• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan terhadap Hasil Penelitian

Meta-analisis dalam penelitian ini digunakan untuk merangkum hasil penelitian dengan tema yang sama, yaitu mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar fisika siswa di tingkat SMA sehingga dapat diketahui pengaruhnya secara keseluruhan. Sebelum melakukan proses meta-analisis, maka pencarian literatur relevan dilakukan melalui sumber pencarian yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu Portal Garuda yang terdapat pada situs https://garuda.ristekbrin.go.id/ dan mesin pencari akademik yang terdapat pada situs https://www.semanticscholar.org/.

Hasil pencarian literatur relevan ditemukan bahwa terdapat 266 artikel yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dan hasil belajar fisika siswa SMA pada rentang tahun 2016 – 2020. Artikel-artikel tersebut disaring kembali berdasarkan

kriteria inklusi yang telah ditetapkan untuk memperoleh artikel yang layak pada proses meta-analisis. Berdasarkan hasil penyaringan judul dan abstrak yang dilanjutkan dengan penyaringan secara full text dan penilaian kualitas artikel diperoleh hasil akhir berupa 14 artikel yang layak masuk ke dalam proses meta-analisis.

Keempat belas artikel tersebut melalui proses meta-analisis dengan menghitung effect size masing-masing artikel untuk mencari rata-rata pengaruh dari keseluruhan artikel. Keempat belas artikel tersebut juga memiliki karakteristik penelitian yang beragam. Oleh karena itu, pada penelitian ini selain mencari pengaruh pembelajaran secara keseluruhan, dilakukan pula analisis terhadap unit analisis yang telah ditetapkan agar dapat diketahui kondisi pembelajaran kooperatif yang menghasilkan pengaruh terbaik berdasarkan karakteristik artikel penelitian tersebut, yaitu metode-metode pembelajaran kooperatif, penggunaan bantuan pembelajaran, dan materi fisika. Penjelasannya tersaji sebagai berikut.

1. Effect Size Model Pembelajaran Kooperatif Secara Keseluruhan

Hasil perhitungan effect size secara keseluruhan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh dengan nilai effect size 1,03 pada kategori efek besar dan standar deviasi 0,64 terhadap hasil belajar fisika siswa SMA di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif layak digunakan sebagai alternatif pembelajaran tradisional dalam kegiatan pembelajaran fisika. Hasil ini sesuai dengan penelitian meta-analisis sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang lebih tinggi pada pembelajaran sains dan matematika dibandingkan dengan pembelajaran ilmu sosial dan bahasa terhadap prestasi akademik.2 Hal ini disebabkan oleh sifat tugas belajar yang berbeda antara materi kebahasaan dan materi non kebahasaan. Materi non kebahasaan memiliki sifat tugas belajar yang hierarkis, artinya berurutan dari tugas yang mudah menuju tugas yang sulit sehingga ada kemungkinan siswa dapat membantu satu sama lain.3 Hal tersebut berkaitan dengan interpedensi positif dan

2 Kyndt dkk., op. cit., p. 143.

3 Ibid., p. 144.

interaksi promotif antaranggota yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif. Interpedensi positif mendorong setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari materi yang ditugaskan serta bertanggung jawab atas pemahaman materi yang dimiliki oleh masing-masing individu.4 Interaksi promotif mendorong siswa untuk berbagi pengetahuan serta menjelaskan dan mengajarkan kembali materi yang dipahami dengan sesama anggota kelompok (pengajaran teman sebaya).5 Dalam pembelajaran fisika selain pengajaran teman sebaya, interaksi promotif dapat melatih siswa dalam strategi pemecahan masalah.6

Fisika yang juga merupakan bagian dari sains (IPA) merupakan mata pelajaran yang berfokus pada kegiatan pengamatan dan percobaan sehingga ketika pembelajaran kooperatif digunakan dalam kedua kegiatan tersebut terjadi pembagian peran masing-masing anggota kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Sharon J. Sherman bahwa pada pembelajaran yang berkaitan dengan percobaan, siswa akan berbagi peran untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan. Tugas-tugas tersebut dapat berupa mengatur aktivitas percobaan, mengumpulkan materi, dan melaporkan temuan-temuan kelompok terhadap siswa di kelas.7 Hal ini juga berkaitan dengan karakteristik pembelajaran kooperatif mengenai pemrosesesan kelompok (group processing). Pemrosesan kelompok ini bertujuan meningkatkan efektivitas kerja sama antaranggota kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.8 Kerja sama tersebut dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat memahami materi dan dapat menjelaskan kembali kegiatan yang telah dilakukan.9

4 Huda, op. cit., h. 46-47.

5 Marjan Laal, Loabat Geranpaye, dan Mahrokh Daemi, “Individual Accountability in Collaborative Learning,” 3rd World Conference on Learning, Teaching and Educational Leadership Vol. 93, 2013, p. 287.

