• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Pedoman Penanganan Kecelakaaan Kapal Saat Operasi 1. Latar Belakang

2) Penanganan Internal

(a) Nakhoda selaku pimpinan tertinggi dalam kapal segera mengambil alih Komando dan melakukan tindakan penanganan yang diperlukan, yaitu memeriksa keadaan Penumpang dan Crew Kapal serta memeriksa besarnya kerusakan yang terjadi pada kapal.

(b) ABK memberikan pengumuman, agar penumpang semua tenang dan menempati tempat semula, agar tidak semakin membahayakan kondisi kapal yang kandas.

(c) Nahkoda segera memerintahkan kepada ABK mempersiapkan peralatan untuk memeriksa kondisi kapal (sekoci kerja, tali, pelampung).

(d) Menurunkan sekoci untuk memeriksa kondisi sekitar kapal untyuk mengetahui seberapa dalam kandas, seberapa luas area kandas.

(e) Jika kandas dirasa dapat dapat diatasi sendiri, Nahkoda melakukan tindakan sebagai berikut :

3) Memerintahkan penumpang untuk turun sementara dengan menggunakan sekoci ataupun baju pelampung yang ada dengan perlahan-lahan agar tidak mengakibtakan kapal oleng/terbalik.

4) Jika diperlukan, untuk mengurangi bahaya tenggelamnya kapal, Nahkoda memerintahkan ABK untuk mengurangi muatan dengan membuang barang/kendaraan ke laut.

5) Menyiapkan stand by olah gerak untuk maneuver kecil,

6) Mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di sekitarnya atau kepada para nelayan di sekitarnya.

7) Apabila kandas dapat diatasi, dan tidak terjadi kerusakan yang fatal dan dapat melanjutkan perjalanan, maka Nakhoda segera memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan.

8) Apabila akibat kejadian kapal kandas mengakibatkan dampak berupa orang jatuh kelaut/cedera, kebocoran dan tumpahan minyak, maka Nakhoda memerintahkan penanganan sesuai dengan jenis kejadiannya. 9) Bilamana kandas tidak dapat diatasi, Nakhoda segera memerintahkan

kepada semua ABK dan penumpang kapal untuk meninggalkan kapal dan ABK menyiapkan berbagai peralatan. Dalam proses meninggalkan kapal agar sesuai dengan penanganan meninggalkan kapal (SIJIL Meninggalkan Kapal). Nahkoda segera menghubungi SAR, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya untuk meminta bantuan untuk kondisi darurat kapal.

10) Penanganan Eksternal

a) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic Control) yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta bantuan harus segera memberitahukan kepada Manajer Operasional. Apabila kapal dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung berhubungan dengan kapal. Berita yang diterima harus dicatat dibuku jurnal radio.

b) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan mengenai keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada, yaitu lokasi kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.

c) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung jawab didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi SAR dan petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR untuk mencari dan menyelamatkan penumpang

d) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan darurat Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat Pusat dan sebaliknya.

e) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul

f) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah disiapkan g) Melakukan Jalur Komunikasi antara :

(1) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang (2) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat

(3) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat (4) Tim Tanggap Darurat dengan Direksi

11) Merinci Laporan dari Kapal/Cabang yang meliputi informasi data-data a) Jenis Kejadian yang dialami

b) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta c) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun) d) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)

e) Ada tidaknya korban dalam insiden atau kecelakaan yang terjadi f) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

g) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang .

h) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain: (1) Syahbandar

(2) Badan SAR Nasional (3) Rumah Sakit

(4) KPPP (5) TNI AL (6) Kepolisian

(7) Instansi terkait lainnya.

12) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda

13) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga terdekat awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan yang sudah/akan dilakukan.

14) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi kejadian

15) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi

16) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota Tim. 17) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat penampungan

dan pengobatan semetara bagi penumpang yang mengalami luka. Tim Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap siaga selama proses evakuasi korban berlangsung.

18) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa ke rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi yang meninggal.

19) Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal yang telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum melalui media cetak,audio dan visual. Keluarga korban yang bisa dihubungi segera dihubungi mengenai kondisi korban yang sebenarnya. 20) Bila dianggap perlu , menunjuk personil yang bertugas untuk

menjelaskan tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas izin Direksi.

21) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses pertolongan dan kondisi Korban.

22) Evaluasi dan Pelaporan

(a) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa.

(b) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke kantor Cabang.

(c) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke Kantor Pusat.

(d) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara, hasil evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Lebih jelasnya penanganan kecelakaan tubrukan kapal dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 2.21. Diagram Alir Penanganan Kecelakaan Kapal Kandas Perwira jaga segera perintahkan STOP

MESIN dan memberitahukan kepada Nahkoda dan mencatat posisi kapal,

dan waktu kejadian - Juru mudi siap dianjungan,

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untuk hubungan dengan darat atau dengan kapal lain jika dibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT) untuk regu pengendali kejadian, pemberitahuan awak

kapal dan penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi dan membunyikan alarm kapal kandas

Tidak menimbulkan kerusakan fatal dan dapat

ditangani internal

Nahkoda menganalisa tingkat kedaruratan kandas, bersama Mualim memeriksa kondisi

sekitar kapal untuk mengetahui seberapa dangkal kandas, seberapa luas area kandas

Nahkoda mengidentifikasi kerusakan kapal dan kondisi

penumpang

Menimbulkan kerusakan fatal dan tidak dapat

ditangani internal

Nahkoda memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan

Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR, Syahbandar, Stasiun Pantai

atau Kapal sekitarnya, melalui petugas STC pelabuhan Di Pelabuhan Petugas STC pelabuhan melaporkan ke manajer operasional tentang

keadaan darurat tubrukan Manajer operasional lapor ke Syahbandar yang juga langsung menghubungi SAR dan petugas berwenang lainnya untuk melakukan pertolongan dan penyelamatan serta menyiapkan tempat penampungan dan

pengobatan sementara Nahkoda memerintahkan ABK dan

penumpang untuk meninggalkan kapal, dan ABK mempersiapkan

peralatan evakuasi

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa, mengirim semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantor

Pusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian Nahkoda memerintahkan penumpang

untuk turun sementara dengan menggunakan sekoci/baju pelampung,

dan jika perlu, untuk mengurangi bahaya tenggelamnya kapal, Nahkoda memerintahkan ABK untuk mengurangi

muatan dengan membuang barang/kendaraan ke laut Nahkoda memerintahkan untuk menyiapkan stand by olah gerak untuk maneuver kecil, sambil

mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di

sekitarnya atau kepada para nelayan di sekitarnya.

g. Penanganan Kecelakaan Kapal Tenggelam

1) Pemberitahuan Awal

Dalam pelayaran apabila terjadi peristiwa yang mengakibatkan kapal tenggelam karena kecelakaan kebakaran, kandas, atau tubrukan, maka Perwira Jaga harus mencatat Posisi Kapal dan waktu kejadian di Buku Jurnal Kapal lalu melaporkan kejadiannya ke Nakhoda.

2) Penanganan Internal

(1) Nakhoda selaku pimpinan tertinggi dalam kapal segera mengambil alih Komando dan melakukan tindakan penanganan yang diperlukan, yaitu segera memerintahkan penumpang dan ABK untuk meninggalkan kapal. (2) ABK menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan (pelambung, baju

penolong, sekoci).

(3) Dalam proses meninggalkan kapal agar sesuai dengan penanganan meninggalkan kapal (SIJIL Meninggalkan Kapal).

(4) Nahkoda segera menghubungi SAR, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya untuk meminta bantuan untuk kondisi darurat kapal.

3) Penanganan Eksternal

(1) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic Control) yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta bantuan harus segera memberitahukan kepada Manajer Operasional. Apabila kapal dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung berhubungan dengan kapal. Berita yang diterima harus dicatat dibuku jurnal radio.

(2) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan mengenai keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada, yaitu lokasi kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.

(3) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung jawab didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi SAR dan petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR untuk mencari dan menyelamatkan penumpang

(4) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan darurat Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat Pusat dan sebaliknya.

