• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencatatan Komputerisasi ( Computerized Recording )

Rasa Hormat

DALAM PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL

B. PENCATATAN DAN PRIVASI (KERAHASIAAN)

6) Pencatatan Komputerisasi ( Computerized Recording )

Beberapa lembaga telah mengenalkan pencatatan

komputer untuk mengumpulkan fakta-fakta penting dari setiap kasus. Hal ini seringkali dilakukan untuk menjamin standardisasi informasi dari proyak penelitian atau pelaporan sumber-sumber dana seperti pemerintah. Tentunya, informasi adalah bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Ini dapat dilengkapi dengan bentuk pencatatan kualitatif.

Contoh: Sebuah Pencatatan Ringkas

Ini adalah contoh catatan ringkas oleh seorang tenaga pengembangan masyarakat medis (rumah sakit), diperoleh dari Suanna Wilson (1980, p.139). Cara pengaturan sebuah ringkasannya disebut dengan problem -oriented recording ( pencatatan untuk pemecahan masalah). Meterinya terbagi kepada bagian berikut: Data subjek, Data objek, Assesment, dan Perencanaan (Subjective data, Objective data, Assessment, Plan = SOAP), yang menunjukkan sifat dari materinya.

5-15-79 catatan pelayanan sosial

Berbicara dengan Ny. Sandi dan suaminya hari ini. Pelayanan sosial telah mengidentifikasi lingkup masalah sebagai berikut:

1. kegemukan (obesity)

3. tekanan (depression)

4. sulit berhubungan sosial (social isolation) 5-21-79 masalah #1-kegemukan

S----Ny. Sandi menyatakan bahwa ia berat badannya normal empat tahun yang lalu sampai ketika anaknya meninggal karena penyakit leukemia. Dia telah mengikuti beberapa program diet namun tidak berhasil dan dia merasa menjadi tidak berguna, dicampakkan oleh suaminya, dan sekarang kelihatan jelek dengan berat badan 125 pon lebih. Dia ingin langsing, tetapi tidak tahu apakah bisa atau tidak kini. O---Ny. Sandi adalah seorang perempuan pendek yang

kelihatan lebih gemuk dari yang seharusnya karena ia

struktur tubuhnya kecil. Sebagian besar

kegemukannya berada diseputar perut, membuatnya kelihatan tidak seperti biasanya. Dia berbicara bebas mengenai masalah kegemukannya, tetapi kemudian menangis ketika mengeluarkan perasaannya akan ketidakberdayaannya mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

A----Ny. Sandi kelihatan sedikit tertekan. Perasaannya bahwa suaminya menolaknya karena kegemukannya -- -pasangan ini telah pisah ranjang dan Tn. Sandi ketakutan dan pada saat yang sama, menilai istrinya karena kegemukannya. Kelihatannya mereka tidak membicarakannya secara terbuka mengenai rasa khawatir dan perasaan mereka satu sama lain;

bagaimanapun anak Ny. Sandi adalah anak

perempuan satu-satunya dan Ny. Sandi kelihatannya

kesadarannya seperti menggunakan mekanisme

kehilangannya dan tertekan. Dia nampaknya perlu beberapa pemecahan terhadap perasaan akan dirinya dan perkawinannya.

P---1. Merujuknya ke ahli diet untuk memperoleh bimbingan diet.

2. Konseling dukungan dengan Ny. S secara perseorangan untuk mengungkapkan perasaannya dan dan mengembangkan metode alternatif

menghadapi masalah perasaannya.

3. Konseling bersama dengan Ny. dan Tn. Sandi untuk meningkatkan komunikasi perkawinannya.

4. Merujuknya pada sebuah organisasi kelompok diet , tetepi hanya jika Ny. S menginginkannya.

5. Pokok pembicaraan harus yang mendukung dan tidak menilai dalam hubungnnya dengan Ny. Sandi dan dalam bereaksi dengan kegemukannya. Dia

harus, tentunya, memperhatikan kenyataan

dampaknya secara medis mengenai berat dan kesehatannya, tetapi ejekan dan peringatan keras terhadap usaha penurunan berat nadannya akan membuat perasaannya tidak menentu dan makin memperkuat ketergantungannya pada makanan makin menjadi.