6 Dwi Ratnaningdyah, “Upaya Melatihkan Kemampuann Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Fisika dengan Model Cooperative Problem Solving (CPS),” Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika Vol. 02, No. 1, 2017, h. 2.

7 Sharon J Sherman, “Pembelajaran Kooperatif dan Sains,” dalam The Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas, oleh Shlomo Sharan, Terj. oleh Sigit Prawoto (Yogyakarta: Istana Media, 2012), h. 379.

8 Huda, op. cit., h. 57.

9 Sherman, op. cit., p. 380.

Kerja sama tersebut juga muncul dari tanggung jawab siswa terhadap masing-masing tugas yang harus dikerjakan.10 Hal ini terkait dengan akuntabilitas individu (tanggung jawab individu) dalam pembelajaran kooperatif. Akuntabilitas individu mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan. Adanya akuntabilitas individu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nugraha (2018) bahwa hasil belajar fisika siswa yang melakukan pembelajaran kooperatif dengan tanggung jawab individu lebih terstruktur lebih tinggi daripada pembelajaran kooperatif dengan tanggung jawab individu yang tidak terstruktur.11 Akuntabilitas individu tersebut menjadi kunci dalam belajar bekerja sama.

Selain akuntabilitas individu, hal lain yang dibutuhkan dalam kerja sama yang efektif adalah keterampilan sosial siswa yang terdiri dari keterampilan interpersonal dan grup kecil. Keterampilan sosial siswa bertujuan untuk menjaga kelompok agar tetap produktif. Ketika keterampilan sosial siswa meningkat, maka prestasi siswa juga akan meningkat. Hal tersebut sesuai penelitian Sharma (2016) bahwa siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik akan mudah menyesuaikan diri dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan prestasinya.12 Penelitian lain oleh Gustavsen (2017) juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara keterampilan sosial dan prestasi akademik pada semua tingkat kelas.13

Berdasarkan pembahasan di atas terdapat indikasi bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif merupakan faktor penentu kesuksesan pembelajaran.

Karakteristik-karakteristik tersebut menjadi pembeda pembelajaran kooperatif yang digunakan sebagai intervensi pembelajaran pada kelas eksperimen dengan pembelajaran tradisional (konvensional) pada kelas kontrol di keseluruhan artikel

10 Huda, op. cit., h. 52.

11 F. Nugraha, P. Siahaan, dan D.T. Chandra, “The Effect of Structured Individual Responsibility on Student Achievement in Cooperative Learning Science Classroom,” Vol. 1557 , (International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE), IOP Publishing, 2019), h. 4.

12 Reetu Sharma, Vandana Goswani, dan Purnima Gupta, “Social Skills: Their Impact on Academic Achievement and Other Aspect of Life,” International Journal for Innovative Research in Multidisciplinary Field Vol. 02, No. 7, 2016, p. 222.

13 Ann Margareth Gustavsen, “Longitudinal Relationship Between Social Skills and Academic Achievement in A Gender Perspective,” Cogent Education Vol. 4, No. 1, 2017, p. 8.

penelitian yang dianalisis. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif model pembelajaran tradisional dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, nilai standar deviasi yang cukup besar mengindikasikan bahwa terdapat variasi effect size pada keseluruhan artikel penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang dilakukan, mulai dari jenis metode pembelajaran kooperatif yang digunakan, materi fisika yang diajarkan, serta beberapa penelitian menggunakan bantuan dalam kegiatan pembelajarannya sehingga hal tersebut menjadi unit analisis pada penelitian ini.

