• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Saksi, Ahli dan Tersangka

Dalam dokumen PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHA (Halaman 129-168)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

4.3 Uraian proses penyidikan tindak pidana kekerasan terhadap

4.3.4 Pemeriksaan Saksi, Ahli dan Tersangka

Dalam tahap pemeriksaan ini, penyidik Ditreskrimum Polda Bali melakukan pemeriksaan dalam rangka membuat terang perkara tindak pidana dengan terduga pelaku Margriet Ch. Megawe. Pada tahap ini, penyidik

melakukan pemeriksaan terhadap para saksi sebanyak 42 (empat puluh dua) orang, para ahli sejumlah 14 (emapt belas orang) dan terduga pelaku sejumlah 1 (satu) orang.

Tabel 4 : DAFTAR SAKSI

NO NAMA PEKERJAAN KET

1 Nyoman Masni, SH Ketua LPA Saksi

2 I Ketut Rayun Polri Saksi

3 Agung Kusumajaya Polri Saksi

4 I Dewa Ketut Raka Satpam Saksi

5 Hamidah Ibu Rumah Tangga Saksi

6 Rosidik Buruh Proyek Saksi

7 Susiani Swasta Saksi

8 Rahmat Handono Swasta Saksi

9 Misnatik als. Atik Swasta Saksi

10 Musrah Swasta Saksi

11 Arhana bin H. Juddah Swasta Saksi

12 Lorenne I. Soriton Ibu Rumah Tangga Saksi 13 Yuliet Christen H. Ibu Rumah Tangga Saksi 14 Frangky Alexander Maringka Ibu Rumah Tangga Saksi 15 Agustay Handa May Swasta / Pembantu

Rumah Tangga Saksi

16 Ketut Sutapa Perangkat Desa /

Kepala Lingkungan Saksi

17 I Wayan Gede Sardula Guru TK Saksi

18 I Ketut Ruta Guru / Kepala Sekolah

SDN 12 Sanur Saksi

19 Putu Sri Wijayanti SE Guru Saksi

20 Ni Komang Juniati Swasta Saksi

21 Anneke Wibowo Notaris Saksi

22 Christina T. Scarborough Mahasiswa Saksi

23 Yvonne Caroline Megawe Swasta Saksi

24 Andika Andakonda Swasta Saksi

25 Mohammad Halki Swasta Saksi

26 Yeanne Megawe Ibu Rumah Tangga Saksi

27 Juwari Buruh Bangunan Saksi

28 I Putu Sukanaya Polri Saksi

29 Callista Rukmiastanti Wiraswasta Saksi

30 Putu Kariani Ibu Rumah Tangga Saksi

31 Yosep Daga Ngara als. Yosep

Security

Saksi

32 Wahidah als. Mak DAh Pedagang Saksi

33 Ni Nengah Ayu Purnami als.

Ibu Ayu Saksi

35 Benediktus Marianus Sinagula

Koordinator Security

Saksi 36 Riden Landu Hamaweku als.

Riden

Swasta

Saksi

37 Nurul Hasobah Swasta Saksi

38 Ni Ketut Sriani Als. Anik Ibu Rumah Tangga Saksi

39 Ni Nyoman Reki Ibu Rumah Tangga Saksi

40 Ni Ketut Rai Sukaniti Swasta Saksi

41 Ni luh Kade Adnyani al. Bu Kadek

Wiraswasta

Saksi

42 Muhammad Ramli WIraswasta Saksi

Sumber : Data diolah oleh penulis berdasarkan telaah Berkas Perkara Nomor : BP/ 84/ VII/ 2015/ DITRESKRIMUM

1. Pemeriksaan Saksi Nyoman Masni SH.

Saksi merupakan pemerhati anak yang sehari-hari bekerja sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Bali. Saksi Nyoman Masni dimintai keterangannya sehubungan dengan kasus menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran atau melakukan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga atau penelantaran dalam lingkup rumah tangga yang dialami oleh korban Engeline.

