Bab VIII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
III- 6 Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016-2020 ( Rp juta)
2016 2017 2018 2019 2020
Pajak Daerah 14.060,8 17.667,2 20.370,0 24.181,1 23.556,9 Retribusi Daerah 4.158,0 4.495,4 4.986,3 4.534,6 3.691,6 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg dipisahkan 2.117,8 2.422,0 2.425,1 2.675,3 3.226,7 Lain-lain PAD 47.723,6 95.187,3 45.659,6 53.777,2 46.954,2 Pendapatan Asli Daerah 68.060,3 119.771,9 73.440,8 85.168,2 77.429,5
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2021
Akibat adanya perbedaan pencatatan Dana Bos dan laju pertumbuhan antara sumber PAD, mengakibatkan terjadinya perubahan yang signifikan dari kontribusi sumber sumber PAD. Kontribusi Lain-lain PAD yang Sah terbesar tetapi mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kontribusi Lain-lain PAD yang Sah tahun 2016 adalah 70,12%, naik menjadi 79,47% tahun 2017, tetapi tahun-tahun berikutnya turun sehingga menjadi 60,64% tahun 2020.
Kontribusi terbesar kedua adalah Pajak Daerah, yang kontribusinya mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 20,66% tahun 2016 menjadi 30,42% tahun 2020. Kontribusi Retribusi Daerah sempat mengalami peningkatan sehingga mencapai 6,79% pada tahun 2018, tetapi tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan sehingga hanya 4,77% tahun 2020. Sedangkan kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota di Bank Nagari.
Perkembangan kontribusi sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2016-2020 dapat dilihat pada Grafik 3.4.
Grafik 3.4
Kontribusi Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016-2020 (%)
Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2021
III-7 2016-2020 di atas 90%. Efektifitas penerimaan terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 84,11%, dan yang tertinggi terjadi tahun 2017 yaitu sebesar 96,07%. Jika dibandingkan efektifitas penerimaan sumber-sumber PAD tersebut, pendapatan dari Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan memiliki tingkat efektifitas penerimaan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bahkan, efektifitas penerimaan Retribusi Daerah dalam 5 tahun terakhir rata-rata hanya 78,36%. Oleh sebab itu, peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dan Retribusi Daerah merupakan salah fokus kebijakan yang mutlak perlu ditingkatkan.
Perkembangan efektifitas penerimaan PAD dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Efektifitas Penerimaan PAD Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016-2020 (%)
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Rata-Rata per
Tahun PENDAPATAN ASLI DAERAH 93,10 96,07 84,11 87,74 89,34 (1,03) Pendapatan Pajak Daerah 90,52 89,04 86,68 84,85 77,90 (3,69) Pendapatan Retribusi Daerah 76,25 95,64 71,91 70,99 77,02 0,25 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 104,44 92,88 81,99 90,45 96,21 (2,03) Lain-lain PAD Yang Sah 95,28 97,60 84,67 90,81 97,26 0,52 Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2021
Analisis lebih rinci terhadap jenis Pajak Daerah menunjukkan bahwa Pajak Penerangan Jalan adalah sumber utama dan memberikan kontribusi terbesar terhadap Pajak Daerah, dengan laju pertumbuhan 12,75 per tahun. Jenis Pajak Daerah terbesar kedua adalah Pajak Meneral Bukan Logam dan Batuan, yang menunjukkan laju pertumbuhan lebih tinggi yaitu 32,33% per tahun. BPHTB sebagai jenis Pajak Daerah terbesar ke tiga juga menunjukkan pertumbuhan positif. Tetapi, pendapatan dari PBB P2 yang merupakan sumber pendapatan yang berpotensi besar mendukung PAD daerah, ternyata memiliki pertumbuhan minus 5,21%. Secara logika hal ini tidak mungkin terjadi seandainya wajib pajak patuh untuk melunasi kewajibannya. Sedangan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan beberapa jenis Pajak Daerah lainnya belum mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap PAD Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota. Perkembangan realisasi Pajak Daerah menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Realisasi Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016-2020 (Rp juta)
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan Rata-Rata per Tahun (%)
1 Pajak hotel 3,55 23,43 22,54 31,94 17,18 48,32
2 Pajak restoran 647,59 885,98 912,89 1.190,12 940,78 9,79
3 Pajak Hiburan 7,45 2,11 6,90 21,40 93,50 88,22
4 Pajak Reklame 293,38 248,34 223,69 181,91 177,82 (11,77)
5 Pajak Penerangan
Jalan 7.227,12 10.322,11 11.813,60 12.193,23 11.679,47 12,75
6 Pajak Air Tanah 202,97 206,56 208,31 178,26 0,84 (74,65)
7 Pajak sarang walet - - - - 0,10
8 Pajak Mineral bukan
logam dan batuan 2.285,34 2.764,13 3.777,90 6.278,96 7.007,37 32,33
9 PBB P2 1.817,31 1.916,71 1.305,47 1.747,15 1.467,46 (5,21)
10 BPHTB 1.576,09 1.278,86 2.098,68 2.358,15 2.172,43 8,35
Jumlah Pajak Daerah 14.060,79 17.648,23 20.369,98 24.181,11 23.556,95 13,77 Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2021
Capaian kinerja yang kurang bagus sebagaimana dijelaskan di atas juga terjadi pada Retribusi Daerah. Kecuali Retribusi Pelayanan Kesehatan yang saat ini juga sudah dimasukkan sebagai Lain-lain Pendapatan Asli yang Sah, memberikan kontribusi yang masih rendah, dan cendrung mengalami penurunan sehingga secara keseluruhan Retribusi Daerah mengalami laju pertumbuhan minus 2,04%.