C. KESIMPULAN

Salah satu kelemahan yang sangat mendasar dari para tenaga pengembangan masyarakat adalah kemampuan ‘bahkan keinginan’ unutk mendokumentasikan data dalam bentuk tulisan. Pencatatan dalam pekerjaan sosial pada menyimpan data dalam bentuk tulisan dengan cara-cara

tertentu sehingga memudahkan dalam proses pertolongan kemanusiaan.

Dengan demikian bentuk atau jenis-jenis pencatatan menjadi begitu bermanfaat dallam kemajuan pertolongan kemanusiaan. Terdapatnya data atau catatan dapat dipergunakan untuk evaluasi kemajuan suatu kasus tertentu atau sebagai bahan rujukan bagi pengalihan kasus tertentu kepada lembaga atau badan sosial lainnya.

Kemampuan membuat catatan secara tertulis dengan demikian merupakan salah satu keahlian penting yang harus dikuasai oleh seorang tenaga pengembangan masyarakat, selain keahlian dalam bahasa verbal dan non verbal lainnya.

9 NEGOSIASI

Seringkali pekerja sosial dihadapkan berbagai situasi yang mendorong mereka melakukan melakukan upaya penawaran terhadap berbagai sumber yang dibutuhkan dalam memenuhi kesejahteraan sosial para kliennya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut maka pekerja sosial harus menemui sejumlah orang penting yang menentukan ketersediaan sumber-sumber kesejahteraan sosial tersebut. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman para pekerjaan akan karakteristik dalam bernegosiasi. Berikut ini akan dikemukakan karakteristik dari situasi negosiasi atau

bargaining

A. Karakteristik Situasi Negosiasi atau Bargaining

Kita melakukan tawar-menawar ketika:

1. Terdapat suatu konflik kepentingan antara dua atau lebih kelompok orang; yaitu apa yang orang inginkan belum tentu orang lain perlukan.

2. Tidak terdapat keterpaduan atau seperangkat aturan yang mantap atau prosedur penyelesaian suatu konflik, atau sekelompok orang yang bekerja diluar aturan dan prosedur untuk mengatasi sendiri konflik.

3. Sekelompok orang, paling tidak pada saat tertentu, berupaya memperoleh kesepakatan daripada bertarung secara terbuka, salah satu pihak menyerah, memutuskan hubungan secara permanen, atau melakukan perdebatan untuk memperoleh kewenangan mengatasi konflik.

Mari kita lihat lebih dekat kepada beberapa bentuk yang membedakan tersebut dari situasi tersebut di atas.

B. Konflik

Konflik terjadi bukan hanya karena perbedaan tetapi juga karena pertentangan kepentingan. Mereka mungkin sama- sama menginginkan kue pembangunan yang sama; sebagian menginginkan orang lain melakukan sesuatu sementara lainnya tidak menginginkan demikian. Sebagian orang mungkin memutuskan untuk tidak mau melakukan hubungan lagi dan mengurangi pertentangan, tetapi hal tersebut biasanya merupakan ketidakberdayaan terhadap keinginan yang kelompok tersebut sebagai penyebab konflik tadi. Oleh karena itu selama harapan untuk mencapai tujuan dari kelompok orang tersebut masih lebih besar dari keinginan untuk memutuskan kontak hubungan, berupayalah mencari penyelesaian konflik yang menjadi keinginan mereka.

