• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

2. Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest II

4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian II

Hipotesis penelitian II adalah penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada pelajaran matematika kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Instrumen pertanyaan yang digunakan sebagai sarana untuk mengukur variabel dependen adalah 5 item soal uraian pada nomor 2b dan 5d. Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis statistik yang secara keseluruhan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%.

4.1.3.1Uji Normalitas Distribusi Data

Sebelum melakukan analisis data, data harus diuji normalitasnya. Uji normalitas distribusi data bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi beberapa data. Data yang diperoleh dari pretest dan posttest diuji normalitasnya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui jenis uji statistik yang digunakan dalam analisis data responden. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada uji normalitas menurut Sarwono (2010: 25) adalah jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi secara normal, sehingga analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal, sehingga analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik non parametrik. Berikut adalah tabel hasil uji normalitas distribusi data (lihat Lampiran 4.9).

Tabel 4.13 Uji Normalitas Data Kemampuan Menganalisis

No Aspek Kelompok Sig.

(2-tailed) Keterangan

1 Rerata skor pretest Kontrol 0,13 Normal 2 Rerata skor posttest I Kontrol 0,90 Normal 3 Rerata skor posttest II Kontrol 0,39 Normal 4 Rerata selisih skor pretest-posttest I Kontrol 0,93 Normal 5 Rerata skor pretest Eksperimen 0,31 Normal 6 Rerata skor posttest I Eksperimen 0,22 Normal 7 Rerata skor posttest II Eksperimen 0,69 Normal 8 Rerata selisih skor pretest-posttest I Eksperimen 0,63 Normal

Dari hasil analisis statistik di atas diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed)

0,31. Untuk harga Sig. (2-tailed) pada aspek posttest I kelompok kontrol adalah 0,90 dan posttest I kelompok eksperimen 0,. Harga Sig. (2-tailed) pada posttest II

kelompok kontrol adalah 0,22 dan posttest II kelompok eksperimen 0,69, sedangkan untuk harga Sig. (2-tailed) pada aspek selisih skor kelompok kontrol adalah 0,93 dan selisih skor kelompok eksperimen adalah 0,63. Hal tersebut menunjukkan bahwa pretest, posttest I, posttest II serta selisih rerata skor kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki distribusi data yang normal. Dengan melihat bahwa semua aspek memiliki distribusi data yang normal, maka analisis data selanjutnya akan dilakukan menggunakan statistic parametrik dalam hal ini independent samples t-test atau paired samples t-test

sesuai dengan keperluannya.

Analisis data untuk melihat pengaruh model pembelajaran van Hiele pada kemampuan menganalisis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisisdata dengan menguji perbedaan skor pretest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan awal kelas kontrol maupun kelas eksperimen sebelum mendapatkan perlakuan. 2) Analisis data dengan menguji peningkatan skor pretest ke posttest I untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan menganalisis. 3) Analisis data dengan menguji selisih rerata skor pretest dan posttest I pada masing-masing kelompok yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan skor dari pretest ke

posttest pada masing-masing kelompok. 4) Analisis besarnya efek perlakuan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan menganalisis. 5) Analisis retensi pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan menganalisis.

4.1.3.2Uji Perbedaan Kemampuan Awal

Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk memastikan bahwa kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama ataupun setara. Langkah ini dilakukan karena teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan secara random. Uji perbedaan kemampuan awal skor pretest pada kemampuan menganalisis pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji statistik perametrik dalam hal ini independent samples t-test.

Sebelum dilakukan analisis ini perlu dilakukan uji homogenitas varian menggunakan Levene„s test. Jika harga sig. > 0,05 berarti ada homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan. Jika harga sig. < 0,05 berarti tidak ada homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Jika variannya homogen data yang dibaca adalah data pada baris pertama sedangkan bila variannya tidak homogen data yang dibaca adalah data pada baris ke dua. Berikut adalah tabel hasil dari Levene„s test data Skor Pretest (lihat Lampiran 4.10)

Tabel 4.14 Uji homogenitas Levene„s test data skor pretest kemampuan menganalisis

PreKonEksAn F Sig. Keterangan

0,368 0,547 Ada homogenitas varian

Dari hasil analisis Levene‟s test dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh harga F = 0.36 dan harga sig. 0,54 (p > 0,05). Dengan demikian terdapat homogenitas varian sehingga data yang dibaca adalah data pada baris pertama Analisis selanjutnya dilakukan menggunakan independentsamples t-test. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama atau setara (Priyatno, 2010: 99). Berikut adalah tabel hasil uji perbedaan kemampuan awal. Berikut adalah tabel hasil uji perbedaan rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen (lihat Lampiran 4.10).

