ABSTRAK
Bernike, Maramis. 2015. Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas III SDN Sarikarya. Yokyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Latar belakang, awalnya siswa-siswi kurang menyadari dan menerapkan akan nilai cinta tanah air. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air di kelas III SD Negeri Sarikarya dan 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air melalui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Negeri Sarikarya.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah peserta didik SDNegeri Sarikarya kelas III Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan pada semester genap bulan Maret Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan dua siklus. Siklus pertama dilakssnakan pada 4 Maret dan siklus kedua 11 Maret. Setiap siklus menggunakan satu kali pertemuan dengan jangka waktu 3 jam pelajaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil skala sikap peserta didik, yang dilakukan pada tiap akhir siklus melalui lembar skala sikap yang diberikan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air. Hal tersebut ditunjukkan dari kenaikan presentase skor skala sikap. Pada indikator 1 kondisi awal memperoleh presentase 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15 % dan pada siklus II 100% . Pada indikator 2 kondisi awal 65,38% meningkat pada siklus I menjadi 88,46% dan pada siklus II 88,46%. Pada indikator 3 kondisi awal 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 4 kondisi awal 69,23% meningkat pada siklus I menjadi 92,30% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 5 kondisi awal 84,61% meningkat pada siklus I menjadi 100% dan pada siklus II 100%
Berdasarkan skala sikap yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan paradigma pedagogi reflektif dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air.
Kata kunci : Paradigma Pedagogi Reflektif, Mata pelajaran PKn, Nilai Cinta Tanah Air
ABSTRACT
Bernike Maramis, 2015. Application Of Paradigm In Reflective Pedagogy PKn Subject To Increase Awareness Of Students Will Love The Value Of Homeland In Class III SD State Sarikarya Even Semester Academic Year 2013/2014
Backgrrounnd, beginning students are less aware of and apply the value of partriotism. The purpose of this study was 1) Knowing the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics to increase students' awareness of the value of love homeland in class III Elementary School Sarikarya and 2) Increase awareness and know the value of love for the country through the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics for Elementary School third grade students Sarikarya.
This type of research in this thesis is the Classroom Action Research (CAR). The subjects were students SDNegeri Sarikarya class III Academic Year 2013/2014. The experiment was conducted in the second semester of academic year 2013/2014 in March. This study uses two cycles. The first cycle dilakssnakan on March 4 and March 11 second cycle. Each cycle uses one session with a period of 3 hours of lessons. Collecting data in this study was obtained from the results of the attitude scale learners, who performed at the end of each cycle through the sheet attitude scale given at the end of each learning activity.
Research conducted in two cycles showed an increase students' awareness of the value of love for the homeland. It is evident from the increase in the percentage of the attitude scale scores. At first indicator initial conditions to obtain a percentage 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and the second cycle of 100%. In the initial condition indicator 2 65.38% increase in the first cycle to 88.46% and 88.46% in the second cycle. In the initial condition indicator 3 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and 96.15% in the second cycle. In the 4 indicators initial condition 69.23% increase in the first cycle to 92.30% and 96.15% in the second cycle. In the initial condition indicator 5 84.61% increase in the first cycle to 100% and the second cycle of 100%
Based on the attitude scale obtained in this study, it can be concluded that the application of reflective pedagogical paradigm can increase students' awareness of the value of love for the homeland.
Keywords: Reflective Pedagogical Paradigm, subjects Civics, Value Love Homeland
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA
PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA
AKAN NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD
NEGERI SARIKARYA SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2013 /2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Bernike Maramis
Nim: 101134227
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
MOTTO
You Can If You Want
Lakukanlah segala sesuatu dengan penuh semangat Jangan menunda-nunda pekerjaan
Tidak ada suatu masalah yang tak ada pemecahan
Ucapkanlah syukur pada Tuhan atas segala sesuatu yang kita dapat Berdoalah pada Tuhan dan mintalah
Semangat!!!
Doa Pater Mathias Wolff.SJ (Pendiri Soc. YMY) Tuhan, Ubalah diriku menjadi diri-Mu sendiri
agar aku boleh hidup di dalam Dikau dan untuk Dikau saja. Dan semoga melaksanakan kehendak-Mu yang suci
menjadi satu-satunya kebahagiaanku di dunia ini. AMIN
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus
Kepada Societas Yesus Maria Dan Yoseph, Khususnya Provinsi Jakarta. Kedua orangtuaku tercinta: Alfonsus George Maramis Dan Welmina Wetik. Adik-adikku: Verra, Agus, Jhon, Timon..