Nyoman Masni tidak mengenal anak bernama Engeline, tetapi mengetahui nama Engeline dari media karena dikabarkan hilang dari rumah pada tanggal 16 Mei 2015. Berdasarkan pemeriksaan oleh penyidik, Nyoman Masni juga tidak mengenal Margriet Ch. Megawe, namun mengetahui bahwa Margriet Ch. Megawe merupakan ibu angkat Engeline dari Media. Nyoman Masni mengetahui informasi bahwa Engeline telah hilang dari rumahnya pada tanggal 18 Mei 2015 melalui media.

Pada tanggal 10 Juni 2015 Nyoman Masni memperoleh informasi dari Kepolisian bahwa Engeline telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sehingga atas kejadian tersebut Nyoman Masni telah menduga telah terjadi

tindak pidana menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran atau melakukan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga atau penelantaran dalam lingkup rumah tangga, sehingga saksi melaporkan kejadian tersebut ke kantor SPKT Polda Bali melalui Laporan Polisi Nomor : LP/ 260/ VI/ 2015/ Bali/ SPKT tanggal 12 Juni 2015.

2. Pemeriksaan Saksi I Ketut Rayun

I Ketut Rayun, Ipda merupakan Anggota Polresta Denpasar yang pada saat itu bertugas melakukan penyelidikan terhadap laporan anak hilang di Polsek Denpasar Timur. Menurut keterangan I Ketut Rayun, pada tanggal 10 Juni 2014, tim Penyelidik Polresta Denpasar mendapat panggilan dari Kapolda Bali untuk melakukan pengecekan ulang terhadap TKP Jalan Sedap Malam No. 26 Denpasar Timur, terkait laporan anak hilang atas nama Engeline.

Setelah tiba di lokasi, I Ketut Rayun kemudian membagi tugas pada timnya. I Ketut Rayun bersama anggota Agung Kusumajaya masuk ke halaman belakang kandang ayam, kemudian di belakang kandang ayam terdapat pohon pisang dan sampah-sampah kotoran ayam dan daun.

Selanjutnya I Ketut Rayun bersama Agung Kusumajaya mencoba mencangkul-cangkul tanah di belakang kandang ayam tesebut. I Ketut Rayun menyuruh Agung untuk mencoba menggali pelan-pelan. Pada saat Agung Kusumajaya mencangkul sebanyak dua kali, sudah terlihat kain putih, selanjutnya Agung Kusumajaya mencangkul lagi secara perlahan sehingga menemukan bungkusan kain besar pada lubang itu. Agung kemudian

mengangkat bungkusan tersebut dan meletakkan di samping lubang. Setelah dibuka terlihat rambut dan celana jeans.

Sebelum ditemukan mayat, tanah sekitar dalam keadaan kering, kemudian setelah dilakukan penggalian terhadap lubang, kondisi tanah bagian dalam ternyata basah, setelah dicangkul lebih dalam lubang tersebut tergenang air.

3. Pemeriksaan Saksi Rosidik

Menurut Rosidik, Engeline adalah anak kandung Rosidik yang kedua, dari pernikahannya dengan Hamidah. Engeline lahir pada tanggal 19 Mei 2007 di Klinik Bersalin Canggu, Kuta Utara, Badung. Pada tanggal 24 Mei 2007, Rosidik diajak Margriet Ch. Megawe ke notaris untuk menandatangani surat perjanjian pengangkatan anak.

4. Pemeriksaan Saksi Susiani

Susiani dalam pemeriksaan mengaku mengenal Engeline dan Margriet Ch. Megawe namun tidak memiliki hubungan keluarga. Susiani tinggal dengan menyewa kamar kos di rumah Margriet Ch. Megawe, Jalan Sedap Malam No. 26 Denpasar Timur.

