• Tidak ada hasil yang ditemukan

penetapan kebangsaan kapal

G. Pedoman Penempatan Kapal Pada Lintas Penyeberangan Perintis

3) penetapan kebangsaan kapal

Kapal yang didaftar di Indonesia dan berlayar di laut diberikan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia oleh Menteri.

c.Manajemen keselamatan Dan Pencegahan Pencemaran Dari Kapal

Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal diberi sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal berupa Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of Compliance/DOC) untuk perusahaan dan Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate/SMC) untuk kapal.

d. manajemen keamanan kapal.

Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal diberi sertifikat Manajemen Keamanan Kapal berupa Sertifikat Keamanan Kapal Internasional (International Ship Security Certificate/ISSC). Penempatan kapal yang akan dioperasikan pada setiap lintas penyeberangan harus memenuhi persyaratan85:

1) spesifikasi teknis lintas;

Spesifikasi teknis lintas penyeberangan meliputi: a) kondisi lintasan; b) perkiraan kapasitas lintas; c) kemampuan pelayanan alur; dan d) spesifikasi teknis terminal penyeberangan atau pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan.

2) spesifikasi teknis kapal;

Spesifikasi teknis kapal meliputi: a) ukuran kapal; b) pintu rampa; c) kecepatan kapal; dan d) mesin bantu sandar.

3) persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan;

Persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan meliputi: a) persyaratan usaha; dan b) persyaratan pelayanan.

4) fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal penyeberangan; Fasilitas pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan atau terminal penyeberangan paling sedikit meliputi: a) jumlah dan jenis fasilitas sandar kapal; b) kolam pelabuhan; dan. c) fasilitas naik turun penumpang dan kendaraan.

1) persyaratan minimal pelayanan angkutan penyeberangan.

Khusus mengenai persyaratan pelayanan minimal angkutan penyeberangan akan ditempatkan minimal harus memiliki:

a) Fasilitas ruang akomodasi penumpang

Standar pelayanan kenyamanan penumpang dari segi fasilitas ruang akomodasi penumpang dapat dilihat pada tabel berikut:

b) Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang (1) Luas Ruangan

-Luas lantai tempat duduk/tenpat tidur penumpang kurang lebih 60 % luas geladak ruangan

c) Penumpang

-Penumpang Geladak Terbuka:

-Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30 – 0,45 m2

Jam Tempat Duduk/ Urinoir/WC Sistem P. Addreser CC TV Berlayar Luas ( M2 ) K. Mandi Sirkulasi Musik Video

Udara 1 Sampai Ekonomi

dengan 1,0 Geladak

jam terbuka Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -Geladak

tertutup Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada -Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan Ada -2 Diatas 1,0 Ekonomi Bangku/ 0,30 m2 Urinoir/WC Terbuka Ada

-jam s/d 4 Bisnis Kursi/ 0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada jam Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada 3 Diatas 4 jam Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Ada s/d 8 jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada 4 Diatas 8 jam Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Ada s/d 12 jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC Ac Ada Ada 5 Lebih dari 12 Ekonomi Bangku/0,30 m2 Urinoir/WC Fan Ada Ada jam Bisnis Kursi/0,40 m2 Urinoir/WC Fan/AC Ada Ada Eksekutif K.Reklining/0,50 m2 Urinoir/WC AC Ada Ada

No Kelas

Tabel 1. Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang

Sistem

Jam Tempat Tidur/ Sirkulasi P. Addreser

Berlayar Luas ( M2 ) Udara Musik

1 Di atas 8 jam Ekonomi Tatami/ 1,26 m2 Fan Ada

s/d 12 jam Bisnis Tatami/ 1,26 m2 Fan/AC Ada

Eksekutif T. Tidur/ 1,44 M2 AC Ada

2 Lebig dari Ekonomi Tatami/ 1,26 m2 Fan Ada

12 jam Bisnis Tatami/ 1,26 m2 Fan/AC Ada

Eksekutif T. Tidur/ 1,44 M2 AC Ada

No Kelas

d) Penumpang Geladak Tertutup - Tinggi atap minimal 1,90 m;

- Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berulkuran 0,33 - 0,65 m2 e) Penumpang Kamar

- Kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 ( enam ) orang

- Dilengkapi tenpat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,70 m lebar

