga untuk pembayaran beberapa jenis pajak, seperti PPh pasal 22 dan PPN dengan total anggaran sebesar 12,5 persen dikalikan dengan nilai proyek, dan kemudian ditambahkan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan.
Sehingga ketika kegiatan pembangunan jalan dilaksanakan dengan pagu anggaran yang kecil tetapi volume pekerjaan harus sesuai dengan perencanaan teknis, maka
dapat dipastikan kualitas dari hasil pekerjaan tersebut sangat rendah. Fenomena rendahnya kualitas jalan seperti terlihat pada tabel 4, dimana pembangunan jalan dilaksanakan setiap tahunnya, akan tetapi tingkat kerusakan jalanpun semakin tinggi.
Dari berbagai dinamika yang terjadi, hasil akhirnya untuk pembahasan RKA kegiatan pembangunan Jalan mengalami perubahan dengan penambahan beberapa lokasi pembangunan jalan seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 31. Pembahasan RKA Kegiatan Pembangunan Jalan
No.
Belui-Kemantan 1.500.000.000 Belui-Kemantan 1.500.000.000 Dapil III
7. Pembahasan Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci Sebagaimana disebutkan pada pembahasan PPAS, bahwa program Pembangunan Jalan dan jembatan memiliki 3 (tiga) kegiatan, diantaranya Pembangunan Jalan, Pembangunan Jembatan serta kegiatan Koordinasi Bidang Kebinamargaan. Untuk kegiatan Jalan sebagaimana telah diuraikan diatas, telah
dibahas oleh Komisi III DPRD dengan TAPD dan Dinas Pekerjaan Umum.
Berbagai fenomena yang mengiringi terlihat dengan jelas, akan tetapi fenomena yang lainnya akan muncul pada saat pembahasan di Rapat Gabungan yang melibatkan seluruh Anggota DPRD (akan dibahas pada sub bab berikutnya).
Tidak terjadi perubahan dan perdebatan yang sangat berarti pada pembahasan RKA kegiatan pembangunan jembatan. Meskipun pagu anggaran yang diusulkan oleh Dinas Pekerjaan Umum semula sebesar Rp.8.360.538.700, pada saat pembahasan berkurang menjadi Rp.8.330.538.700. Pengurangan ini sengaja diajukan oleh Dinas Pekerjaan Umum setelah dilakukan perhitungan ulang terhadap anggaran yang akan digunakan bagi pembangunan jembatan yang berlokasi di Koto Rendah. Anggota Komisi III menyetujui anggaran yang diajukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan konsekwensi tidak menutup kemungkinan akan bertambahnya lokasi pembangunan jembatan pada saat rapat gabungan nantinya.
Pembahasan kegiatan fisik program jalan dan jembatan dengan kegiatan pembangunan jalan dan kegiatan pembangunan jembatan di tingkat Komisi telah selesai dilaksanakan dengan hasil seperti terlihat (pada tabel 31) diatas, tinggal satu kegiatan dari program jalan yang belum dibahas yaitu kegiatan Koordinasi Bidang Kebinamargaan. Kegiatan ini memiliki pagu anggaran semula pada saat pembahasan PPAS sebesar Rp.94.724.000. Setelah dilakukan penyesuaian-penyesuaian oleh Dinas Pekerjaan Umum, pagu anggaran tersebut membengkak menjadi Rp.271.024.000. Walaupun mengalami peningkatan yang hampir 3 (tiga) kali lipat, dengan berbagai argumentasi yang disampaikan oleh Dinas Pekerjaan
Umum bahwa kegiatan tersebut sangat penting dilakukan untuk menunjang kegiatan pembangunan jalan,170 sehingga pagu anggaran ini kemudian dibahas dan dapat disetujui oleh Komisi III tanpa begitu banyak koreksi yang dilakukan anggota Komisi III. Pada hal, jika ditelusuri lebih mendalam, ternyata anggaran tersebut sebagian besar digunakan oleh PNS di Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan perjalanan dinas ke dalam dan luar daerah terkait dengan kegiatan pembangunan jalan. Kenyataan ini membuktikan bahwa kekuatan argumentasi dari Dinas Pekerjaan Umum menjadi penentu lolosnya usulan kegiatan ini.