Sejak tahun 2013, Margriet Ch. Megawe mulai beternak ayam dan Engeline sejak kelas 1 SD memberikan makan dan minum ayam. Hal itu dilakukan Engeline mulai bangun pagi pukul 06.00 WITA sampai hendak pergi ke sekolah, kemudian setelah kembali dari sekolah, Engeline mengerjakan pekerjaan tersebut kembali. Pekerjaan itu dilakukan hingga Engeline dinyatakan hilang pada tanggal 16 Mei 2015.

Pada suatu ketika, Susiani mengetahui ketika Engeline disuruh oleh Margriet CH. Megawe untuk membantu menutup kandang ayam dengan

menggunakan terpal. Pada saat itu hujan deras di malam hari dan Engeline tetap melakukannya hingga basah kuyub karena tidak memakai jas hujan.

Dalam keterangannya, Susiani sering mendengar Margriet Ch. Megawe mengatakan kepada Engeline disaat sedang diam dan tidak melakukan pekerjaan, Margriet Ch. Megawe berkata “kamu sudah saya kasih hidup, kerja yang betul!”. Susiani mendengar hal itu sekitar bulan April 2015.

Kemudian sekitar bulan Mei 2015, Susiani juga mendengar Margriet Ch. Megawe mengancam Engeline dengan berkata ”kamu kalau tidak kasih makan ayam, kamu tidak usah sekolah dan tidak usah makan!”.

Selama tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe, Susiani mengetahui bahwa lingkungan dan kondisi rumah kotor dan tidak layak huni karena banyak kotoran ayam yang berserakan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Susiani juga pernah melihat Engeline setelah pulang sekolah dan pingsan, namun Margriet Ch. Megawe tidak membawanya ke dokter.

Pada tanggal 15 Mei 2015 Susiani diberi tahu oleh Agustay Handa May bahwa Engeline telah dipukul oleh Margriet Ch. Megawe sampai hidungnya berdarah.

Susiani menyatakan dalam keterangannya didepan penyidik bahwa saat terakhir dirinya bertemu dengan Engeline tanggal 16 Mei 2015 pada pukul 12.30 WITA, Engeline mengenakan pakaian daster tanpa lengan dan sandal berwarna putih tali orange. Kemudian sekitar pukul 17.00 WITA, Susiani datang dari luar rumah dan kemudian Agustay Handa May memberitahu bahwa Engeline telah hilang dari rumah.

5. Pemeriksaan Saksi Rahmat Handono

Sejak tahun 2013, Margriet Ch. Megawe mulai beternak ayam dan Engeline sejak kelas 1 SD memberikan makan dan minum ayam. Hal itu dilakukan Engeline mulai bangun pagi pukul 06.00 WITA sampai hendak pergi ke sekolah, kemudian setelah kembali dari sekolah, Engeline mengerjakan pekerjaan tersebut kembali. Pekerjaan itu dilakukan hingga Engeline dinyatakan hilang pada tanggal 16 Mei 2015.

Selama Rahmat Handono tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe, Rahmat Handono todak pernah mengajak Engeline bersembahyang, bahkan tidak tahu Engeline menganut agama apa. Rahmat juga tidak pernah melihat Margriet Ch. Megawe mengajari Engeline untuk sembahyang.

Rahmat Handono mengetahui Engeline bangun pukul 06.00 WITA dan langsung memberi makan ayam sambil menarik ember berisi makanan ayam dan karena tidak ada tempat untuk makan ayam, sehingga makanan berantakan, hal tersebut membuat Margriet Ch. Megawe marah dengan nada keras, kemuudian Margriet Ch. Megawe berkata “ini gimana acak-acakan makanan mahal ini!” dan sekitar pukul 10.30 WITA Rahmat Handono masih melihat Engeline mencuci tempat minum ayam yang kotor, kemudian setelah itu baru bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Pada April 2015, Rahmat Handono mendengar Margriet Ch. Megawe berkata kepada Engeline “kamu sudah saya kasih hidup, kerja yang betul” yaitu pada saat Engeline diam dan tidak melakukan pekerjaan. Selama tinggal disana, Engeline tidak menjawab apapun ketika ditanya Rahmat Handono, dia tidak mau berkomunikasi. Margriet Ch. Megawe juga tidak

pernah mengajak untuk beribadah, bahkan Rahmat Handono tidak mengetahui agama Engeline.