Tabel 4.15Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemapuan Menganalisis

Hasil Pretest Sig. (2-tailed) Keterangan

Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 0,81 Tidak ada perbedaan

Berdasarkan analisis rerata skor pretest kelompok eksperimen lebih rendah daripada rerata skor pretest kelompok kontrol pada kemampuan menganalisis.

Diketahui bahwa hasil perbandingan rerata skor pretest kelompok eksperimen lebih rendah dengan nilai M = 3,26, n = 25, SD = 0,79, dan SE = 0,15, dibandingkan dengan rerata kelompok kontrol dengan nilai M = 3,32, n = 25, SD

= 0,85 dan SE = 0,17. Meskipun demikian perbedaannya tidak signifikan dengan nilai t = 0,23, perbedaan yang tidak signifikan dari hasil perbandingan skor pretest

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditunjukkan dengan besarnya harga

Sig. (2-tailed) yaitu 0,81 (atau p > 0,05) sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, jadi skor pretest kedua kelompok memiliki titik pijak yang sama untuk dilakukan perbandingan. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama.

4.1.3.3Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji signifikansi pengaruh perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan menganalisis. Uji signifikansi pengaruh perlakuan ini dilakukan dengan cara mengurangkan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dengan selisih

pretest-posttestI pada kelompok eksperimen. Uji selisih skor pretest dan posttest I

kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji statistik parametrik dalam hal ini independent samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebelum dilakukan analisis menggunakan

independent samples t-test perlu dilakukan uji asumsi homogenitas varian dengan

Levene„s test. Data memiliki varian yang homogen jika harga sig pada Levene„s test > 0,05. Data memiliki varian yang tidak homogen jika harga sig pada

Levene„s test < 0,05 (Field, 2009: 150). Jika variannya homogen data yang dibaca adalah data pada baris pertama sedangkan bila tidak homogen data yang dibaca adalah data pada baris ke dua. Berikut tabel dari Levene„s test data Selisih Skor

pretest dan posttest I (lihat Lampiran 4.11).

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Varian Menggunakan Levene„s test Data Selisih Skor Pretest

dan Posttest I Kemampuan Menganalisis

SelKonEksAn F Sig. Keterangan

Hasil uji homogenitas Levene‟s test dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh harga F = 0,37 dan sig. = 0,54 (p > 0,05). Dengan demikian terdapat homogenitas varian sehingga data yang dibaca adalah data pada baris pertama Analisis selanjutnya dilakukan menggunakan independentsamples t-test.

Efek kausal dari intervensi dapat dihitung dengan tiga cara yang dikendalikan dalam posttest dan pretest, cara pertama yaitu dengan mengurangi skor posttest dari pretest untuk kelompok eksperimen untuk menghasilkan skor 1. Kedua, mengurangi skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol untuk mendapatkan skor 2 dan ketiga, kurangi skor 2 dari skor 1. Dampak intervensi ekperimental menghasilkan rumus: (O2 - O1) – (O4 – O3). Apabila hasilnya negatif, efeknya adalah negatif (tidak ada pengaruh) dan apabila hasil positif, efeknya adalah positif (ada pengaruh) (Cohen, dkk, 2007: 276).

Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh maka menggunakan rumus (O2 - O1) – (O4 – O3), yaitu (4.4000 – 3.2668) – (3.9072 – 3.3204) = 0,5464. Dari perolehan data diketahui bahwa hasil yang diperoleh positif, sehingga penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis.

Hasil analisis menggunakan independent samples t-test digunakan sebagai titik pijak untuk menarik kesimpulan apakah hasil penelitian ini mengafirmasi

Gambar 4.3 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kelompok Kontrol dan Eksperimen

atau menolak hipotesis penelitian. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen pada kemampuan menganalisis. Berikut adalah tabel hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan (lihat Lampiran 4.11).

Tabel 4.9 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I Kemampuan Menganalisis

Hasil Pretest Sig. (2-tailed) Keterangan

Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 0,05 Ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa selisih pretest-posttest I

kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rerata selisih pretest-posttest I

kelompok kontrol pada kemampuan menganalisis. Hasil selisih skor yang diperoleh kelompok kontrol dengan nilai M = 0,58; n = 25; SD = 1,03; dan SE =

0,20 . Hasil selisih skor yang diperoleh kelompok eksperimen dengan nilai M = 1,13; n = 25; SD = 0,87; dan SE = 0,17. Perolehan data yang ada menunjukkan ada perbedaan antara selisih skor pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan nilai t = -2,01. Berdasarkan hasil uji t,diperoleh harga Sig. (2-tailed) yaitu 0,05 (atau p < 0,05). Hal itu berarti Hnull ditolak dan Hi diterima. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor pretest ke posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis. Dengan kata lain penggunaan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis.