2. Effect Size Model Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menjadi tipe yang paling banyak dipilih sebagai alternatif pembelajaran dari ketiga tipe lain, yaitu dengan effect size 0,95 dan standar deviasi 0,29 berada pada kategori efek besar. Tipe ini termasuk Task Specialization yang lebih menekankan tanggung jawab individu dalam menyelesaikan masalah dan memiliki tanggung jawab khusus terhadap kontribusinya pada kelompok.14 Hal tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab siswa yang merupakan kunci dalam kerja sama antaranggota kelompok. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi ketika tanggung jawab individu lebih terstruktur daripada tanggung jawab individu tidak struktur.

Ketiga tipe lain yaitu Student Team Achievement Divisions (STAD), Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI), serta Team Games Tournament (TGT) merupakan bagian dari Student Teams Learning yang menekankan pada penggunaan tujuan kesuksesan kelompok bergantung pada kemampuan anggota kelompok lainnya. Dari ketiga tipe tersebut, TGT memiliki pengaruh paling besar dengan effect size sebesar 3,07 dan hanya terdapat satu artikel penelitian saja. Tipe yang memiliki pengaruh paling rendah adalah STAD dengan effect size sebesar 0,64 dan standar deviasi 0,20 serta TAI memiliki effect size sebesar 0,77 dan standar deviasi 0,05.

14 Slavin, op. cit., h. 213.

Meskipun tipe-tipe yang termasuk Student Teams Learning tidak memiliki tanggung jawab individu tidak terstruktur, namun tipe-tipe ini juga digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa. Slavin menyebutkan bahwa keberhasilan kelompok pada tipe ini bergantung pada skor kuis individual, artinya meskipun memiliki tanggung jawab tidak terstruktur tetapi dengan cara tersebut dapat terlihat bahwa tiap anggota kelompok telah mempelajari semua materi pelajaran.15 Hal tersebut menjadi alasan metode TGT memiliki pengaruh paling besar di antara metode lainnya. Selain mengumpulkan skor kuis seperti tipe STAD, tipe ini membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dengan permainan. Teman satu kelompok akan saling membantu dalam mempersipkan diri dengan cara mempelajari lembar kegiatan dan saling menjelaskan materi.16 Dengan demikian, baik tipe yang tergolong Task Specialization maupun Student Teams Learning dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Effect Size Model Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Bantuan Pembelajaran

Perhitungan effect size menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan bantuan media pembelajaran memiliki pengaruh paling tinggi daripada penggunaan metode, pendekatan, dan tanpa bantuan pembelajaran, yaitu sebesar 1,43 dan standar deviasi 1,13. Hal tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran perlu digunakan dalam kegiatan pembelajaran fisika, yang sebagian besar materinya memerlukan visualisasi agar dapat dipahami oleh siswa. Jenis media yang digunakan pun beragam. Hasil analisis diperoleh bahwa macromedia flash merupakan media yang digunakan dalam dua penelitian berbeda. Macromedia flash merupakan jenis media audio visual yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa mendapatkan gambaran nyata terhadap suatu konsep fisika dalam bentuk video sehingga hasil belajar fisika siswa dapat meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ika Risqi dan Iwan Permana Suwarna (2014) bahwa pembelajaran menggunakan audio visual memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (konvensional), yaitu dengan

15 Ibid., h. 41.

16 Ibid., h. 14.

melihat video siswa yang berbeda-beda dapat membangun kesamaan pemahaman terhadap suatu materi.17 Media lain yang digunakan adalah Edmodo yang merupakan media berbasis web. Jenis media ini membuat pembelajaran menjadi lebih fleksibel karena dapat diakses dimana saja dan kapan saja untuk mendapat pengetahuan.18 Media terakhir adalah permainan monopoli yang memberi pengaruh paling tinggi diantara dua media lainnya. Media ini digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran atau alat bantu evaluasi pembelajaran.19 Permainan monopoli dapat meningkatkan interaksi kegiatan belajar karena siswa lebih mudah mengemukakan pendapat kepada teman sebayanya.20 Ketika interaksi belajar meningkat, performa siswa dalam belajar pun meningkat sehingga prestasi belajar juga menjadi lebih baik.21

Penggunaan metode juga memiliki pengaruh sedang dengan nilai effect size 0,70 dan standar deviasi 0,15. Terdapat empat metode yang digunakan pada artikel penelitian yang dianalisis. Dari keempat metode tersebut, metode Know-Want-Learn memiliki pengaruh besar dan menjadi pengaruh paling tinggi di antara ketiga metode lainnya yang memiliki pengaruh sedang. Camp (2000) menyebutkan bahwa metode ini dapat memperdalam pemahaman siswa tentang topik yang terdapat pada buku teks melalui proses membaca serta dapat meningkatkan pengetahuan dan mengelompokkan informasi yang dipahami siswa.22

Penggunaan pendekatan menjadi pengaruh terkecil dari penggunaan media dan metode. Pendekatan yang digunakan pada penelitian yang dianalisis adalah pendekatan saintifik yang merupakan pendekatan umum pada kurikulum 2013.