Lingkungan dan kondisi rumah kotor dan tidak layak huni karena banyak kotoran ayam yang berserakan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal itu disebabkan karena Margriet Ch. Megawe memiliki 100 ekor ayam, 15 ekor kucing dan 5 ekor anjing. Seluruh hewan peliharaan itu yang mengurus adalah Engeline, kemudian setelah Agustay Handa May bekerja disana, Agustay Handa May dan Engeline yang mengurus ternak tersebut.

Kemudian pada bulan April 2015, Rahmat Handono juga sempat melihat Agustay Handa May memindahkan tanah dengan menggunakan gerobak Arco warna merah. Tanah tersebut dipindahkan dari halaman belakang kandang ayam dipindahkan ke halaman depan dekat pintu pagar yang besar.

Rahmat Handono yakin bahwa Agustay Handa May melakukannya atas perintah Margriet Ch. Megawe, karena jika Agustay Handa May melakukannya tanpa seijin majikannya, maka Margriet akan marah. Pada saat itu, Margriet Ch. Megawe tidak memarahi Agustay Handa May.

Pada hari jumat tanggal 15 Mei 2015 sekitar pukul 09.30 WITA, Rahmat Handono mendengar teriakan Engeline dari kamar Margriet Ch. Megawe seperti berteriak kesakitan “Aaaaaaaa..”

Rahmat Handono yang pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 17.00 WITA datang dari luar rumah kemudian diberitahu oleh Agustay Handa May bahwa Engeline telah hilang dari rumah.

6. Pemeriksaan Saksi Misnatik als. Atik

Atik adalah mantan pembantu rumah tangga yang pernah bekerja di rumah Margriet Ch. Megawe. Dalam keterangannya, Misnatik saat berkunjung ke rumah Margriet Ch. Megawe sekitar bulan Januari 2015 pukul 11.00 WITA, kondisi rumah Margriet Ch. Megawe kotor dan banyak hewan peliharaan seperti ayam, kucing, dan anjing. Pada saat itu Atik melihat Engeline sedang memberi makan ayam dengan cara mengangkat ember besar yang berisi jagung dan konsentrat kemudian diberikan pada ayam.

7. Pemeriksaan Saksi Arhana bin H. Juddah

Arhanna pernah bertanya kepada Margret Ch. Megawe als Bu Tely “kamu gereja dimana?” kemudian Margriet Ch. Megawe als Bu Tely menjawab “gerejanya di rumah”. Kemudian Arhanna juga pernah bertanya tentang Engeline kepada Margrieth Ch. Megawe als Bu Tely “Tel kok kamu ngga pernah membabtis Engeline?” jawab Margriet Ch. Megawe als Bu Tely “Nanti anak ini umur 18 tahun, seandainya dia ingin sama dengan agama orang tuanya, agar bisa dilakukan”

8. Pemeriksaan Saksi Lorenne I. Soriton

Menurut Lorenne I. Soriton kegiatan sehari-hari Engeline adalah bangun pagi pukul 05.00 WITA, karena dibangunkan oleh Margriet Ch. Megawe. Pada saat itu Engeline belum sempat makan apa-apa dan langsung bersih-bersih rumah kemudian memberi makan ayam, kemudian membersihkan kotoran ayam yang ada di halaman. Pada pukul 10.00 WITA Engeline bersiap-siap berangkat ke sekolah. Pada pukul 11.00 WITA

berangkat ke sekolah. Kemudian Engeline pulang sekolah pada pukul 17.00 WITA dan kembali mengurus makan ayam.

Sekitar bulan Januari 2015 sekitar pukul 20.00 WITA, Lorenne I. Soriton melihat Margriet Ch. Megawe memukul Engeline di bagian betis kanan berkali-kali dengan menggunakan kayu jenis balok berukuran kurang lebih 1 (satu) meter berkali-kali sehingga menyebabkan betis kanan Engeline bengkak berwarna biru.