4.1.3.4Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size)

Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) ini dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan menganalisis. Kriteria untuk mengetahui besar pengaruh adalah sebagai berikut (Field, 2009: 57).

Tabel 4.18 Koefisien Korelasi

No Effect Size (r) Besar efek Persentase

(%)

1 0,10 Kecil 1

2 0,30 Menengah 9

Untuk menghitung persentase dihitung terlebih dahulu besarnya koefisien kemudian mengkuadratkan hasil r dan selanjutnya dikalikan 100%. Berikut merupakan hasil perhitungan effect size keseluruhan pada kemampuan

menganalisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.11).

Tabel 4.10 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) Kemampuan Menganalisis

No Kelompok T t2 Df r (effect size) R2 % Besar Efek 1 Kontrol & Eksperimen -2,01 4,04 48 0,27 0,07 8 Efek menengah

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan menganalisis pada kedua kelompok. Pada tabel perhitungan besarnya pengaruh di atas, diperoleh besarnya efek keseluruhan dengan r = 0,27 yang termasuk dalam kategori efek menengah. Berdasarkan kriteria yang digunakan, besarnya effect size keseluruhan yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis mengalami peningkatan sebesar 8%.

4.1.3.5Analisis Lebih Lanjut

1. Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest

Uji peningkatan rerata skor pretest-posttest I dilakukan untuk melihat apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji peningkatan dihitung dengan menggunakan Paired samples t-test dalam program IBM SPSS statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 dan jika rerata skor posttest I lebih tinggi daripada rerata skor pretest berarti ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I. Dengan kata lain terjadi peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I (Priyatno, 2010: 108). Berikut adalah tabel uji peningkatan skor pretest ke posttest I kemampuan menganalisis (lihat Lampiran 4.12).

Tabel 4.20 Uji Peningkatan Selisih Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis

No Kelompok Mean Peningkatan

(%)

Sig.

(2-tailed) Keterangan

Pretest Postest

1 Kontrol 3,32 3,90 17,5 0,09 Tidak ada perbedaan 2 Eksperimen 3,26 4,40 35 0,00 Ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata selisih pretest-posttest

kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata selisih pretest-posttest I kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis. Hasil perbandingan skor pretest ke

posttest I tersebut menunjukan bahwa harga Sig. (2-tailed) kelompok kontrol adalah 0,09 (p > 0,05) dengan harga M = -0,58; SD = 1,03; SE = 0,20; t = -2,82, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara seisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol. Dengan kata lain terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I pada kemampuan menganalisis di kelompok kontrol namun tidak signifikan. Harga Sig. (2-tailed) kelompok eksperimen adalah 0,00(p < 0,05) dengan harga M = -1,13; SD = 0,87; SE = 0,17,

t = -6,49. Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I pada kemampuan menganalisis di kelompok eksperimen.

Berikut merupakan hasil perhitungan effect size pada kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.12).

Tabel 4.21Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) Kemampuan Menganalisis

No Kelompok T t2 df r (Effect size) R2 % Besar Efek 1 Kelompok Kontrol -2,82 7.95 24 0,49 0,24 25 Efek besar 2 Kelompok Eksperimen -6,49 42,12 24 0,79 0,63 64 Efek besar

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan menganalisis di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada tabel perhitungan besarnya pengaruh di atas, diperoleh besarnya r = 0,49 pada kelas kontrol dan r = 0,79 pada kelas eksperimen. Berdasarkan kriteria yang

digunakan, pada kelompok kontrol besarnya effect size yang diperoleh menunjukkan bahwa metode ceramah memiliki efek besar terhadap kemampuan

menganalisis dengan peningkatan sebesar 25 %. Pada kelompok eksperimen besarnya effect size yang diperoleh menunjukkan bahwa model pembelajaran van Hiele memiliki efek besar terhadap kemampuan menganalisis dengan peningkatan sebesar 64%.

