• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini peneliti akan membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,dan manfaat penelitian.

1.1Latar Belakang Penelitian

Menurut Sunarso, dkk (2008 : 7) Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, yang bedasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Wiharyanto (2008 : 4), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan danmelestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan

Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menurut Winataputra (2007) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memilikikompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi. Sejalan dengan ituPKn merupakan mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilailuhur danmoral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Karena itu PKn diajarkan di semua tingkat pendidikan baik pendidikan dasar maupun sampai pada perguruan tinggi. Diharapkan hal tersebut dapat terwujud dalam bentukperilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,2006)

Menurut Sumarsono (2008) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dankesadaran bernegara, sikap serta prilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri peserta didik sebagai warganegara NKRI yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni.Peserta didik harus mengetahui cara-cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan sekitar. Hal tersebut akan tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah terwujudkan.

Djahiri (1991:6) mengungkapkan bahwa konsep-konsep pancasila hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya semata, tetapi dikaji isi pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya disampaikan tatanan moralnya. Menanamkan pendidikan nilai dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dalam pembelajaran Pkn sebagai pendidikan nilai, maka perlu diusahakan persiapan, perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran Pkn yang sesuai dan mampu meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya. Selain pendekatan kognitif, pendekatan nilai juga harus dilakukan karena secara kurikuler bobot tujuan program ini ada dalam kawasan afektif rana tinggi atau keyakinan (Djahiri, 1991 : 12).

Menurut Djahiri Pkn bukanlah pelajaran hafalan semata, melainkan untuk diamalkan secara penuh penghayatan, keyakinan dan nalar. Hal tersebut juga disampaikan oleh Winataputra (2008) bahwa dalam strategi pembelajaran Pkn, siswa tidak hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus praktis, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan berprilaku sebagai materi yang dipelajari. Pendidikan nilai tidak terpisah oleh adanya kesadaran dalam diri seseorang tersebut. Jika pendidikan nilai diterapkan dalam mata pelajaran tertentu, namun tidak didukung oleh kesadaran, maka nilai tersebut tidak terselesaikan secara maksimal.

Pendidikan PKn pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan dan kepribadian anak. Namun kenyataan menunjukkan banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran PKn yang tidak menarik dan membosankan. Keluhan ini secara langsung atau tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar PKn pada setiap jenjang pendidikan. Meskipun upaya mengatasi hasil belajar PKn yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah. Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan guru-guru melalui sertifikasi, serta melakukan berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar PKn. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar PKn masih jauh dari yang diharapkan.

Pada kenyataannya disekolah pembelajaran Pkn kebanyakan menggunakan metode ceramah yang mengarah pada aspek kognitif serta bersifat memberikan informasi satu arah dari guru ke siswa. Sehingga peserta didik tidak menyadari dengan nilai-nilai yang terkait dalam pembelajaran. Hal itu nampak pada saat guru mengajar, guru tidak secara maksimal menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam materi yang sedang dipelajari. Sehingga siswa tidak mengerti bahwa dalam materi tersebut terdapat nilai-nilai yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,siswa terlihat kurang antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Mengingat pelajaran Pkn di kelas tersebut dilaksanakan pada siang hari (11.45-12.45), dan guru kurang kreatif dalam mengemas pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran tradisional, sehingga siswa tampak kurang bersemangat dalam belajar. Pendidikan nilai yang seharusnya ditanamkan pada siswa saat pembelajaran, menjadi tidak terealisasikan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di lapangan, masih ada sebagian guru PKn yang mengalami hambatan dan kesulitan dalam menerapkan kondisi yang dapat merangsang serta mengarahkan proses belajar peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan yang mengakibatkan perubahan perilaku maupun pertumbuhan pribadi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan adanya kesenjangan. Kurangnya penanaman pendidikan nilai di sekolah tersebut, dibuktikan dengan sikap

