• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Jenis Wawancara Pekerjaan Sosial

DALAM PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL

B. KARAKTERISTIK WAWANCARA

1) Tiga Jenis Wawancara Pekerjaan Sosial

Berdasarkan tujuannya sebagian besar wawancara pekerjaan sosial dapat diklasifikasikan sebagai upaya-upaya mencari informasi (untuk membuat studi kasus atau sejarah sosial), diagnostik (untuk mencapai penaksiran tertentu), atau terapis (untuk membantu perubahan klien). Seringkali, terjadi tumpang-tindih diantara ketiga tipe tersebut. Sebagai contoh, seorang tenaga pengembangan masyarakat perlindungan dalam awal wawancaranya dengan sepasang suami istri yang diduga melakukan tindak kekerasan kepada anak-anak biasanya akan memperoleh latar belakang informasi mengenai

anggota-anggota keluarganya, dan mencari hingga

memperkirakan kemungkinan apakah penyiksaan terhadap anak telah terjadi. Jika penyiksaan itu terjadi, tenaga pengembangan masyarakat mungkin juga akan mulai memberikan pertolongan keluarga untuk mengakhiri tindakan penyiksaan selanjutnya. Terdapat tiga wawancara, yang saling tumpang-tindih, yang berbeda dalam cara strukturnya dan perlakuanya.

Wawancara Informasional atau Sejarah Sosial

Wawancara informasional dirancang untuk memperoleh latarbelakang atau bahan sejarah kehidupan berkaitan dengan seseorang atau masalah sosial yang dihadapi oleh klien. Maksudnya bukan untuk mempelajari keseluruhannya tetapi

untuk mengetahui mengenai latarbelakang anggota

masyarakatyang akan memungkinkan tenaga pengembangan masyarakat (atau badan sosial) dapat memahami dengan lebih

baik kliennya sehingga keputusan dapat segera dibuat tentang jenis pelayanan apa yang seharusnya tersedia. Informasi seharusnya berisiskan fakta objektif dan perasaan serta sikap- sikap subjektif. Orang yang diwawancarai atau dihubungi termasuk di dalamnya klien, atau mungkin juga orangtuanya, teman-temannya, sanak-famili, pekerja-pekerjanya, dan atau lembaga-lembaga yang pernah berhubungan dengan klien, seperti halnya badan-badan pelayanan sosial, kepolisian, atau sekolahnya. Informasi yang spesisfik yang diinginkan dengan beragam sejarah sosial semisal dari suatu lembaga ke lembaga sosial tertentu. Suatu badan pelayanan adopsi misalkan, ingin mengetahui lebih mendalam mengenai cara pengsuhan anak dari orang tua yang cukup potensial menjadi orang tua asuh sebagai bahan perbandingan dengan sebuah sheltered

workshop, yang mungkin ingin lebih mengetahui secara

spesifik kemampuan dari anggota masyarakatpotensialnya. Sebuah sejarah sosial biasanya berupa lembaran informasi (mis: nama, umur, pekerjaan, dan seterusnya) dan kemudian informasi mengenai ajuan pertanyaan atau masalah, awalnya perkembangan dan pengalaman di masa kecil, latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan (sekolah), masa pacaran dan perkawinan, pengalaman bekerja, hubungan dengan badan/lembaga sosial, dan kesan-kesan umum lainnya. Objek- objek pertanyaan dan format dari sejarah sosial sangat beragam dari lembaga dengan lembaga lainnya.

Sejumlah contoh mengenai wawancara studi sosial akan disebutkan. Seorang tenaga pengembangan masyarakat pada sebuah rumah sakit mental mungkin mencari informasi

mengenai latarbelakang sesuatu untuk memahami

permasalahan dan keberfungsian sosial dari seorang pasien. Petugas probasi mungkin akan meminta melakukan

penyidikan sosial untuk mebrikan arahan kepada pengadilan yang sedang menangani sebuah kasus dari seseorang yang dituduh melakukan tindak kejatahan yang sangat kejam. Seorang pekerja sosia yang bekerja dalam suatu dewan pengembangan masyarakat mungkin akan melakukan wawancara dalam suatu permasalahan lingkungan yang beragam untuk mengidentifikasikan apa yang sebenarnya kebutuhan yang paling utama untuk segera dipenuhi oleh

penduduk setempat. Seorang tenaga pengembangan

masyarakat pada sebuah rumah perawatan muungkin akan membuat sebuah sejarah sosial pada seorang penghuni baru untuk memperoleh informasi permalahan-permasalahan sosial dan individu yang sedang dialami, dan khusunya berkaitan dengan minat-minat penghuni sehingga penghuni tersebut dapat memahami secara lebih baik.

