F. Pedoman Penanganan Kecelakaaan Kapal Saat Operasi 1. Latar Belakang
11) valuasi dan Pelaporan
a) Nahkoda, harus mencatat kronologis jatuhnya orang dari Kapal, dan menyimpan sebagai dokumentasi.
b) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa.
c) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke kantor Cabang.
d) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke Kantor Pusat.
Lebih jelasnya diagram penanganan kecelakaan orang jatuh ke laut dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 2.23. Diagram Alir Penanganan Orang Jatuh Ke Laut
Siapapun Teriak “ADA ORANG JATUH KE LAUT “, dan segera memberitahukan kepada ABK dan Perwira Jaga segera membunyikan alarm/suling sebagai
tanda STOP MESIN, dan secara simultan segera melaporkan ke Nahkoda - Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untuk hubungan dengan
darat atau dengan kapal lain jika dibutuhkan
Nahkoda segera memerintahkan kepada ABK mempersiapkan peralatan pertolongan (tali, pelampung, boat kecil yang ada), dan segera melemparkan pelampung kepada orang yang jatuh atau benda lainnya
sebagai pegangan sementara
Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa, mengirim semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantor
Pusat, dan mengarsip semua dokumen kejadian
Nahkoda memerintahkan juru mudi untuk menyiapkan stand by olah gerak/siap bantu, dan memerintahkan markonis untuk
mengkomunikasikan dengan dengan kapal yang berlayar di sekitarnya atau kepada para nelayan di sekitarnya
ABK secara simultan menurunkan tangga, sebagai jalan ke bahwah atau ke laut sekaligus membawa pelampung dan tali dan menurunkan sekoci ke
bawah untuk digunakan menolong korban.
ABK melempar tali kepada korban, sebagai pegangan untuk dapat naik ke atas boat/sekoci, kemudian menaikkan korban melalui tangga yang telah
disiapkan, sementara ABK yang lain kembali menaikkan sekoci dan peralatan lain ke tempat semula
Setelah sampai diatas geladak, korban selanjutnya dibawa ke Ruang Pemeriksaan Kesehatan. Bilamana korban, mengalami luka, Dokter langsung melakukan pertolongan. Korban dipersilahkan ke luar, bilamana
i. Penanganan Meninggalkan Kapal 1) Pemberitahuan Awal
a) Nakhoda memerintahkan kepada semua penumpang dan ABK untuk meninggalkan kapal apabila kondisi kapal mengalami kerusakan yang fatal sehingga kapal tidak bisa melanjutkan pelayaran .
b) Sebagai tanda untuk segera meninggalkan kapal, maka Nakhoda membunyikan Alarm/tanda bahaya sesuai dengan kejadiannya.
c) Marconis melakukan tugasnya dengan memancarkan Berita MaraBahaya.
d) Nakhoda memerintahkan kepada ABK untuk menghubungi SAR, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya untuk meminta bantuan untuk kondisi darurat kapal dengan mengikuti prosedur komunikasi yang berlaku.
2) Penanganan Internal
a) ABK melaksanakan tugasnya sesuai dengan SIJIL MENINGGALKAN KAPAL
b) ABK membimbing para penumpang untuk menggunakan Life Jacket/Pelampung. Kemudian Life Jacket/Pelampung ikatkan dan kencangkan sesuai dengan aturan pemakaian.
c) ABK menurunkan Sekoci penolong dan melaporkan kepada Nakhoda bahwa persiapan telah dilakukan.
d) Para penumpang yang meninggalkan kapal dengan sekoci/ILR sesuai dengan nomor sekoci/ILR dan ABK .membantu dalam menurunkan sekoci ke air, menstart mesin, dan melepaskan kaitan sekoci dengan kapal.
e) Penumpang yang akan melakukan tindakan terjun ke laut, oleh ABK diberi petunjuk mengenai tata cara terjun dilaut:
(a) Sebelum terjun ke air, berusaha untuk turun sedekat mungkin dengan permukaan air.
(b) Pakai dan ketatkan alat pelampung.
(c) Sebelum terjun ke air, perhatikan apakah tempat jatuh anda bebas dari orang lain, benda-benda yang mencuat atau reruntuhan. (d) Lindungi mulut dan pencet hidung dengan jari.
(e) Eratkan pelampung dengan jalan menyilangkan lengan yang bebas di depan dada dan memegang tali pangkal alat pelampung. 3) Para Penumpang yang berada di laut dengan cara terjun kelaut, segera
dilakukan pertolongan untuk naik ke Sekoci/ILR. 4) Penanganan Eksternal
a) Petugas Radio di Pelabuhan yaitu di bagian STC (Ship Traffic Control) yang menerima keadaan darurat dari kapal yang meminta bantuan harus segera memberitahukan kepada Manajer Operasional. Apabila kapal dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung berhubungan dengan kapal. Berita yang diterima harus dicatat dibuku jurnal radio.
b) Manajer Operasional segera menghubungi Kepala Pelabuhan mengenai keadaan darurat kapal dengan merinci kondisi yang ada, yaitu lokasi kejadian, jumlah penumpang dan jenis bantuan yang diperlukan.
c) Kepala Pelabuhan sebagai Tim Tanggap Darurat yang bertanggung jawab didarat untuk keadaan darurat di kapal, segera menghubungi SAR dan petugas yang berwenang untuk segera mengirim tim SAR untuk mencari dan menyelamatkan penumpang
d) Tim Tanggap Darurat cabang yang menerima informasi keadaan darurat Kapal, harus segera menghubungi Tim Tanggap Darurat Pusat dan sebaliknya..