siswa saat mengikuti upacara bendera pada hari senin. Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan pada saat upacara berlangsung, tampak sebagian siswa tidak mengikuti upacara dengan tertib. Siswa cenderung lebih suka berbicara dengan teman yang lain sehingga menimbulkan kegaduhan. Siswa yang tampak tidak tertib dalam mengikuti upacara adalah sebagian besar siswa kelas I-IV. Diantara siswa kelas I-IV, peneliti melihat bahwa siswa kelas I dan II, cenderung lebih banyak membuat kegaduhan saat upacara berlangsung.Dalam hal ini, nilai cintah tanah air kurang dimengerti dan siswa tidak memiliki kesadaran akan nilai cinta tanah air. Hal itu juga diperkuat dengan wawancara dengan seorang guru Pkn yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa dan guru. Siswa cenderung lebih suka kebudayaan negara lain, dari pada kebudayaan negara sendiri, nampak pada saat istirahat makan, siswa sudah membawah bekal dari rumah tetapi siswa lebih suka membeli makanan siap saji dari pada makanan khas dari daerahnya. Hasil wawancara dengan guru juga membuktikan bahwa dalam pelajaran tentang kebudayaan Indonesia, siswa kurang mengerti akan keaneka ragaman budaya di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti ingin menerapkan pendidikan nilai cinta tanah air dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran PPR yang diduga dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang terkandung dalam Pkn. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,

tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik bagi siswanya. Ketrampilan sikap yang berupa sikap tanggung jawab, sikap demokratis dan sikap saling menghargai perbedaan dari warga masyarakat harus dibelajarkan melalui kebiasaan dan latihan yang intensif di sekolah. Untuk keperluan ini diperlukan model PPR yang mendukung pembelajaran siswa akan cinta tanah air.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti menenukan solusi yang cocok untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air dalam pembelajaran PKn bagi peserta didik kelas III SDN Sarikarya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yaitu model pembelajaran yang telah dipakai di sekolah - sekolah khususnya yang bernaung di bawah yayasan Kanisius, suatu model pembelajaran yang menerapkan refleksi untuk menemukan nilai-nilai dalam pembelajarannya dengan cara menekankan siswa pada pengalaman yang dimilikinya. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai beberapa keunggulan yang biasa disebut dengan 3C yaitu Competence, Conscience, dan Compassion. Competence yaituyang terkait dengan nilai-nilai akademik, Conscience yaitu ketajaman hati nurani dan

Compassion adalah kepedulian sosial. Dengan 3C, peserta didik diharapkan dapat unggul dalam nilai-nilai akademik sekaligus memiliki kepedulian sosial (Mursanto,2010).

Dengan menggunakan model pembelajaran PPR, diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai cinta tanah air. Pembelajaran Pkn

akan disesuaikan dengan konteks peserta didik, dan peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air diusahakan melalui dinamika pengalaman, refleksi, aksi dan disertai dengan evaluasi. Model pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang akan diterapkan merupakan model pembelajaran yang tidak hanya dapat untuk mengembangkan segi kognitifnya saja, melainkan dapat untuk mengembangkan kemampuan non kognitifnya juga.

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air kelas III SD Negeri Sarikarya dengan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKN menggunakan Standar Kompetensi 4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian, antara lain:

1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air kelas III SD Negeri Sari Karya Tahun ajaran 2013/2014?

1.3.2 Apakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKN semakin meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada siswa kelas III SD Negeri sarikarya Tahun ajaran 2013/2014?

1.4Definisi Operasional

1.4.1 Kesadaran siswa akan nilai adalah kemampuan memahami akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas, sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya.

1.4.2 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan.

1.4.3 PKN adalah sebagai wahana pendidikan nilai cinta tanah air yang termuat pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kelas III semester II SD Negeri Sarikarya.

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.5.1 Mengetahui pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata

pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air kelas III SD Negeri Sarikarya Tahun ajaran 2013/2014.

1.5.2 Meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah airmelalui pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKN bagi siswa kelas III SD Negeri Sarikarya Tahun ajaran 2013/2014

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1.6.1 Bagi siswa:

Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran pedagogi reflektif.

1.6.2 Bagi guru:

Memberikan wawasan mengenai model pembelajaran pedagogi reflektif 1.6.3 Bagi sekolah:

Menambah sumber bacaan dan referensi yang ada di sekolah dan dapat meningkatkan wawasan tentang pembelajaran pedagogi reflektif

1.6.4 Bagi Peneliti:

Memberikan pengalaman dalam menerapkan model PPR pada mata pelajaran PKN. Dan menambah pengetahuan khususnya dalam menyusun skripsi untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dokumen terkait