2. Uji Korelasi antara Rerata pretest dan posttest I

Uji Korelasi antara rerata pretest dan posttest I untuk mengetahui korelasi atau hubungan hasil antara rerata pretest dan posttest I kemampuan menganalisis. Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I menggunakan Pearson Correlation (Field, 2009: 177). Hal tersebut dikarenakan data pretest - posttest I

berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 ada hubungan yang positif dan signifikan antara hasil rerata pretest ke posttest I (Field, 2009: 181). Berikut tabel interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis (Fraenkel, 2012: 253).

Tabel 4.22 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi

Correlation Coefficient Interpretasi

0,00 – 0,40 Rendah 0,41 – 60 Cukup besar

0,61 – 80 Sangat besar, akan tetapi jarang di penelitian pendidikan

0,81 atau lebih Kemungkinan kesalahan perhitungan atau sangat besar hubungannya

Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I kemampuan menganalisis (lihat lampiran 4.13).

Tabel 4.23 Koefisien Korelasi Kemampuan Menganalisis

No Kelompok Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan 1 Kontrol 0,107 0,611 Tidak ada hubungan 2 Eksperimen 0,143 0,495 Tidak ada hubungan

Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I, harga

Sig. (2-tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,611 (atau p > 0,05) sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor

kelompok kontrol menunjukkan 0,107, maka hasil rerata pretest dan hasil rerata

posttest I termasuk pada kategori rendah. Harga koefisien Pearson Correlation

menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol.

Pada kelompok eksperimen hasil uji korelasi antara rerata pretest dan

posttest I, harga Sig. (2-tailed) adalah 0,446 (atau p > 0,05) sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor

pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen. Hasil koefisien Pearson Correlation kelompok eksperimen menunjukkan 0,143, maka hasil rerata pretest

dan hasil rerata posttest I termasuk pada kategori rendah. Harga koefisien Pearson Correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest

rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I

akan tinggi pada kelompok eksperimen, meskipun demikian data menunjukkan bahwa korelasi tersebut tidak signifikan pada kemampuan menganalisis.

3. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan sesudah sekian waktu atau pada posttest II masih sekuat pengaruh perlakuan pada posttest I. Uji retensi pengaruh perlakuan ini dilakukan dengan cara memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest II dilakukan 3 minggu setelah pelaksanaan posttest I. Hasil rerata skor dari posttest II akan diuji perbandingannya dengan rerata skor posttest I, hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan rerata skor posttest I dan posttest II

pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah statistik parametrik dalam hal ini Paired samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95%.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan yaitu jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara skor posttest I dan skor posttest II pada kelompok kontrol

maupun pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen (Priyatno, 2010: 108). Berikut merupakan hasil perhitungan uji retensi pengaruh perlakuan pada kemampuan menganalisis (lihat Lampiran 4.15).

Tabel 4.24 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis

No Kelompok Mean Peningkatan

(%)

Sig. (2-tailed)

Keterangan

Postest I Postest II

1 Kontrol 3,90 3,53 -9,48 0,38 Tidak ada pernedaan 2 Eksperimen 4,40 3,89 -11,59 0,00 Ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Paired samples t-test diketahui bahwa rerata skor posttest I-posttest II kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rerata selisih posttest I-posttest II kelompok kontrol pada kemampuan menganalisis. Pada kelompok kontrol diperoleh harga M = 0,37; SD = 0,85; SE = 0,17; t = 2,20; dan df = 24 sedangkan pada kelompok eksperimen harga M = 0,50;

SD = 0,57; SE = 0,11; t = 4,37; dan df = 24.

Hasil uji perbandingan skor posttest I ke posttest II di atas menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) kelompok kontrol sebesar 0,38 (atau p > 0,05) sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II

pada kemampuan menganalisis di kelompok kontrol. Presentase penurunan skor pada kelompok kontrol sebesar -9,48%.

Hasil uji perbandingan skor posttest I ke posttest II di atas menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) kelompok eksperimen sebesar 0,00 (atau p < 0,05) sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kemampuan menganalisis di kelompok eksperimen. Presentase penurunan skor pada kelompok eksperimen sebesar -11,59%.

Dari tabel di atas diketahui bahwa seluruh rerata skor posttest II lebih rendah dengan demikian terjadi penurunan skor pada semua indikator yang diteliti

namun tidak signifikan. Pada kelompok eksperimen diketahui bahwa rerata skor

posttest II lebih rendah daripada seluruh rerata skor posttest I kelompok eksperimen. Dengan demikian terjadi penurunan skor pada semua indikator yang diteliti tetapi tidak signifikan. Berikut adalah grafik retensi pengaruh perlakuan kemampuan menganalisis.

Gambar 4.4 Grafik perbandingan pretest, posttest I, dan posttest II Menganalisis

Dokumen terkait