e) Semua Anggota Tim Tanggap Darurat berkumpul
f) Ruang dan peralatan penunjang Tim Tanggap darurat telah disiapkan g) Melakukan Jalur Komunikasi antara :
(1) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang (2) Kapal dengan Tim Tanggap Darurat Kantor Pusat
(3) Tim Tanggap Darurat Kantor Cabang dengan kantor Pusat (4) Tim Tanggapa Darurat dengan Direksi
5) Merinci Laporan dari Kapal / Cabang yang meliputi informasi data-data : a) Jenis Kejadian yang dialami
b) Posisi kapal/lokasi kejadian yang telah diplot dalam peta c) Waktu kejadian (Jam, Hari, Tanggala, Bulan dan Tahun) d) Jumlah Muatan (Penumpang/Kendaraan/Barang)
f) Tindakan penanganan yang sudah dilakukan g) Jenis pertolongan yang diminta oleh kapal/cabang . 6) Melakukan kontak dengan instansi yang terkait, antara lain:
a) Syahbandar
b) Badan SAR Nasional c) Rumah Sakit
d) KPPP e) TNI AL f) Kepolisian
g) Instansi terkait lainnya.
7) Mengambil tindakan penanganan yang diperlukan untuk memberikan dukungan ke kapal sesuai dengan permintaan Nakhoda
8) Melakukan peninjauan terhadap tambahan tenaga yang dikirim ke lokasi kejadian
9) Bila dianggap perlu, melakukan kontak langsung dengan keluarga terdekat awak kapal dan menjelaskan kejadian serta tindakan bantuan yang sudah/akan dilakukan.
10) Menunjuk personil yang mengatur keberangkatan Direksi ke Lokasi kejadian
11) Melakukan peninjauan perlu tidaknya dilakukan evakuasi
12) Bila diperlukan evakusi, segera disampaikan kepada semua anggota Tim. 13) Untuk mempercepat pertolongan , segera disiapkan tempat penampungan
dan pengobatan semetara bagi penumpang yang mengalami luka. Tim Medis, obat-obatan dan kendaraan ambulan siap siaga selama proses evakuasi korban berlangsung.
14) Penumpang yang mengalami luka ringan bisa ditangani di lokasi penampungan, korban yang luka parah dan meninggal segera di bawa ke rumah sakit terdekat untuk proses pengobatan dan identifikasi bagi yang meninggal.
15)Korban musibah baik penumpang maupun awak kapal yang meninggal yang telah diidentifikasi segera diumumkan kepada masyarakat umum melalui media cetak,audio dan visual. Keluarga korban yang bisa dihubungi segera dihubungi mengenai kondisi korban yang sebenarnya.
16) Bila dianggap perlu, menunjuk personil yang bertugas untuk menjelaskan tentang insiden/kecelakaan kapal kepada media masa atas izin Direksi. 17) Tim Tanggap Darurat segera memberikan penjelasan mengenai proses
pertolongan dan kondisi Korban. 18) Evaluasi dan Pelaporan:
(a) Nahkoda berkewajiban untuk membuat analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan yang serupa (b) Nahkoda berkewajiban untuk mengirim semua dokumen kejadian ke
kantor Cabang
(c) Semua dokumen hasil analisa/evaluasi oleh Kantor Cabang dikirim ke Kantor Pusat
(d) Nahkoda dan Kantor Cabang berkewajiban untuk mengarsip semua dokumen jadian (laporan kejadian, proses penanganan, berita acara, hasil evaluasi dan analisa) dengan masa retensi 2 tahun.
Lebih jelasnya diagram/alir penanganan orang meninggalkan kapal dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 2.24. Diagram Alir Penanganan Meninggalkan Kapal Perwira jaga mencatat posisi
kapal, dan waktu kejadian
- Makronis menyiapkan: peralatan komunikasi untuk hubungan dengan darat atau dengan kapal lain jika dibutuhkan, surat-surat kapal, alat komunikasi (HT) untuk regu pengendali kejadian, pemberitahuan awak kapal dan penumpang tentang keadaan darurat yang terjadi dan
membunyikan alarm meninggalkan kapal
- Nahkoda koordinasi/menghubungi SAR, Syahbandar, Stasiun Pantai atau Kapal sekitarnya, melalui petugas
STC pelabuhan
- Marconis melakukan tugasnya dengan memancarkan Berita MaraBahaya untuk meminta bantuan untuk
kondisi darurat kapal dengan mengikuti prosedur komunikasi yang berlaku.
Di Pelabuhan Petugas STC pelabuhan melaporkan ke manajer operasional tentang keadaan darurat
meninggalkan kapal
Manajer operasional lapor ke Syahbandar yang juga langsung menghubungi SAR dan petugas berwenang lainnya untuk melakukan pertolongan dan penyelamatan penumpang serta
menyiapkan tempat penampungan dan pengobatan sementara
Nahkoda memerintahkan ABK dan penumpang untuk meninggalkan kapal, dan ABK mempersiapkan peralatan evakuasi yang diperlukan (pelambung, baju
penolong, sekoci)
Nahkoda melakukan analisa/evaluasi kecelakaan yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan
yang serupa, mengirim semua dokumen kejadian ke kantor Cabang operator dan kantor Pusat, dan mengarsip
semua dokumen kejadian
- ABK membimbing para penumpang untuk menggunakan Life Jacket/Pelampung, dan segera terjun ke laut jika dengan petunjuk ABK
- ABK menurunkan Sekoci penolong dan melaporkan kepada Nakhoda bahwa persiapan telah dilakukan.
- Para penumpang yang meninggalkan kapal dengan sekoci/ILR sesuai dengan nomor sekoci/ILR dan ABK membantu dalam menurunkan sekoci ke air, menstart mesin, dan melepaskan kaitan sekoci dengan
kapal.
- Para Penumpang yang berada di laut dengan cara terjun kelaut, segera dilakukan pertolongan untuk naik ke Sekoci/ILR.
G.