- Luas lantai per orang minimal 1,26 m2

Untuk mengganti tempat tidur tetap diperbolehkan membuat ruang tidur secara tatami ( tanpa ranjang / bed ) dengan luas lantai per orang minimal 1,26 m2. Ruang tidur untuk penumpang kamar kelas eksekutif harus mempunyai tempat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,80 m lebar dengan luas lantai per orang minimal 1,44 m2

f) Tempat Duduk

(1) Bangku : untuk tempat duduk penumpang kelas ekonomi:

(a) Tempat duduk memanjang yang menjadi satu, tanpa sekat sandaran tangan

(b) Kapasitas tiap bangku tidak boleh melebihi 6 ( enam ) orang untuk satu sisi keluar menuju gang/jalan lalu lintas orang

(c) Luas bangku per orang minimal 0,30 m2, dengan ukuran lebar 0,4 m dan panjang 0,75 m

(d) Bangku dapat ditempatkan pada ruangan penumpang geladak terbuka atau tertutup

(2) Kursi : untuk tempat duduk penumpang kelas non ekonomi bisnis;

(a) tempat duduk bersandaran tangan untuk masing-masing penumpang dan ditempatkan secara berderet pada ruangan penumpang geladak tertutup dan setiap kursi dilapisi bantalan dan sandaran jok

(b) Luas ukuran kursi minimal 0,40 m2 tiap kursi

Gambar 5.25. Konstruki Kursi Penumpang Kapal Penyeberangan

(3) Kursi Reklining ( Reklining Seat ) : untuk tempat duduk penumpang kelas non-ekonomi eksekutif

(4) Tempat duduk dengan sandaran punggung yang dapat diatur dan setiap kursi dilapisi bantalan dan sandaran jok, ditempatkan pada ruangan penumpang geladak tertutup

(5) Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi

(6) Bentuk dan ukuran kursi sebagaimana dalam Gambar 2 berikut; (7) Gang / jalan melintas untuk orang/penumpang;

(8) Jarak antara ( lebar ) dari gang tempat untuk melintas orang/penumpang adalah sebagai berikut;

(a) sampai dengan 100 penumpang, jarak minimal 0,80 m; (b) di atas 100 penumpang, jarak minimal 1,00 m

(c) di atas 1.000 penumpang, jarak minimal 1,20 m;

(d) sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar geladak tidak boleh melebihi 450

g) Kamar Mandi dan WC/Kakus

Untuk penumpang harus tersedia kamar mandi dan WC/Kakus, dengan jumlah minimal sebegai berikut;

(1) dari 13 sampai 50 penumpang, 2 kamar mandi dan WC/kakus, selanjutnya untuk setiap 50 atau bagian dari 50 penumpang sampai 500 penumpang harus ada tambahan 1 kamar mandi dan WC/kakus;

(2) lebih dari 500 penumpang, untuk setiap 100 atau bagian dari 100 penumpang harus ada tambahan 1 WC/kakus;

(3) kamar mandi dan WC/kakus dibagi untuk pria dan wanita, serta harus dilengkapi dengan dinding – dinding pemisah yang cukup

(4) harus terdapat persediaan air pada tempat-tempat air dengan jumlah sedikitnya 1/6 dari jumlah kamar mandi dan WC/kakus, sejauh perlengkapan kamar mandi dan WC/kakus masih belum memenuhi hal tersebut secara cukup

(5) untuk kapal dengan penumpang tidak lebih dari 12 orang, paling sedikit harus ada satu kamar mandi dan satu WC/kakus bagi awak kapal, yang harus dapat digunakan juga untuk penumpang

(6) untuk kapal yang melayani kategori 3 dan 4 ( pembagian menurut jam berlayar ), harus tersedia cukup waktu bagi penumpang untuk mandi (7) kamar mandi dan WC/kakus harus terpisah dari rungan akomodasi

dengan baik dan ruang-ruang tersebut harus cukup luas serta cukup sirkulasi udaranya, dengan penataan ruangan dan konstruksi sehingga memudahkan peyaluran air dan kotoran dalam pembersihannya.

k) Sistem Lubang Angin/Ventilasi Udara Penumpang :

(1) ruang akomodasi penumpang harus diberikan lubang angin/ventilasi udara yang cukup

(2) ruang akomodasi penumpang di geladak tertutup, harus memakai sistem pengisap ( exhaust ) dan sirkulasi udara minimal 10 kali per jam

(3) ruang akomodasi penumpang kelas bisnis dan eksekutif, harus memakai fan ( kipas angin ) atau sistem air conditioning ( penyejuk udara )

(4) ruang akomodasi penumpang yang dilengkapi dengan fasn untuk setiap 25 m2 disediakan 1 ( satu ) fan berdiameter minimal 40 cm