Penurunan kinerja ini secara tidak langsung mengambarkan penurunan pelayanan OPD terkait. Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan, strategi, dan inovasi khusus untuk meningkatkan penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota pada masa datang. Perkembangan Realisasi Retribusi menurut jenisnya dapat di lihat di Tabel 3.4.
III-8 Tahun 2016-2020 (Rp juta)
No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan
Rata-Rata per Tahun (%)
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan 1.353,34 1.377,50 1.447,22 - -
2. Retribusi Pelayanan
Persampahan 40,91 51,92 51,16 71,63 78,68 16,18
3. Retribusi Parkir ditepi jalan
umum 9,10 9,53 10,29 11,86 11,50 6,82
4. Retribusi Pelayanan Pasar 305,99 83,27 -
5. Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor 396,09 394,01 494,66 485,02 437,14 3,92
6. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
7. Retribusi Alat Pemadam 1,90 7,10 12,15 17,00
8. RetribusinTera Ulang 1,79 0,79
9. Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah 675,25 721,68 683,21 781,48 637,11 -0,24
10. Retribusi Terminal 373,33 442,87 426,02 426,89 397,92 0,8
11. Retribusi Tempat Khusus Parkir 26,30 39,06 26,05 23,93 24,09 -7,02 12. Retribusi Rekreasi dan Olahraga 655,97 951,87 1.623,63 1.719,85 1.643,38 20,8 13. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah 27,50 35,66 84,95 112,21 117,99 34,04
14. Retribusi IMB 199,62 321,90 131,71 887,72 326,06 21,93
15. Retribusi Izin Gangguan 93,25 63,95
16. Retribusi Izin Trayek 1,37 0,27 0,27 0,05 -
Jumlah Retribusi Daerah 4.158,01 4.495,39 4.986,25 4.534,57 3.691,64 -2,04 Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2021
Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari APBN/dana pusat yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil (DBH) pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
1. DBH terdiri dari DBH pajak dan DBH bukan pajak. DBH pajak berasal dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh WPOPDN), dan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21). Sedangkan DBH bukan pajak atau disebut juga dengan DBH sumber daya alam (SDA) terdiri dari Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi; dan Pertambangan Panas Bumi.
2. Dana Alokasi Umum (DAU), merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Secara nasional Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto dan ditetapkan dalam APBN.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Setiap tahun pemerintah menetapkan jenis DAK sekaligus menetapkan bidang-bidang yang akan dibiayai melalui dana pusat sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun bersangkutan. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Sedangkan besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Khusus untuk DAK Fisik besarannya ditentukan setelah adanya persetujuan pemerintah atas usulan kegiatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah melalui aplikasi Krisna yang dikoordinasikan oleh Bappenas. dengan melibatkan Kementerian/Lembaga terkait.
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Dana Perimbangan mengalami penurunan pada tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya karena pengurangan kewenangan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota sesuai diamanatkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu dari Rp1.010.102,02 juta tahun 2016 menjadi Rp992.052,78 juta tahun 2017. Pada tahun-tahun berikutnya berfluktuasi tetapi cendrung turun sehingga tahun 2020 jumlah Dana Perimbangan Pemerintah
III-9 Dana Alokasi Umum. Dengan demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penerimaan Dana Perimbangan dalam kurun waktu tahun 2016-2020 minus 1,55%.
Analisis berdasarkan tingkat pertumbuhan menunjukkan bahwa Dana Bagi Hasil Pajak menunjukkan tingkat pertumbuhan rata-rata minus tertinggi dibandingkan dengan sumber pendapatan Dana Perimbangan lainnya. Pertumbuhan rata-rata per tahun Dana Bagi Hasil Pajak adalah minus 8,25%, yaitu dari Rp18.856,79 juta tahun 2016 menjadi Rp13.360,70 juta tahun 2020.
Dana Alokasi Umum merupakan pendapatan Dana Perimbangan yang memiliki pertumbuhan minus tertinggi kedua, yaitu dari Rp760.431,50 juta tahun 2016 menjadi Rp696.866,98 juta tahun 2020, atau tumbuh minus 2,16% per tahun. Sedangkan pendapatan DAK dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam dan masih mengalami pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 0,75% dan 522,15%. Perkembangan Pendapatan Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2016-2020 dapat dilihat pada Grafik 3.5.
Grafik 3.5
Realisasi Pendapatan Dana Perimbangan
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016-2020 (Rp juta)
Sumber: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2021
Jumlah pendapatan DAU jauh lebih besar dibandingkan sumber penerimaan Dana Perimbangan lainnya tetapi memiliki laju pertumbuhan yang minus, dan DAK memiliki jumlah terbesar kedua tetapi memiliki laju pertumbuhan positif. Akibatnya, kontribusi DAU mengalami penurunan dari 75,28% pada tahun 2016 menjadi 73,43% tahun 2020 Sedangkan Kontribusi DAK naik dari 22,77% pada tahun 2016 menjadi 24,97% tahun 2020. Lebih lanjut perbedaan kontribusi kedua sumber utama Dana Perimbangan yang awalnya lebar tetapi tahun 2020 perbedaannya mengecil. Dengan demikian, ada kecendrungan peningkatan Dana Perimbangan melalui sumber dana DAK yang pada masa datang yang dapat diusahakan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota. Hal ini juga didukung karena adanya batasan jumlah DAU sebesar 26% dari APBN. Perkembangan kontribusi jenis pendapatan Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2016-2020 dapat dilihat pada Grafik 3.6.
III-10