(5) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul

(6) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah disiapkan (7) Melakukan Jalur Komunikasi antara :

(a) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang (b) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat

(c) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat (d) Tim Tanggap Darurat dengan Direksi

(8) Merinci Laporan dari Kapal/Cabang yang meliputi informasi data-data : (a) Jenis Kejadian yang dialami

(b) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta (c) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun) (d) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)

(e) Ada tidaknya korban dalam insiden atau kecelakaan yang terjadi (f) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

(g) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang . (9) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain:

(a) Syahbandar

(b) Badan SAR Nasional (c) Rumah Sakit

(d) KPPP (e) TNI AL (f) Kepolisian

(g) Instansi terkait lainnya.

(10) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda

(11) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga terdekat awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan yang sudah/akan dilakukan.

(12) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi kejadian

(13) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi

(14) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota Tim. (15) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat penampungan dan pengobatan semetara bagi penumpang yang

mengalami luka. Tim Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap siaga selama proses evakuasi korban berlangsung.

(16) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa ke rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi yang meninggal.

(17) Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal yang telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum melalui media cetak, audio dan visual. Keluarga korban yang bisa dihubungi segera dihubungi mengenai kondisi korban yang sebenarnya. (18) Bila dianggap perlu , menunjuk personil yang bertugas untuk

menjelaskan tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas izin Direksi.

(19) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses pertolongan dan kondisi Korban.

4) Evaluasi dan Pelaporan

(1) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa. (2) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke

kantor Cabang.

(3) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke Kantor Pusat.

(4) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara, hasil evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.

Lebih jelasnya penanganan kapal tenggelam dapat dilihat pada dianggaram berikut.

Gambar 2.22. Diagram Alir Penanganan Kecelakaan Kapal Tenggelam Perwira jaga segera memberitahukan kepada Nahkoda

dan mencatat posisi kapal, dan waktu kejadian

- Juru mudi siap dianjungan,

- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untuk hubungan dengan darat atau dengan kapal lain jika dibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT) untuk regu pengendali kejadian, pemberitahuan awak

kapal dan penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi dan membunyikan alarm mennggalkan kapal

Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR, Syahbandar, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya, melalui petugas

STC pelabuhan

Di Pelabuhan Petugas STC pelabuhan melaporkan ke manajer operasional tentang

keadaan darurat tenggelam

Manajer operasional lapor ke Syahbandar yang juga langsung menghubungi SAR dan petugas berwenang

lainnya untuk melakukan pertolongan dan penyelamatan penumpang serta menyiapkan tempat

penampungan dan pengobatan sementara Nahkoda memerintahkan ABK dan penumpang untuk meninggalkan kapal, dan ABK mempersiapkan peralatan

evakuasi yang diperlukan (pelambung, baju penolong, sekoci).

Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa, mengirim semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantor

h. Penanganan Orang Jatuh ke Laut 1) Pemberitahuan Awal

a) Setiap orang yang mengetahui, ada orang jatuh ke laut dari atas kapal harus memberitahukan sekuat-kuatnya berteriak “ADA ORANG JATUH KE LAUT “.

b) Orang yang mendengar teriakan tersebut segera memberitahukan kepada ABK dan ABK segera membunyikan alarm/suling sebagai tanda mesin Kepal segera dimatikan, dan secara simultan ABK tersebut segera melaporkan ke Nahkoda

2) Penanganan Internal

a) Nahkoda segera memerintahkan kepada ABK mempersiapkan peralatan pertolongan (tali, pelampung, boat kecil yang ada)

b) Melemparkan pelampung kepada orang yang jatuh atau benda lainnya sebagai pegangan sementara.

c) Nahkoda melakukan tindakan sebagai berikut : 3) Menyiapkan stand by olah gerak/siap bantu,

4) Mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di sekitarnya atau kepada para nelayan di sekitarnya

5) ABK menurunkan tangga, sebagai jalan ke bahwah atau ke laut sekaligus membawa pelampung dan tali.

6) ABK menurunkan sekoci ke bawah untuk digunakan menolong korban. 7) ABK melempar tali kepada korban, sebagai pegangan untuk dapat naik

ke atas boat/ sekoci.

8) ABK membawa korban ke atas kapal melalui tangga yang telah disediakan, dan selanjutnya dibawa ke Ruang Pemeriksaan Kesehatan.

9) Bilamana korban, mengalami luka, Dokter langsung melakukan pertolongan.