(5) Ruang akomodasi penumpang yang dilengkapi dengan sistem air conditioning ( penyejuk udara ) temperatur ruang berkisar antara 230C - 200C;

(6) Ruang akomodasi penumpang harus mendapat cukup cahaya melalui kaca pada tingkap-tingkap sisi, atau melalui kaca-kaca lain yang dipasang untuk itu;

(7) Pada malam hari tiap-tiap ruangan harus diberi penerangan yang cukup (8) Kapal yang berukuran di atas 2.500 m3 ke atas, harus menyediakan

ruangan untuk keperluan perawatan orang sakit ( klinik & kamar perawatan ) dengan sistem ventilasi udara tersendiri, begitu pula untuk pembuangan air dan kotoran harus dengan sistem pencuci kuman sebelum dibuang ke luar kapal

l) Dapur dan Kantin/ Kafetaria

(1) dapur tidak boleh ditempatkan di geladak kendaraan;

(2) dapur harus mempunyai sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruangan akomodasi;

(3) kompor yang digunakan harus jenis kompor listrik

(4) bila menggunakan sistem pembakaran dengan gas, tangki penyimpan gas harus terpisah dan pada saluran gas masuk harus dipasang minimal satu buah keran penutup cepat ( shut – off valve ) yang terdekat di luar ruang dapur

(5) untuk pelayanan penumpang, diizinkan penempatan kafetaria di ruang penumpang

(6) kafetaria harus menggunakan kompor/alat pemanas listrik;

(7) sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor harus terpisah dengan ruang penumpang

(8) pengelola/petugas kafetaria wajib menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan

m) Ruang Publik :

(1) kapal yang memuat lebih dari 50 penumpang, dapat menyediakan ruangan terbuka untuk tempat santai/rekreasi penumpang;

(2) kapal penumpang wajib menyediakan ruangan untuk tenmpat ibadah, dengan luas yang sesuai dengan jumlah penumpang dan ruang kapal yang tersedia, serta harus selalu dijaga kebersihan dan kerapihannya

n) Persyaratan ruang pemuatan kendaraan di kapal

Persyaratan pelayanan pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan harus memenuhi persyaratan perlengkapan pintu rampa dan ruang kendaraan berserta fasilitasnya. Kapal penyeberangan yang mengangkut kendaraan, harus memenuhi perlengkapan dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut;

(1) Pintu Rampa;

(1) terdiri dari 2 pintu, yang dipasang di bagian haluan dan buritan ( type RO – Ro ) atau samping kiri dan kanan yang berguna sebagai jalan ke luar dan masuk kendaraan

(2) di lintas – lintas tertentu yang memppunyai peralatan tangga rampa samping ( elevated side – ramp , kapal yang melayani lintas tersebut harus mempunyai geladak atas untuk kendaraan ( upper car deck ) dan memuat dudukan atau tumpuan untuk rampa dermaga sehingga langsung dapat digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan

(2) Spesifikasi pintu rampa adalah sebagai berikut;

(a) Panjang : harus disesuaikan dengan kondisi prasarana yang dilayani;

(b) Lebar : minimum 4 m (c) Kecepatan buka/tutup pintu ;

- membuka penuh : tidak lebih dari 2 menit - menutup penuh : tidak lebih dari 3 menit (d) Daya Dukung :

Harus mampu mendukung beban kendaraan minimal : - Jumlah berat yang diperbolehkan ( JBB ) : 17, 5 ton - Muatan Sumbu Terberat ( MST ) : 8,0 ton (3) Ruang Untuk Kendaraan:

(a) lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk muatan berat atau truk, dan mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 40 ton dan MST 10 ton untuk kapal yang beroperasi di lintas penyeberangan Merak – Bakauheni , Ketapang – Gilimanuk, Padangbai – Lembar, Kahyangan – Pototano dan Bajo E – Kolaka

(b) tinggi ruang kendaraan:

 kendaraan kecil / sedan minimal 2,50 m;

 kendaraan besar/truk dan campuran , minimal 3,80 m;  kendaraan trailer /peti kemas, minimal 4,70 m

(c) Lantai ruang kendaraan dilengkapi dengan tanda jalur kendaraan yang dapat dilihat secara jelas oleh pengemudi kendaraan dan penempatan kendaraan harus berada di dalam jalur kendaraan