Engeline juga sering dimaki-maki oleh Margriet Ch. Megawe dengan kata-kata “kamu sudah saya kasih hidup, kasih makan, kasih besar, gak mau kerja! Dari kecil saya harus didik kamu mandiri!”

Sekitar bulan Februari 2015, di halaman rumah Margriet Ch. Megawe, Lorenne I. Soriton melihat Margriet Ch. Megawe memukul Engeline dengan menggunakan bambu berukuran sedang kurang lebih 1 (satu) meter ke bagian punggung sampai bambu itu pecah, hal ini mengakibatkan punggung Engeline bengkak dan berwarna biru.

9. Pemeriksaan Saksi Yuliet Christen H.

Setiap Yuliet Christen bangun pagi, paling awal pukul 06.00 WITA selalu mendapati Engeline sudah memberi makan ayam yang jumlahnya banyak, hal ini ata perintah Margriet Ch. Megawe. Engeline mengurus ayam sampai pukul 10.00 WITA, bahkan Yuliet Christen pernah melihat Engeline masih memberi makan ayam saat Engeline sudah mengenakan pakaian sekolah, padahal Engeline hadrus berangkat pukul 11.00 WITA dengan berjalan kaki menempuh jarak 2 Km.

Yuliet Christen mengatakan bahwa Engeline ditarik rambutnya oleh Margriet Ch. Megawe hanya gara-gara tidak menjawab saat dipanggil oleh

Margriet Ch. Megawe. Yuliet juga pernah mendengar Margriet Ch. Megawe memarahi Engeline dengan membentak dan mengeluarkan kata-kata kasar seperti “kamu bodoh, pembohong, saya sudah kasih kamu makan, bukan untuk enak-enakan, saya sudah kasih kamu hidup, kamu harus kerja! Jangan malas-malasan!”

10. Pemeriksaan Saksi Frangky Alexander Maringka

Frangky Alexander Maringka merupakan mantan pekerja Margriet Ch. Megawe. Saat itu bersama istri dan anaknya pernah tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe selama 3 bulan dari tanggal 13 Desember 2014 sampai dengan 9 Maret 2015. Frangky kasihan melihat Engeline mengurus ayam sehingga dirinya berinisiatif untuk membantu Engeline dalam mengurus ayam, sedangkan keseharian Engeline yaitu bangun pagi pukul 06.00 WITA, Engeline membantu Frangky memberi makan ayam kemudian dia membantu Margriet Ch. Megawe bersih-bersih dapur seperti menyapu dan mengepel serta membersihkan rumah. Kemudian sekitar pukul 11.00 WITA Engeline mandi untuk bersiap-siap sekolah dengan berjalan kaki dan pulang sekitar pukul 16.30 WITA dan Engeline kembali memberi makan kucinga dan anjing.

Selama tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe, Frangky pernah melihat tetangga rumah yang tidak diketahui namanya, datang ke rumah 2 kali untuk membeli 2 ekor ayam seharga Rp. 250.000, kemudian pada kedatangan kedua, yang berselang hanya tiga hari, orang tersebut membeli 4 ekor ayam, tetapi Frangky tidak mengetahui harganya.

Dalam keterangan yang dihimpun penyidik, Frangky Alexander Maringka menyatakan saat dirinya tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe,

Engeline sering terlihat bermain dengan membawa boneka Barbie. Frangky Alexander Maringka sempat membantu Engeline memasang kepala boneka Barbie yang lepas. Biasanya setiap bermain diluar, boneka itu selalu digendong.

