• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: INFOTAINMENT DAN IMAJINASI AKTIVIS PEREMPUAN

A. Kritis Bukan Berarti Anti: Posisi Menonton Infotainment JPY

A.3. Pencinta Infotainment

Menyukai tayangan infotainment adalah gambaran yang terlihat jelas

dalam wawancara antara penulis dengan Ani. Ani yang selalu melakukan „ritual‟

menonton televisi (infotainment) pada pagi hari, selepas bangun tidur. Bahkan dengan jadwal infotainment terpagi yang pernah ada, yaitu 05.30 WIB, Ani hampir tidak pernah ketinggalan menonton tayangan tersebut. Berlatar belakang

sebagai aktivis perempuan yang berpendidikan terakhir Master of Antropology di Leiden University Belanda, ternyata tidak membuat Ani berpendapat bahwa infotainment merupakan tayangan yang tidak penting dan tidak mengandung

„kebaikan‟ seperti yang sedang ramai dibicarakan saat ini.

Justru dengan lugas Ani mengungkapkan bahwa infotainment merupakan tayangan favoritnya sejak beberapa tahun lalu. Statement ini membuat Ani dapat dikategorikan sebagai Loving Infotainment (pencinta Infotainment). Sesuai yang diungkapkan Ien Ang, pecinta Dallas adalah sebagai berikut: “„Really‟ loving Dallas (without irony) would seem to involve a strained attitude toward the norms of the ideology of mass culture. And it is this strained relationship which the fans have to try resolve14 (1993: 412).

Apalagi kemudian Ani mengakui dengan kesukaannya menonton infotainment membuat ia sangat mudah melakukan pendidikan jender terhadap komunitas dampingannya. Dengan obrolan-obrolan yang ringan, mudah dicerna dan isu yang juga diketahui oleh para komunitas dampingannya menjadikan pembicaraan berita-berita artis di infotainment adalah „pintu masuk‟ yang tepat ketika akan menjalin interaksi yang baik apalagi ketika akan „memasukkan‟

pengetahuan yang sama sekali belum mereka (komunitas dampingan) dapatkan. Minat Ani terhadap tayangan infotainment penulis lihat sebagai akibat dari begitu gemarnya ia sedari kecil menonton televisi. Ketergantungan yang tinggi terhadap televisi dalam kehidupan sedari kecil terlihat melalui pengakuannya

14

Sunguh-sungguh mencintai Dallas (tanpa ironi) akan terlihat masuk menerobos nilai-nilai dari budaya massa. Dan itu menerobos relasi yang mana pencinta (Dallas) harus mencoba mencari solusi.

berikut ini:

“Saya suka nonton teve, apapun itu. Saya suka menonton berita semuanya. Sejak kecil suka menonton televisi dan dibia rkan menonton televisi. Belajar di depan televisi, melakukan apapun di depan televisi, makan di depan televisi, tidur di depan televisi dan nanti dipindah. Tidak pernah jam belajar khusus dan televisi dimatikan begitu. Tidak ada. Karena saya mengerjakan PR di depan televisi. Seluruh keluarga saya begitu. Bapak saya juga gemar televisi. Saya tidur sia ngnya di depan televisi. Sore baru bangun”.

Dalam wawancara selanjutnya penulis dapat mengetahui bahwa kesukaan Ani terhadap infotainment tenyata tidak juga membuatnya merasa harus selalu mengikuti tayangan infotainment terus-menerus dengan melupakan kegiatan utama ia sehari-hari. Jawaban seperti ini meluncur dari mulutnya ketika penulis menanyakan pernah tidak, Ani mengatur pekerjaan kantor dan pekerjaan lainnya, sesuai dengan jadwal infotainment?

Wah ya ndak. Tapi kalau misalnya itu bukan suatu pekerjaan, hanya rencana pergi saja. Maka bisa jadi kita perginya setelah acara infotainment tadi. Itu bisa terjadi. Dan seperti itu bisa terjadi di kampung atau komunitas lho. Karena mereka pingin menonton itu. Sehingga akhirnya kita tunggu saja. Karena kalau tidak, malah akan mengganggu konsentrasi. Tapi kalau untuk pekerjaan, kok ya ndak nampaknya. Apalagi pekerjaan yang melibatkan banyak orang dan serius, belum pernah itu terjadi”.