(d) jarak minimal antar kendaraan :

 jarak antara masing – masing kendaraan pada sisi kiri dan kanan adalah 60 cm

 jarak antara muka dan belakang masing – masing kendaraan adalah 30 cm

 untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading – gading ( frame )

 jarak sisi antara kendaraan dengan tiang penyangga ( web frame ) adalah 60 – 80 cm

(e) antara pintu rampa haluan / buritan dengan batas sekat pelanggaran, dilarang dimuati kendaraan

(f) untuk lintas – lintas penyeberangan yang kondisi lautnya berombak kuat sehingga membuat sudut kemiringan kapal mencapai lebih dari 100, kendaraan yang dimuat dalam kapal harus dilengkapi dengan sistem pengikatan ( lashing )

(g) ruang kendaraan yang tertutup harus disediakan lampu penerangan, sistem sirkulasi udara, tanmgga/jalan masuk bagi pengemudi, serta harus ditempatkan/ditulisi tanda larangan ” DILARANG MEROKOK” PENUMPANG DILARANG TINGGAL DI RUANG KENDARAAN” serta DILARANG MENGHIDUPKAN MESIN SELAMA PELAYARAN SAMPAI PINTU RAMPA DIBUKA KEMBALI ” yang dapat terlihat jelas dan muda dibaca

0).Persyaratan kecepatan pelayanan kecepatan kapal

Persyaratan pelayanan kecepatan kapal terdiri dari 2 (dua) kategori, sebagai berikut;

a) kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) knot per jam. b) kapal pelayanan non ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan

rata-rata pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 15 (lima belas) knot. Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani lintas pendek yang sampai dengan 6 (enam) mil kecepatan rata-rata pelayanan dapat disesuaikan untuk memenuhi jadwal perjalanan kapal

p) Persyaratan keselamatan kapal

(1) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 300 dengan jarak lintasan yang dilayani hingga 15 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

(b) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (c) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(d) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang (e) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(f) Means Of Rescue (alat penolong)

(g) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (h) Helicopter Pick Up Area (area 154ystem154ter) (i) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (j) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(l) SART (1 Unit) (m) Distress Flare 12

(n) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) (o) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (p) Public Address System (155ystem informasi umum) (q) Life Buoys (pelampung) 4 unit

(2) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 500 dengan jarak lintasan yang dilayani 15 – 100 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

(b) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (c) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(d) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang (e) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(f) Means Of Rescue (alat penolong)

(g) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (h) Helicopter Pick Up Area (area 155ystem155ter) (i) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (j) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(k) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) (l) SART (2 Unit)

(m) Distress Flare 12

(n) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) (o) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (p) Public Address System (155ystem informasi umum) (q) Life Buoys (pelampung) 8 unit

(r) Muster list and Emergency instruction (s) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya) (t) 1 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (v) (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

(3) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 800 dengan jarak lintasan yang dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 8 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

(g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya) (h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (j) Helicopter Pick Up Area (area 156ystem156ter) (k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) (n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) (q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (r) Public Address System (156ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(t) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

(4) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 1.300 dengan jarak lintasan yang dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 8 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang (g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (j) Helicopter Pick Up Area (area 157ystem157ter) (k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) (n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) (q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (r) Public Address System (157ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(t) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

(5) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 1.800 dengan jarak lintasan yang dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 12 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang (g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (j) Helicopter Pick Up Area (area 157ystem157ter) (k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) (n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (r) Public Address System (158ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(t) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

(6) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 2.500 dengan jarak lintasan yang dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 12 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (d) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang (g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (j) Helicopter Pick Up Area (area 158ystem158ter) (k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) (n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) (q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (r) Public Address System (158ystem informasi umum)

(b) s. Muster list and Emergency instruction (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(a) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(b) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (. (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

(7) Kapal penyeberangan dengan GT hingga 3.200 dengan jarak lintasan yang dilayani 100 mil ke atas, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut;

(a) Life Buoys/pelampung 12 unit

(b) Fast Resque Boat/perahu cepat penyelamat 2 unit

(c) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang (d) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

(e) Life Raft provided By Float Free Stowage (rakit penolong)

(f) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang (g) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

(h) Means Of Rescue (alat penolong)

(i) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%) (j) Helicopter Pick Up Area (area 159ystem159ter) (k) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) (l) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

(m) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) (n) SART (2 Unit)

(o) Distress Flare 12

(p) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) (q) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) (r) Public Address System (159ystem informasi umum)

(s) Muster list and Emergency instruction ((tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

(t) 2 Unit Survival Craft (perahu kerja)