Meskipun pembahasan program pembangunan jalan dan jembatan dengan kegiatan pembangunan jalan, pembangunan jembatan dan koordinasi bidang kebinamargaan telah selesai dibahas pada Komisi III, bukan berarti kegiatan ini sudah selesai dibahas dan mencapai final-nya, sebab, tahap pembahasan RKA Dinas Pekerjaan Umum di Komisi III hanya merepresentasikan aspirasi dari anggota Komisi III, dan belum menjadi representasi anggota DPRD secara keseluruhan. Berbagai keinginan dan aspirasi yang dibawa oleh legislator ini berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Sehingga dapat dipastikan pada rapat gabungan (dibahas pada sub bab berikutnya) akan terjadi berbagai perubahan anggaran dan lokasi terhadap beberapa kegiatan.
b. Program pembangunan infrastruktur perdesaan
Disamping program pembangunan jalan dan jembatan diatas, masih ada program dengan kegiatan lainnya yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
170 Wawancara dengan Ir. Syaiful US,Op, Cit
melihat bagaimana kontestasi terjadi antara eksekutif dan legislatif di tingkat Komisi, diantaranya Program pembangunan infrastruktur perdesaan dengan pagu anggaran semula dalam RKA Belanja Langsung Dinas Pekerjaan Umum sebesar Rp. 4.910.216.500 dan setelah dilakukan pembahasan antara eksekutif dan Komisi III DPRD, anggaran ini meningkat sebesar Rp.10.440.099.000 sehingga menjadi Rp.15.120.571.000.
Peningkatan tersebut dipicu oleh penambahan pagu anggaran lokasi pengadaan konstruksi jalan perdesaan pada kegiatan Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan, yang semula total pagu anggarannya hanya Rp.3.718.866.500 menjadi Rp. 13.169.310.500, Jika semula hanya terdiri dari 21 lokasi, maka setelah pembahasan bertambah menjadi 52 lokasi pembangunan jalan perdesaan yang terdistribusi pada beberapa desa di seluruh daerah pemilihan I, II, II dan IV.
Sebanyak 23 lokasi berada di daerah pemilihan IV, 13 lokasi masing-masing di daerah pemilihan III dan I serta hanya 3 lokasi berada pada daerah pemilihan II.
Awalnya, pembahasan RKA Belanja Langsung Kegiatan Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan berjalan dengan normal.171 Kemudian salah seorang anggota Komisi III yang berdomisili di daerah pemilihan I mengusulkan agar jalan lingkungan di Desa Pasar Tamiai yang sudah lama rusak berat dibangun.172 Usulan tersebut mendapat respon dari Dinas Pekerjaan Umum dan dimasukkan kedalam RKA tersebut tanpa ada sedikitpun sanggahan atau bantahan.173 Anggota Komisi yang lainnya tidak tinggal diam, terutama Komisi IV dan III, merekapun mencoba mengusulkan lokasi pembangunan jalan perdesaan di wilayahnya
171 Wawancara dengan Ir. Syaiful US,Op, Cit
172 Wawancara dengan Khusairi,Op, Cit
173 Wawancara dengan Yazrumal, SP, M.Si, Op. Cit
masing-masing. Sementara itu untuk daerah pemilihan II hanya mendapatkan 3 (tiga) lokasi pembangunan yang memang telah terlebih dahulu dirancang oleh Dinas Pekerjaan Umum atas perintah langsung Wakil Bupati.175, 176
Melihat fenomena diatas, unsur keterwakilan anggota Dewan terhadap wilayahnya dalam pembahasan anggaran masih menjadi penentu, apakah aspirasi yang mereka usung dari masyarakatnya akan dapat ditampung atau tidak dalam anggaran daerah. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketidakhadiran wakil dari daerah
Melihat fenomena diatas, unsur keterwakilan anggota Dewan terhadap wilayahnya dalam pembahasan anggaran masih menjadi penentu, apakah aspirasi yang mereka usung dari masyarakatnya akan dapat ditampung atau tidak dalam anggaran daerah. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketidakhadiran wakil dari daerah