Ketika mengutarakan hal ini Ani juga sedang menonton acara infotainment KISS pukul 09.30 di stasiun televisi Indosiar. Sambil memasak oseng-oseng kacang panjang, Ani menjadikan infotaiment sebagai teman ketika melakukan aktivitas sehari-hari di rumah. Melalui pengamatan penulis, Ani terlihat sesekali terdiam memperhatikan tayangan KISS dan menghentikan aktivitasnya sejenak ketika memasak. Bukti kecintaannya terhadap infotainment dan televisi dapat terbukti di sini bagaimana ia menempatkan televisi sebagai

teman dan selalu meluangkan waktu untuk menikmati tayanag infotainment setiap hari disela-sela kegiatannya di rumah.

Merujuk kembali kepada Ien Ang pencinta Dallas sesungguhnya

memahami bahwa film Dallas juga mengandung hal-hal yang berbau ‟bahaya‟ dan

‟trik‟ atau dengan kata lain pencinta Dallas sangat paham bahwa Dallas mengandung „bad mass culture‟. Namun „mempertahankan‟ bahwa Dallas juga

mengandung nilai-nilai kebaikan yang dapat dicontoh dalam setiap episodenya juga selalu diungkapkan sebagai ajang pembelaan atas selera mereka. Seperti dalam surat ke-13 berikut ini:

I‟m replying to your advertisement as I would like to speak my mind about Dallas. I‟ve noticed too that you get funny reactions when you like watching Dallas (and I like watching it) Many people find it worthless or without substance. But I think it does have substance. Just think of the saying: Money can‟t buy happiness‟, you can certainly trace that in Dallas (412-413).15

Pecinta Dallas mengakui bahwa tayangan Dallas mengandung budaya massa yang buruk namun dilain pihak dalam surat, mereka juga melakukan pembelaan, seperti apa yang disebut Ien Ang “protective strategy can also be employed by actually challenging the ideology of mass culture”.16

Situasi keluarga yang sedari kecil sangat familiar dengan TV menjadikan TV merupakan teman di rumah sekaligus media visual yang menjadi ruang yang terikat dalam kehidupan privat. Hal inilah yang menjadikan infotainment sangat

15

Saya membalas iklan Anda sebagaimana Saya ingin bicara mengenai pikiran Saya tentang Dallas. Saya dapat melihat juga bahw reaksi yang lucu ketika Anda menonton Dallas (dan Saya suka menonton itu). Banyak orang melihat itu tidak berharga dan tanpa substansi. Tapi Saya berikir itu punya substansi. Hanya berpikir dengan berkata: Uang tidak dapat membeli kebahagia an, Anda dapat melihat itu di Dallas.

16

menghibur bagi seorang Ani meskipun ada orang-orang disekitar yang meledek

dirinya karena menonton tayangan yang sering disebut ‟remeh temeh‟ itu.

Ideology populism lebih lanjut dijelaskan oleh Ien Ang hal 417: ”it arrives at its norms and judgments in a radically opposite way. But it is not impossible for the two ideologies to be united in one person”.17 Ideology populism ini jugalah yang melatar belakangi Ani, disatu sisi ia paham infotainment berisi berita privat namun ia tetap saja mengkonsumsi tayangan tersebut.

Penjelasan Ani yang sering mengalami sindiran, ejekan atau tanggapan atas ketidaksukaan atas kegemarannya menonton infotainment hampir sama dengan surat no. 7 yang diterima Ien Ang berkaitan tanggapan yang pencinta Dallas dapatkan dari orang-orang terdekat mereka ketika sedang menikmati tayangan Dallas.

”You‟re right in saying that you often get these strange reactions. Such as ‟So you like watching cheap mass entertainment, eh? Yes, I watch it and I‟m not ashamed of it. But I do try defend my motivation tooth and nail18

(413).

Sering merasa bodoh karena menyukai hal yang dianggap “remeh temeh”

tetapi tetap melakukan pembelaan terhadap tayangan tersebut disebut Ien Ang sebagai audiens pecinta. Mereka sesungguhnya hanya merasa tertekan ketika mendapatkan penilaian dan penghakiman bahwa mereka menyukai hal-hal yang sebenarnya tidak penting tetapi sisi lainnya mereka tetap menyukainya. Seperti yang Ani akui, bahwa kakak perempuannya juga sering mencibir dirinya dengan

17

Tapi itu bukan tidak mugkin untuk dua ideology menjadi satu pada satu orang.