(u) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

Untuk penempatan kapal dari satu lintas ke lintas penyeberangan lain, maka kapal harus diuji stabilitas eksisting sesuai dengan kondisi lintas yang akan ditempati kapal. Kriteria dan kemampuan stabilitas kapal dapat dikaji dengan memanfaatkan kurva G-Z. Kurva G-Z disajikan dalam Dokumen Stabilitas atau dikenal dengan Stability Booklet, yang harus tersedia di kapal. Berdasarkan dokumen stabilitas kapal seperti disebutkan di atas, Nakhoda dapat mengetahui

kemampuan stabilitas kapal, kuantitas pemuatan, tiupan angin namun dalam keadaan laut tenang.

q) Persyaratan Spesifikasi Teknis Lintas Sesuai Daerah Operasi

Pemerintah daerah atau operator pelabuhan perlu mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian ketika menempatkan kapal menyangkut beberapa aspek teknis pelabuhan yang termuat dalam DLKr pelabuhan meliputi; (1) wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran. (2) tempat labuh. (3) tempat alih muat antarkapal. (4) kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal. (5) kegiatan pemanduan. (6) tempat perbaikan kapal (7) penahan gelombang. (8) kolam pelabuhan. (9) alur pelayaran. (10) sarana bantu navigasi. (11)sistem keamanan dan ketertiban di pelabuhan. (12) fasilitas naik turun kendaraan. (13) Selain itu juga perlu melakukan kajian secara detail

Sementara DLKp perairan pelabuhan yang digunakan sebagai; (1) untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan. (2) keperluan keadaan darurat. (3) penempatan kapal mati. (4) percobaan berlayar. (5) kegiatan pemanduan. (6) fasilitas pembangunan. (7) pemeliharaan kapal

Dari DLKp dan DLKr pelabuhan tersebut kemudian ditelaah kembali untuk melihat spesifikasi teknis pelabuhan sebagai dasar penempatan kapal. Spesifikasi teknis pelabuhan dapat dilihat dengan memperhatikan fasilitas pokok yang meliputi; (1) Fasilitas pokok antara lain; (2) terminal penumpang, (3) penimbangan kendaraan bermuatan. (4) jalan penumpang keluar/masuk kapal ( gang way ). (5) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa. (6) fasilitas penyimpanan bahan bakar ( bunker ). (7) instalasi air, listrik dan telekomunikasi. (8) akses jalan dan/atau jalur kereta api. (9) fasilitas pemadam kebakaran. (10 ) tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal. Sementara fasilitas penunjang, antara lain; (1) kawasan perkantoran untuk . (2) menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan. (3) tempat pembuangan limbah. (4) fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan 4) areal pengembangan pelabuhan. (5) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan)

Dari hasil kajian kesesuaian tersebut di atas, maka akan dapat menetapkan kriteria kapal (lebar, tinggi kapal, panjang kapal, dan GT kapal) sesuai dengan spesifikasi teknis pelabuhan.

r) Tinggi gelombang

Selain spesifikasi teknis pelabuhan, juga perlu memperhatikan kondisi lintas penyeberangan sesuai daerah operasi. Kementerian Perhubungan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan identifikasi dan kajian tinggi gelombang sebagai acuan bagi pengusaha kapal dan Pemerintah daerah atau operator pelabuhan untuk menempatkan kapal. Tinggi gelombang semua lintasan dikelompokkan pada tujuh (7) region dengan rincian sebagai berikut; 1) Region A dengan tinggi gelombang maksimum 1,25 meter, terdapat pada

lintasan sebagai berikut; (1) Pulang Pisau – Kelawa (Belum Ops). (2) Banjar Raya – Saka Kajang (Belum Ops). (3) Kuin Alalak – Jelapat (Belum Ops). (4) Mantuli – Tambang Muara (Belum Ops). (5) Siwa – Lasusua (Belum Ops). (6). Ajibata – Tombok (Komersil). (7) Palembang – Muntok (Komersil). (8) Pontianak Kota – Siantan (Komersil). (9) Tebas Kuala – Tebas Sbrg (Perintis I). (10 ) Tayan – Terayu (Perintis I). (11) Taipa – Kariangau (Perintis I). (12) Tj.Harapan – Tl.Kalong (Perintis I). (13) Palembang – Kayuarang (Tidak Ops). (14) K.Kapuas – K.Kapauas Sbrg (Tidak Ops). (15) Kuala Pembuang – Kualu Pembuang (Tidak Ops). (16) P.Telo – P.Telo Sbrg (Tidak Ops). (17 ) Palangkaraya – P.R.Sbrg (Tidak Ops). (18 ) Cerbon – Marabahan (Tidak Ops). (19) Kartiasa Barat – Kartiasa Timur (Tidak Ops). (20 ) Semuntai – Sekadau (Tidak Ops)