Berjuang atau Memanfaatkan Kekuatan (Figth or Use of

Force)

Suatu alur klasik dari novel atau film ‘gangster’ berkaitan dengan penanganan suatu konflik yaitu, “I made him an offer he

kekerasan, dan aniaya fisik merupakan cara-cara yang mungkin menggunakan kekuatan kelompok lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Tujuan dari taktik tersebut adalah untuk mengakhiri dan mengatasinya sesuai cara-cara kita. Bagaimanapun peliknya situasi tersebut, tidak begitu saja membuat sekelompok orang lain dapat menerima penyelesaian konflik dengan cara tersebut. Kemudian juga taktik konflik seringkali mengarah pada pembalasan dan peningkatan konflik daripada pengurangan.

Menyerah dan Berhenti (Giving In and Breaking Off)

Sebagian orang ketika berhadapan dengan konflik, menganggapnya tidak bernilai dan tidak mau untuk mengemukan pendapat, serta memilih untuk menerima kemauan orang lain. Jika kita pada umumnya bersifat

nonassertive, hal ini mungkin merupakan cara umum kita

untuk menanggapi perselisihan. Masuk akal apabila hal tersebut terjadi hingga berkali-kali. Tetapi jika kita melakukan hal tersebut hingga pada tahap tertentu, menyerah dengan mudah, kita mungkin akan menyesali diri anda ketika mendapatkan kesepakatan yang tidak mengenakkan dan

membuat kita ‘wimp’ (bete) atau ‘marshmallow’

(membahagiakan). Negosiasi merupakan elemen utama dalam proses mengatasi diri kita dan kebutuhan sendiri, yang seringkali berada dalam suasana yang sulit. Pada saat tertentu kita harus memperoleh kebutuhan lainnya, dan seringkali harus mengerti bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi semua, namun begitu kita perlu mempelajari bagaimana bernegosiasi untuk mendapatkan keinginan kita dengan memuaskan.

Menghentikan negosiasi merupakan elemen proses utama lainnya. Penghentian negosiasi dapat terjadi dengan alasan tertentu. Hal tersebut dapat terjadi akibat negosiator mengalami frustasi dan marah terhadap perilaku orang lain. Jika orang orang lain bertingkah kasar atau sulit bekerjasama

(uncoorporative), kita mungkin pergi dengan kesal.

Penghentian mungkin terjadi karena kita memperoleh cara yang lebih baik untuk mengatasi konflik – sesuatu pencapaian kebutuhan yang memuaskan dengan cara sendiri (going it alone), atau bekerjasama dengan orang lain. Ada aakhirnya penghentian negosiasi mungkin merupakan suatu taktik --- suatu ancaman jikalau mereka tidak memenuhi kebutuhan kita, kita akan meninggalkannya begitu saja. Semua pilihan tersebut akan membuat perpisahan atau mau kerjasama.

Conventions (Kebiasaan)

Lakukan seperti kebiasaan yang pernah orang lain lakukan. Jika orang bingung dalam mengatasi pilihan (konflik) cara yang iasa dipakai, jika buntu, dengan menghitung kancing baju atau dengan cara melempar koin.

Rules, Laws, Reason (Aturan, Hukum, Alasan)

Cara lain yang dipergunakan untuk mengatasi konflik adalah dengan mendasarkan pada aturan atau hukum yang berlaku. Namun dalam konteks di Indonesia mengatasi konflik melalui jalur hukum yang berlaku merupakan alternatif terakhir. Bahkan dalam beberapa kasus, orang yang terlibat dalam persoalan aturan hukum atau pengadilan akan merupakan

proses yang panjang dan menghabiskan banyak waktu dan sumber daya materil.

Third Party Settlements (Penyelesaian Pihak Ketiga)

Banyak juga konflik yang diatasi dengan menyerahkan penyelesaiannya kepada suatu kewenangan yang lebih tinggi. Negosiasi menjadi begitu penting ketika suatu persoalan konflik tidak dapat diatasi dengan segera. Negosiasi merupakan upaya penyelesaian, yang dicapai secara langsung – melalui desakan dan desakan terus menerus hingga menyelesaikan permasalahan – atau tidak langsung, semisal mencari suatu prinsip (pokok), aturan atau pihak ketiga yang dihargai mampu mengatasinya.