Sekitar bulan Februari 2015, Frangky mengatakan bahwa Margriet Ch Megawe memukul Engeline dengan sepotong bambu karena anak ayam milik Margriet Ch Megawe hilang satu ekor. Frangky pada saat tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe, Engeline selalu dibentak-bentak oleh Margriet Ch. Megawe dengan kata-kata “bodoh! Pembohong! God damn it! (bahasa inggris)”

11. Pemeriksaan Saksi Agustay Handa May

Agustay Handa May merupakan pembantu rumah tangga yang tinggal di rumah Margriet Ch. Megawe di Jalan Sedap Malam No. 26 Denpasar Timur. Agustay Handa May bekerja dengan Margriet Ch Megawe sejak bulan Maret 2015. Tugasnya adalah memberi makan ayam sekitar 100 (seratus) ekor, 5 (lima) ekor anjing dan 10 (sepuluh) ekor kucing. Agustay Handa May mengenal Engeline sebagai anak dari Margriet Ch. Megawe.

Dalam melaksanakan pekerjaanya, Agustay Handa May selalu dibantu oleh Engeline. Namun Agustay Handa May sering mendengar Margriet Ch. Megawe setiap hari selalu memarahi Engeline. Margriet Ch. Megawe mengeluarkan kata-kata “disini aku membayar kamu! Kalau tidak mau kerja, keluar dari rumah ini!”. Engeline juga tidak diperbolehkan bergaul dengan teman sebayanya, apabila ingin ke luar rumah, maka disuruh masuk oleh Margriet Ch. Megawe.

Sekitar bulan April 2015, Margriet menyuruh Agustay Handa May membuat Lubang di belakang kandang ayam di pojok timur rumahnya. Sejak lubang itu dibuat sampai digunakan untuk mengubur mayat Engeline, lubang itu tidak pernah digunakan sebagai tempat sampah maupun tempat pembuangan kotoran ayam atau air. Hingga pada tanggal 16 Mei 2015, Margiet Ch. Megawe menyuruhnya menggali lubang tersebut lebih dalam untuk mengubur Engeline.

Agustay Handa May juga mengatakan sempat bertemu dengan Engeline pada tanggal 15 Mei 2015. Pada saat itu hidung Engeline terlihat dalam keadaan berdarah, dan saat Agustay Handa May bertanya, Engeline mengatakan bahwa dirinya telah dipukul oleh mama (Margriet Ch. Megawe). Pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 12.30 WITA, Agustay mendengar suara Engeline menangis sambil berteriak “mama...mama lepas!” suara tersebut terdengar selama 2-3 menit setelah itu tidak terdengar lagi. Beberapa saat kemudian pada saat Agustay Handa May mengambil gergaji dan palu di depan kamar Agustay Handa May yang akan digunakan untuk membuat kandang ayam, Margriet Ch. Megawe memanggil Agustay Handa May dari kamarnya dengan mengatakan “Agus kesini sebentar” dengan nada biasa tidak berteriak. Agustay Handa May kemudian menuju ke kamar Margriet Ch. Megawe melalui pintu depan. Saat memasuki kamar, Agustay Handa May melihat Margriet Ch. Megawe sedang memegang rambut korban Engeline dengan keras oleh kedua tangannya. Pada saat itu posisi tubuh Engeline miring menghadap ke tempat tidur, kaki menyentuh lantai, tangan kiri terkulai lemas ke lantai, posisi kepala setinggi tempat tidur. Setelah Agustay Handa May masuk,

Margriet melepas pegangannya sehingga Engeline jatuh ke lantai dengan kepala bagian belakang membentur lantai sebanyak satu kali. Engeline terkulai lemas.

Untuk memastikan Engeline sudah meninggal dunia, Margriet Ch Megawe menyuruh Agustay Handa May menginjak kaki Engeline, dan menyulutnya dengan rokok namun Agustay Handa May menolaknya, akhirnya Margiet Ch. Megawe yang melakukannya.

Sebelum meninggal, Engeline mengenakan pakaian daster tanpa lengan kemudian setelah selesai mengubur jenazah Engeline, Margriet Ch. Megawe menyuruh Agustay Handa May bahwa apabila Susiani dan Rahmat Handono datang, agar mengatakan Engeline telah hilang.