2) Region B, dengan tinggi gelombang maksimum 1,5 meter terdapat pada lintasan sebagai berikut; (1) Daruba – Tobelo (Perintis I). (2) Tobelo – Subaim (Perintis I)

3) Region C, dengan tinggi gelombang maksimum 2 meter terdapat pada lintasan sebagai berikut; (1) Patani – Sorong (Belum Ops). (2) Poso – Wakay (Belum Ops). (3) Luwuk – Sabang (Belum Ops). (4) Taliabu – Banggai (Belum Ops). (5) Bastiong – Babang/Payahe (Belum Ops). (6) Payahe – Sakete (Belum Ops). (7) Sakete – Babang (Belum Ops). (8) Sanana – Tlk.Bara

(Belum Ops). (9) Sanana – Mangole (Belum Ops). (10) Mangole- Taliabu (Belum Ops). (11) Mangole- Laiwui (Belum Ops). (12) Laiwui – Labuha (Belum Ops). (13) Sibolga – Nias (Komersil). (14) Pagimana – Gorontalo (Komersil). (15) Bastiong – Sidangole (Komersil). (16) Bastiong – Rum (Komersil). (17 ) Bitung – Ternate (Komersil). (18) Biak – Serui (Perintis I). (19) Serui – Waren (Perintis I). (20) Numfor – Manokwari (Perintis I). (21) Saumlaki – Tepa (Perintis I). (22) Dobo – Benjina (Perintis I). (23) Sorong – Seget (Perintis I). (24) Seget – Mogem – Inawalan (Perintis I). (25) Mogem – Teminabuan (Perintis I). (26) Sorong – Saonek (Perintis I). (27) Sorong – Waigama (Perintis I). (28) Gorontalo – Wakai (Perintis I). (29) Luwuk – Salakan (Perintis I). (30 ) Salakan – Banggai (Perintis I).(31) Kendari – Langgara (Perintis I). (32) Bitung – Pananaro (Perintis I). (33) Bitung – P.Lembeh (Perintis I). (34) Bitung – Siau (Perintis I). (35) Bastiong – Geti/Tidore (Perintis II). (36) Tarakan – Tg.Selor (Perintis II). (37) Waren – Nabire (Tidak ops). (38) Biak – Nabire (Tidak Ops). (39) Biak – Numfor (Tidak Ops). (40) Serui – Nabire (Tidak Ops). (41) Sorong – Jefman (Tidak Ops). (42) Jefman – Kalabo (Tidak Ops). (43) Sorong – Teminabuan (Tidak Ops). (44) Bitung – Dago (Tidak Ops)

4) Region D, dengan tinggi gelombang maksimum 2,5 meter terdapat pada lintasan sebagai berikut; (1) Balohan – Malahayati, Komersil. (2) Cilacap – Kalipuncang, Komersil. (3) Ujung – Kamal, Komersil. (4) Jangkar – Kalianget, Komersil. (5) Kalianget – P.Kangean, Komersil. (6) Kupang -Waingapu, Komersil. (7) Bajoe – Kolaka, Komersil. (8) Torobulu – Tampo, Komersil. (9) Meolaboh – Sinabang, Perintis I. (10) Sinabang – Labuhan Haji, Perintis I. (11) Singkil – P Banyak – Sinabang, Perintis I. (12) Padang – Sikakap/Mentawai, Perintis I. (13) Padang – P.Siberut, Perintis I. (14) Padang – Tuapejat, Perintis I. (15)Pulau Bai – P.Enggano, Perintis I. (16) Cilacap – Majingklak , erintis I. (17) Aimere – Waingapu, Perintis I. (18) Ende – Waingapu, Perintis I. (19) Wara – Bau Bau, Perintis I. (20) Tarakan – Ancam, Perintis II. (21) Tarakan – Sembakung, Perintis II. (22) Marina – P. Kelapa, Tidak Ops. (23) Marina – P. Tidung, Tidak Ops. (24) Marina – P. Pramuka, Tidak Ops. (25) P.Pramuka – P.Kelapa, Tidak Ops. (26) P.Pramuka –

P.Tidung, Tidak Ops. (27) Marina – P.Untung Jawa, Tidak Ops. (28) P.Untung Jawa – P.Tidung, Tidak Ops