18

Anda benar dengan mengatakan bahwa Anda sering mendapatkan rekasi aneh. Seperti „Jadi Anda suka menonton hiburan massa yang murahan, eh? Ya, Saya menonton itu dan Saya tidak malu dengan itu. Tapi Saya berusaha mempertahankan motivasi Saya dengan gigih.

mengatakan tidak kreatif karena menonton infotainment:

“…..Mbak saya suka bilang, tidak kreatif menonton infotainment. Tapi saya bilang, lha saya pingin tahu nih. Pokoknya begitu menonton televisi, saya akan menonton infotainment”.

Penuturan Ani bahwa ia juga merasa bodoh ketika mendapatkan sindiran maupun ejekan karena menyukai infotainment, namun pembelaan dan alasan khusus juga ia lakukan;

“Nomer satu karena saya suka acara televisi. Jadi tidak ada alasan khususnya. Karena memang semua saya tonton. Dulu saya suka nonton telenovela india, telenovela amerika. Sinetron saya tonton, dan canelnya saya pindah-pindah. Kalaupun kemudian infotainment, soalnya saya tertarik dengan dunia selebritis. Itu sejak dulu sebelum ada infotainment. Saya itu suka menonton penampilan orang. Fashion. Saya suka. Saya suka musik. Awalnya dulu, di keluarga kami selalu ada majalah. Jadi Gadis, Femina, segala macam. Dan itu kan selalu menampilkan hal-hal itu tho. Maksud saya model. Jadi sejak kecil, saya apal semua model. Model majalah, model kalender. Jadi saya tahu betul, o, Gladis suwandi itu dulu Gadis Sampul. Karena saya punya majalahnya. Krisdayati itu juga Gadis Sampul juara tiga. Karena pas dia pemilihan gadis sampul saya punya majalahnya juga sehingga tahu. Awalnya saya sangat menyukai hal-hal begitu. Saya menyukai tentang fashion. Gaya hidup. Saya menyukai tentang gaya hidup. Jadi majalah saya sangat suka. Kemudian ketika ada televisi, ternyata ada infotainment. Jadi ya saya senang. Ya kadang seperti kebodohan, tapi saya tetap terhibur. Begitu bangun tidur, saya langsung minta dicarikan infotainment. Gosip dong yang dicari. Karena saya kayak kenal dengan artis-artis itu dan mengikuti perjalanannya”.

Cibiran ataupun ejekan pada Ani seakan tidak memiliki fungsi apa-apa saat ia berada di depan infotainment. Hal ini tampak ketika ia juga memberi komentar terhadap presenter KISS, Ruben Onsu. Sembari memegang sayuran yang ia bawa dari dapur di hadapan televisi, Ani menirukan Ruben yang centil membawakan acara KISS.

Aktivitas menonton infotainment seperti dijelaskan di atas adalah bukan semata tanpa alasan yang tidak ada makna atau sesuatu yang mereka cari. Bagi

Nita misalnya, ia mengutarakan menonton infotainment karena ada asalan fashion. Dari infotainment menjadi tahu lebih banyak tentang fashion yang digunakan para artis; ”Sebenarnya lebih senang melihat fashionnya. Kan lucu-lucu”.

Ungkapannya tersebut ia lontarkan saat Nita sedang menyetrika pakaiannya sambil menonton infotainment di kamar kosnya. Pada saat itu infotainment yang sedang ia tonton adalah „SILET‟ yang sedang menayangkan

berita tentang kisah cinta antara pemain sinetron muda Chiko Jeriko dengan Laudya Chintya Bella. Sikap Nita dalam memperhatikan pakaian Laudya Chintya Bella yang terlihat mengenakan rok mini, dipadukan atasan coklat, ditambah kalung dan tatanan rambut berombak membuatnya berkomentar ”pakaiannya itu lho...artis memang selalu match”.

Fashion ternyata menjadi hal penarik Nita untuk tetap memerhatikan infotainment, meski lebih lanjut ia mengaku hanya suka menonton saja, akan tetapi tidak sampai tertarik untuk menirunya. Pada situasi tersebut, Nita sesungguhnya sedang menunjukkan bahwa tidak semua bagian dalam infotainment dia benci, karena satu hal fashion yang dipakai oleh presenter maupun artis dalam infotainment juga setidaknya membuat daya tarik tersendiri.

Kan lucu-lucu” komentar Nita, merupakan bagian dari ekspresi yang dapat dapat diartikan juga „bagus‟, „menarik perhatian‟. Hal inilah yang membuat Nita dapat

masuk dalam kategori pecinta infotainment. Meski Nita hanya tertarik pada persoalan fashion, namun dari infotainment tersebut Nita memperoleh informasi yang ia cari.