12. Pemeriksaan Saksi I Wayan Gede Sardula

Wayan Gede Sardula adalah Kepala Sekolah PAUD Tri Ratna Permata Bumi. Dalam keterangannya Wayan Gede Sardula mengatakan bahwa pada saat Engeline bersekolah disana, fisiknya dalam keadaan kurus.

13. Pemeriksaan Saksi I Ketut Ruta

Ketut Ruta adalah Kepala Sekolah SD 12 Sanur Denpasar Selatan. Ketut Ruta diambil keterangannya oleh penyidik dalam rangka menggali informasi tentang Engeline selama bersekolah disana. Ketut Ruta menerangkan menurut pemberitahuan Margriet Ch. Megawe kepada dirinya, selama di Bali Engeline tidak pernah diajak beribadah ke gereja.

Dalam hal pendaftaran sekolah SD 12 Denpasar Selatan, harus menunjukkan akta kelahiran atau surat keterangan lahir, kartu domisili, dan administrasi uang pendaftaran sudah, tetapi untuk persyaratan Akta

Kelahiran keterangan lahir Engeline tidak dapat dipenuhi oleh Margriet Ch. Megawe.

Selain itu, sekitar bulan April 2015 Ketut Ruta melihat Engeline dalam keadaan rambut acak-acakan, pakaian kelihatan agak kotor, dan bajunya tidak disetrika.

14. Pemeriksaan Saksi Putu Sri Wijayanti S.E.

Putu Sri Wijayanti adalah wali kelas Engeline selama Engeline bersekolah di SD 12 Sanur Denpasar Selatan.

Dalam Catatan surat pendaftaran murid, nama Margriet Ch. Megawe tercatat sebagai ibu kandung Engeline, Engeline beragama kristen protestan dan sebelumnya bersekolah di TK Tri Ratna Permata Bumi. Sekitar bulan Agustus 2014, pada saat Margriet menjemput Engeline, Putu Sri Wijayanti bertanya pada Margriet Ch. Megawe “Dimana gereja Engeline disini bu?” kemudian Margriet Ch. Megawe menjawab “selama disini saya belum pernah membawa Engeline ke Gereja”

Sekitar bulan Agustus 2014 ketika Putu Sri Wijayanti mengeramasi rambut Engeline, dirinya menawarkan pada Engeline apakah mau tinggal dengan bu guru, pada saat itu Engeline yang pendiam hanya mengangguk tanda setuju. Kemudian hal tersebut Putu Sri Wijayanti tawarkan kepada Margriet Ch. Megawe saat menjemput Engeline di sekolah. “apakah boleh Engeline tinggal bersama saya?” kemudian dijawab oleh Margriet Ch. Megawe “tapi Engeline punya tugas memberi makan ayam, kucing dan anjing”

Selama menjadi wali kelas Engeline, Putu Sri Wijayanti melihat penampilan Engeline kurang bersih dan dirinya pernah mencuci rambut

Engeline pada jam istirahat sekolah karena di kepala korban terdapat debu dan tanah yang sudah mengeras, sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar. Putu Sri Wijayanti juga pernah mengelap leher dan wajah Engeline dengan tissue karena banyak debu dan kotoran yang menempel. Kemudian sekitar bulan April 2015 Putu Sri Wijayanti juga melihat kaos kaki putih Engeline sudah berubah menjadi cokelat dan mengetahui bahwa Engeline sering datang terlambat ke sekolah.

Perilaku Engeline di sekolah adalah pendiam, suka menyendiri, tidak mau bergaul bahkan saat korban tidak membawa alat tulis, Putu Sri Wijayanti menyuruh untuk meminjam kepada temannya, namun Engeline menolak, kemudian dalam hal penerimaan pelajaran, Engeline kurang aktif dan kurang fokus, dalam prestasi, Engeline termasuk peringkat sedang. 15. Pemeriksaan Saksi Ni Komang Juniati

Dalam dokumen PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHA (Halaman 129-168)

Dokumen terkait