Wawancara Diagnostik

Wawancara penaksiran atau pembuatan keputusan secara umum lebih terfokus dalam upaya maksud tertentu daripada wawancara studi sosial. Wawancara diagnostik pada dasarnya berbeda dengan wawancara informasional bahwa di adalam mengajukan pertanyaan dalam wawancara diagnostik lebih terfokus pada pembuatan keputusan-keputusan khusus mengenai pelayanan manusia. Berikut contoh-contohnya. Seorang Tenaga pengembangan masyarakat Perlindungan Anak menyelidiki seorang anak yang mengadukan suatu perlakuan penyiksaan untuk membuat keputusan apakah penganiyaan tersebut terjadi. Seorang Tenaga pengembangan masyarakat Bantuan Masyarakat mewawancarai seorang wanita yang hamil sebelum menikah untuk menentukan

kelaikan mendapatkan bantuan pelayanan. Seorang Konselor Bimbingan Pekerjaan mewawancarai seorang anggota masyarakatcacat mental untuk menentukan kelaikan

memperoleh sejumlah pelayanan termasuk bantuan

keuangan, latihan kerja, dan mengikutertakannya dalam ruang bengkel kerja. Seorang Tenaga pengembangan masyarakat pada sebuah Penyediaan Fasilitas Rumah Tinggal Bagi Masyarakat Tidak Mampu Mambangun mewawanca

orang tua dari seorang anak yang mengalami

‘keterbelakangan mental’ yang sangat terbelakang dan parah untuk mengetahui informasi pembuatan keputusan yang akan digunakan oleh Komite Perijinan Pusat untuk menentukan apakah anak tersebut diijinkan tinggal. Seorang Pemimpin dari suatu Kelompok Kerja/Belajar Anak-Anak mewawancara seorang pemuda yang sedang menjalani masa bimbingan (probation) karena akibat bertengkar hebat dengan kedua orangtuanya untuk menentukan jika seandainya pemuda

tersebut akan memperoleh manfaat dari kelompok

Kerja/Belajar, atau mungkin perlu ditempatkan di sekolah anak-anak nakal.

Wawancara Terapis (therapeutic)

Tujuan dari wawancara terapis adalah untuk membantu anggota masyarakatmelakukan perubahan, atau mengubah lingkungan sosial untuk membantu fungsi-fungsi anggota masyarakatagar lebih baik, atau keduanya. Contoh tipe pertama berikut ini. Seorang yang mungkin secara malu-malu ingin dibimbing bagaimana caranya agar perilakunya bisa lebih ‘assertive’. Seorang anggota masyarakatyang mengalami depresi, atau merasa kesepian, atau seseorang yang ingin

bunuh diri mungkin memerlukan bimbingan untuk mengatasi masalah-masalahnya secara lebih baik. Seorang anggota

masyarakatyang sedang menjalani masa pembebasan

bersyarat mungkin perlu dibimbing tentang bagaimana melakukan atau memperoleh pekerjaan. Sepasang suami-istri yang mengalami masalah perkawinan mungkin perlu dibimbing tentang bagaimana berkomunikasi dan mengatasi masalah mereka secara lebih baik. Sepasang suami-istri yang baru menikah yang suaminya mengalami penderitaan karena mengalami ejakulasi dini mungkin perlu dibimbing (be counseled) untuk mengatasi suatu ketidakfungsian. (Belliveau and Richter, 1970). Sepasang suami istri yang mengalami masalah disiplin anak-anak mereka mungkin perlu memperoleh sesi-sesi instruksional melalui Pelatihan Teknik- teknik menjadi Orangtua yang Efektif (Gordon, 1970).

Wawancara penyembuhan (therapeutic) lainnya mungkin digunakan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam lingkungan sosial dalam rangka memfasilitasi keberfungsian sosial klien. Wawancara terapis adalah yang paling banyak dipergunakan dalam praktek pekerjaan sosial, dan selanjutnya jenis ini akan merupakan fokus dalam tulisan ini.