5)Region E, dengan tinggi gelombang maksimum3 meter terdapat pada lintasan sebagai berikut; (1) Stagen – Tarjun, Belum Ops. (2) Tarakan – ToliToli, Belum Ops. (3) Garongkong – Batulicin, Belum Ops. (4) Sape – Waingapu, Belum Ops. (5) Sulamu – Kadya Kupang, Belum Ops. (6) Toboali – P.Lepar, Belum Ops. (7) Batu Licin-Tj.Serdang, Komersil. (8) Balikpapan – Mamuju, Komersil. (9) Balikpapan – Penajam, Komersil. (10) Kupang – Aimere, Komersil. (11) Padang Bai- Lembar, Komersil. (12) Kayangan/Lombok – Pototano, Komersil. (13) Sape – Waikelo, Perintis I. (14) Kalabahi –Tl.gurita, Perintis I. (15) Tl.Gurita – Kisar, Perintis I. (16) Kupang – Waikelo, Perintis I (17)Aimere – Waikelo, Perintis I. (18) Tual – Larat, Perintis I. (19) Sadai – Tanjung Rum, Perintis I. (20) Dongkala – Mawasangka, Perintis I. (21)Kalabahi – Kabir, Perintis II. (22) Dongkala – Bau Bau, Tidak ops.(23) Pare Pare – Balikpapan, Tidak Ops. (24) Batulicin – Kotabaru, Tidak Ops. (25) Kupang – Naikliu, Tidak Ops. (26) Kupang – Hansisi, Tidak Ops. (27)Kalabahi – Maritaing, Tidak Ops. (28) Dili – P.Atauro, Tidak Ops. (29)Dili – Maritaing, Tidak Ops. (30) Tual – Elat, Tidak Ops. (30) Bau Bau – Tolandano, Tidak Ops. (31)Tampo – Maligano, Tidak Ops

6) Region F, dengan tinggi gelombang maksimum 3,5 meter terdapat pada lintasan sebagai berikut; (1) Ciwandan – Srengseng, Belum Ops. (2)Hansisi – Pantai Baru, Belum Ops. (3) Atapupu – Iilwaki, Belum Ops. (4)Atapupu – Wonreli, Belum Ops. (5)Tl.Gurita – Ilwaki, Belum Ops. (6)Kalabahi – Balauring, Belum Ops. (7) Tj.Pandan – Pontianak, Belum Ops. (8)Ketapang – Manggar, Belum Ops. (9) K.Tungkal – Tj.Uban, Belum Ops. (10)Bengkalis – Tanjung Balai, Belum Ops. (11) Belawan – Penang, Belum Ops.(12)Merak – Bakauheni, Komersil. (13)Ketapang – Gilimanuk, Komersil. (14) Sape – Labuhan Bajo, Komersil. (15) Kupang – Sawu/Seba, Komersil. (16) Kalabahi – Kupang, Komersil. (17) Kupang – Ende, Komersil. (18) Rasau Jaya – Tlk.Batang, Komersil. (19) Bira – Pamatata, Komersil. (20)Galala – Namlea, Komersil. (21) Poka – Galala, Komersil. (22)Rumbai Jaya – Mumpa, Komersil. (23) Waiwerang – Lowelaba, Perintis I. (24) Balauring – Baranusa,

Perintis I. (25) Kalabahii – Baranusa, Perintis I. (26) Waingapu – SawuSeba, Perintis I. (27) Lewoleba – Balauring, Perintis I. (28) Kupang – Lewoleba, Perintis I. (29) Tual – Dodo, Perintis I. (30) Larat – Saumlaki, Perintis I. (31)Pomako I – Pomako II, Perintis I. (32) Sape – P.Komodo, Perintis II. (33)Labuhan Bajo – P.Komodo, Perintis II. (34) Mapura Jaya – Pamako, Perintis II. (35) Telaga Pungkur –Tj. Uban, Perintis II. (36) Bengkalis – Mengkapan, Perintis II. (37) Benoa-Senggigi, Tidsk ops. (38) Merak – Srengseng, Tidak Ops. (39) Merak – Panjang, Tidak Ops. (40) Atapupu – Kalabahi, Tidak Ops. (41) Balauring – Kabir, Tidak Ops. (42) Bakalang – Baranusa, Tidak Ops. (43) Sawu – Raijua, Tidak Ops. (44) Kariabela – Wonreli, Tidak Ops. (45) Dili – Wonreli, Tidak Ops. (46) Dili – Ilwaki, Tidak Ops. (47) Tl. Batang – Ketapang, Tidak Ops. (48) Negeri Lima – Namlea, Tidak Ops. (49) BT Bedarah – DS Pintas, Tidak Ops. (50) K.Kuning – M.Tebo, Tidak Ops. (51) Pangkal Pinang – Tj.Pandan, Tidak Ops. (52) S.Pakning – Bengkalis, Tidak Ops