Hasil perhitungan effect size menunjukkan bahwa pendekatan memiliki pengaruh

17 Ika Risqi Citra Primavera dan Iwan Permana Suwarna, “Pengaruh Media Audio-Visual terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Elastisitas” (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 126.

18 Liu Jingyu, “Pros and Cons: Web Based Education” (International Conference on Education, Management and Computing Technology (ICEMCT), 2014), p. 459.

19 Tresna Puspa Herdani, Nurmasari Sartono, dan Dian Evriyani, “Pengembangan Permainan Monopoli Termodifikasi sebagai Media Pembelajaran pada Materi Sistem Hormon (Penelitian dan Pengembangan di SMAN 1 Jakarta),” Jurnal Biosfer Vol. 08, No. 1, 2015, h. 21.

20 Ibid., h. 24.

21 Huda, op. cit., h. 52.

22 Najeh Rajeh Alsahi, “The Effects of The Use of The Know-Want-Learn Strategy (KWL) on Fourth Grade Students’ Achievement in Science at Primary Stage and Their Attitudes Towards it,” EURASIA Journal Mathematics, Science and Technology Education Vol. 16, No. 4, 2020, p. 3.

kecil sebesar 0,49. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran fisika pendekatan saja tidak cukup, tetapi dibutuhkan metode atau media dalam kegiatan pembelajaran.

Akan tetapi, hasil berbeda diperoleh dari perhitungan effect size bahwa pembelajaran kooperatif tanpa bantuan media, metode maupun pendekatan memiliki effect size dalam kategori pengaruh besar. Hal tersebut didasarkan pada faktor bahwa jenis metode kooperatif yang digunakan berpengaruh terhadap hal tersebut. Dua dari empat artikel yang tidak menggunakan bantuan pembelajaran adalah Group Investigation sedangkan sisanya adalah pembelajaran TAI. Kedua metode tersebut merupakan metode yang menekankan pada tanggung jawab individu. Meskipun tipe TAI tidak termasuk Task Specialization, namun dalam pembelajaran ini akuntabilitas (tanggung jawab) individu menjadi unsur utama yang ditekankan pada siswa.23

4. Effect Size Model Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Materi Fisika Materi fisika yang digunakan pada kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil analisis adalah besaran dan satuan, momentum dan impuls, listrik dinamis, elastisitas dan hukum Hooke, fluida statis, fluida dinamis, suhu dan kalor serta gelombang bunyi. Perhitungan effect size menunjukkan hasil yang beragam. Hal tersebut bergantung pada jenis intervensi yang diberikan pada pembelajaran, baik menggunakan bantuan maupun tanpa bantuan pembelajaran.

Hasil perhitungan effect size berdasarkan materi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberi pengaruh paling besar pada hasil belajar fluida statis sebesar 2,18 dan standar deviasi 1,27 dan paling rendah pada materi besaran satuan dengan effect size sebesar 0,49. Materi lain pun memiliki effect size yang beragam. Hal ini karena salah satu faktor yang memengaruhi hasil belajar adalah pemilihan metode belajar.24 Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa intervensi pembelajaran yang diberikan kepada siswa dari artikel yang diperoleh berbeda satu sama lain. Hasil belajar fisika yang memiliki pengaruh paling besar dimiliki oleh materi fluida statis yang menggunakan pembelajaran GI sebagai tipe yang memiliki

23 Huda, op. cit., h. 126.

24 Baharuddin dan Wahyuni, op. cit., h. 38.

keunggulan dalam hal tanggung jawab individu dan TGT yang memiliki keuinggulan sebagai pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, beragamnya effect size yang diperoleh bergantung pada jenis intervensi pembelajaran yang dilakukan, baik penggunaan model pembelajaran dipadukan dengan media, metode maupun pendekatan atau hanya penggunaan model pembelajaran saja.

Dokumen terkait