• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

2. Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest II

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hipotesis Penelitian I

Hasil analisis data menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran van Hiele tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi. Hal ini dapat dilihat dari perolehan data yang ada menunjukkan tidak ada perbedaan antara selisih skor pada kelompok kontrol dankelompok eksperimen dengan nilai t = 0,90. Berdasarkan hasil uji t,diperoleh harga Sig. (2-tailed) yaitu 0,36 (atau p > 0,05). Hal itu berarti Hnull diterimadan Hi ditolak yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dari pretest-postest I. Besarnya pengaruh pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan r =

0,13 yang termasuk dalam kategori efeknya kecil. Berdasarkan kriteria yang digunakan, besarnya effect size keseluruhan yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan mengaplikasi mengalami peningkatan sebesar 2 %. Jadi tidak ada

perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan mengaplikasi. Dengan kata lain penggunaan model pembelajaran van Hiele tidak berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi.

Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa model pembelajaran van Hiele tidak berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasis. Pengaruh perlakuan terhadap tiap kelompok adalah sebagai berikut. 1) Model pembelajaran van Hiele pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan mengaplikasi yaitu dengan harga r = 0,43 atau 18,18%. 2) Metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan pengaruh besar yaitu dengan harga r = 0,68 atau 46,31%. Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran van Hiele memberikan pengaruh sebesar 18,18% terhadap kemampuan mengaplikasi, sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Metode ceramah memberikan pengaruh sebesar 46,13% terhadap kemampuan mengaplikasi, sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variable yang diteliti. Variabel lain tersebut dapat berasal dari faktor-faktor dalam diri siswa dan lingkungan. Faktor-faktor dalam diri siswa misalnya konsentrasi, minat, motivasi, dan kesehatan tubuh. Faktor-faktor dari lingkungan misalnya latar belakang keluarga siswa.

Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan dan interaksi dengan guru, teman, serta lingkungan (Sanjaya, 2006: 197-199). Siswa pada kelas eksperimen memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengaplikasi lebih banyak dari pada kelas kontrol ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa pada kelas eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Setelah itu siswa mencoba untuk memberikan jawaban sementara (hipotesis) akan pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui diskusi dengan teman sekelompok. Berbeda dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah, siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa mendengarkan guru yang menjelaskan materi pelajaran, mengerjakan LKS, dan kemudian mencocokkan.

Siswa di kelompok kontrol duduk dengan tenang dan teratur, tetapi tidak ada inisiatif untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang belum dimengerti, justru sebaliknya guru yang terlihat aktif bertanya pada siswa.

Perbandingan rerata selisih skor pretest dan posttest I kemampuan mengaplikasi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang menggambarkan peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terjadi peningkatan rerata skor yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok eksperimen sebesar 0,74, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 1,11. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,36 (p > 0,05). Pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele tidak sekuat posttest I sesudah dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,00 (p <0,05) untuk kelompok eksperimen. Pengaruh penggunaan metode ceramah tidak sekuat posttest I. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,02 (p > 0,05) untuk kelompok kontrol.

4.2.2. Hipotesis Penelitian II

Hasil analisis data menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran van Hiele berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menganalisis. Hasil analisis diketahui bahwa rerata selisih

pretest-posttest I kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rerata selisih pretest-posttest I kelompok kontrol pada kemampuan menganalisis. Hasil selisih skor yangdiperoleh kelompok kontrol dengan nilai M = 0,58; n = 25; SD = 1,03; dan

SE = 0,20 . Hasil selisih skor yang diperoleh kelompok eksperimen dengan nilai

M = 1,13; n = 25; SD = 0,87; dan SE = 0,17. Perolehan data yang ada menunjukkan ada perbedaan antara selisih skor pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan nilai t = -2,01. Berdasarkan hasil uji t, diperoleh harga Sig. (2-tailed) yaitu 0,05 (atau p <0,05). Hal itu berarti Hnull ditolakdan Hi diterima. Besarnya pengaruh pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan r = 0,27 yang termasuk dalam kategori efek menengah. Berdasarkan kriteria yang digunakan, besarnya effect size keseluruhan yang diperoleh

menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis mengalami peningkatan sebesar 8 %. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara selisihrerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis. Dengan kata lain penggunaan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis.

Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa model pembelajaran van Hiele tidak berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Pengaruh perlakuan terhadap tiap kelompok adalah sebagai berikut. 1) Model pembelajaran van Hiele pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan menganalisis yaitu dengan harga r = 0,49 atau 24,88%. 2) Metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan pengaruh besar yaitu dengan harga r = 0,79 atau 63,70%. Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran van Hiele memberikan pengaruh sebesar 63,70% terhadap kemampuan menganalisis, sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Metode ceramah memberikan pengaruh sebesar 24,88% terhadap kemampuan menganalisis, sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variable yang diteliti. Variabel lain tersebut dapat berasal dari faktor-faktor dalam diri siswa dan lingkungan. Faktor-faktor dalam diri siswa misalnya konsentrasi, minat, motivasi, dan kesehatan tubuh. Faktor-faktor dari lingkungan misalnya latar belakang keluarga siswa.

Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan dan interaksi dengan guru, teman, serta lingkungan (Sanjaya, 2006: 197-199). Siswa pada kelas eksperimen memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menganalisis lebih banyak dari pada kelas kontrol ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa pada kelas eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Setelah itu siswa mencoba untuk memberikan jawaban sementara (hipotesis) akan pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui diskusi dengan teman sekelompok. Berbeda dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah, siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa mendengarkan guru yang

menjelaskan materi pelajaran, mengerjakan LKS, dan kemudian mencocokkan. Siswa di kelompok kontrol duduk dengan tenang dan teratur, tetapi tidak ada inisiatif untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang belum dimengerti, justru sebaliknya guru yang terlihat aktif bertanya pada siswa.

Perbandingan rerata selisih skor pretest dan posttest I kemampuan menganalisispada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang menggambarkan peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terjadi peningkatan rerata skor yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok eksperimen sebesar 1,13, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,58. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,05 (p < 0,05). Pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele tidak sekuat posttest I sesudah dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,00 (p <0,05) untuk kelompok eksperimen. Pengaruh penggunaan metode ceramah tidak sekuat posttest I sesudah satu bulan dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,09 (p > 0,05) untuk kelompok kontrol.

Dokumen terkait