7) Region G, dengan tinggi gelombang maksimum 4 meter terdapat pada lintasan sebagai berikut; (1) Semarang – Kumai, Belum Ops. (2) Bambea – Sikeli, Belum Ops. (3) Kendal – Kumai, Belum Ops. (4) Ilwaki – Wonreli, Belum Ops. (5) Saumlaki – Adaut, Belum Ops. (46) Wonreli – Serwaru, Belum Ops. (47) Kupang – Rote, Komersil. (48) Kupang – Larantuka, Komersil. (49) Hunimua – Waipirit, Komersil. (50) Jepara – Karimun Jawa, Perintis I. (51) Larantuka – Waiwerang, Perintis I. (52) Tanah Merah – Kepi, Perintis I. (53) Merauke – Atsy, Perintis I. (54) Atsy – Senggo, Perintis I. (55) Atsy – Asgon, Perintis I. (56) Pamatata – Marapokot, Perintis I. (57) Bira –Tondasi, Perintis I. (58) Hurnala/Tulehu – Pelauw/Haruku, Perintis I. (59) Pelauw/Haruku – Umeputih/Saparua, Perintis I. (60) Wailey – Umeputih/Saparua, Perintis I. (61) Bitung – Melanguane, Perintis I. (62) Merauke – Tanah Merah, Perintis I. (63) Lewoleba – Larantuka, Perintis II. (64) Kalabahi – Bakalang, Perintis II. (65) Merauke – Poo, Perintis II. (66) Atsy – Agat, Tidak ops. (67) Larantuka – Kalabahi, Tidak Ops. (68) Ende – Aimere, Tidak Ops. (69) Agast – Ewer, Tidak Ops. (70) Hurnala/Tulehu – Umeputih/Saparua, Tidak Ops. (71) Dago – Talaud, Tidak Ops. (72) Gresik – Bawean, Tidak Ops

Berdasarkan tinggi gelombang setiap region tersebut, kemudian dapat direncanakan spesifikasi kapal sesuai daerah operasi dengan pembagian region berdasar tinggi gelombang tersebut, yaitu dengan menentukan perbandingan ukuran kapal sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.13. Perbandingan Ukuran Utama Kapal Desain Baru Berdasarkan Gelombang Per Region Lintasan

Region Tinggi Gelombang (meter) Kecepatan Kapal (knot)

Perbandingan Ukuran Kapal

L/B L/H B/H L/T H/T B/T A 1.25 10 3.780 7.897 2.089 16.684 2.113 4.413 15 3.780 7.980 2.111 16.932 2.122 4.479 B 1.5 15 3.905 8.570 2.195 17.425 2.033 4.462 C 2 10 4.155 9.501 2.286 18.224 1.918 4.386 15 4.155 9.589 2.308 18.441 1.923 4.438 D 2.5 10 4.405 10.396 2.360 19.271 1.854 4.375 15 4.405 10.486 2.380 19.477 1.857 4.421 E 3 10 4.655 11.225 2.411 20.327 1.811 4.366 15 4.655 11.316 2.431 20.526 1.814 4.409 F 3.5 10 4.905 12.013 2.449 21.387 1.780 4.360 15 4.905 12.108 2.468 21.581 1.783 4.400 G 4 10 5.155 12.775 2.478 22.451 1.757 4.355 15 5.155 12.870 2.496 22.642 1.760 4.392 Sumber: Laporan Studi Kelaikan Kapal ASDP Dengan Daerah Operasi, Balitbang

Perhubungan –Dephub RI, 2007

Dari hasil pehitungan, spesifikasi kapal seperti tertuang dalam tabel di atas, juga dapat merencanakan spesifikasi kapal untuk lintasan-litasan baru yang belum beroperasi atau masih direncanakan. Penentuan spesifikasi kapal untuk lintasan-lintasan ini adalah dengan mengacu pada spesifikasi kapal dimana lintasan-lintasan tersebut tergabung pada kelompok lintas per region.

Lebih jelasnya alir penempatan/prosedur penempatan kapal pada lintas penyeberangan perintin dapat dilihat pada diagram berikut.