Para suster komunitas Trimargo: Sr. Adolfien, Sr. Joan, Sr. Agus,
Sr, Priska, Sr. Susan, Sr. Bibiana, Sr. Beatrix, Sr. Theresia dan Sr. Novike.
Teman-teman kelompok penelitian skripsi payung: Sr. Patris, Endah, Verra, Winda, Yuni, Astri, Windi, Hendri, Rido, Angga, Arif, Kismet, Ari, Anisa, dan Mila.
Kedua Ibu di Biara: Mba Yatmi dan Mba Ari.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Desember 2015
Penulis,
Bernike Maramis
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Bernike Maramis
Nomor Mahasiswa : 101134227
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SARIKARYA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 /2014
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 15 Desember 2015
Yang menyatakan,
Bernike Maramis
ABSTRAK
Bernike, Maramis. 2015. Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas III SDN Sarikarya. Yokyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Latar belakang, awalnya siswa-siswi kurang menyadari dan menerapkan akan nilai cinta tanah air. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air di kelas III SD Negeri Sarikarya dan 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air melalui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Negeri Sarikarya.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah peserta didik SDNegeri Sarikarya kelas III Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan pada semester genap bulan Maret Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan dua siklus. Siklus pertama dilakssnakan pada 4 Maret dan siklus kedua 11 Maret. Setiap siklus menggunakan satu kali pertemuan dengan jangka waktu 3 jam pelajaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil skala sikap peserta didik, yang dilakukan pada tiap akhir siklus melalui lembar skala sikap yang diberikan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air. Hal tersebut ditunjukkan dari kenaikan presentase skor skala sikap. Pada indikator 1 kondisi awal memperoleh presentase 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15 % dan pada siklus II 100% . Pada indikator 2 kondisi awal 65,38% meningkat pada siklus I menjadi 88,46% dan pada siklus II 88,46%. Pada indikator 3 kondisi awal 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 4 kondisi awal 69,23% meningkat pada siklus I menjadi 92,30% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 5 kondisi awal 84,61% meningkat pada siklus I menjadi 100% dan pada siklus II 100%
Berdasarkan skala sikap yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan paradigma pedagogi reflektif dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air.
Kata kunci : Paradigma Pedagogi Reflektif, Mata pelajaran PKn, Nilai Cinta Tanah Air
ABSTRACT
Bernike Maramis, 2015. Application Of Paradigm In Reflective Pedagogy PKn Subject To Increase Awareness Of Students Will Love The Value Of Homeland In Class III SD State Sarikarya Even Semester Academic Year 2013/2014
Backgrrounnd, beginning students are less aware of and apply the value of partriotism. The purpose of this study was 1) Knowing the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics to increase students' awareness of the value of love homeland in class III Elementary School Sarikarya and 2) Increase awareness and know the value of love for the country through the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics for Elementary School third grade students Sarikarya.
This type of research in this thesis is the Classroom Action Research (CAR). The subjects were students SDNegeri Sarikarya class III Academic Year 2013/2014. The experiment was conducted in the second semester of academic year 2013/2014 in March. This study uses two cycles. The first cycle dilakssnakan on March 4 and March 11 second cycle. Each cycle uses one session with a period of 3 hours of lessons. Collecting data in this study was obtained from the results of the attitude scale learners, who performed at the end of each cycle through the sheet attitude scale given at the end of each learning activity.
Research conducted in two cycles showed an increase students' awareness of the value of love for the homeland. It is evident from the increase in the percentage of the attitude scale scores. At first indicator initial conditions to obtain a percentage 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and the second cycle of 100%. In the initial condition indicator 2 65.38% increase in the first cycle to 88.46% and 88.46% in the second cycle. In the initial condition indicator 3 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and 96.15% in the second cycle. In the 4 indicators initial condition 69.23% increase in the first cycle to 92.30% and 96.15% in the second cycle. In the initial condition indicator 5 84.61% increase in the first cycle to 100% and the second cycle of 100%
Based on the attitude scale obtained in this study, it can be concluded that the application of reflective pedagogical paradigm can increase students' awareness of the value of love for the homeland.
Keywords: Reflective Pedagogical Paradigm, subjects Civics, Value Love Homeland
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma
Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan
Nilai Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas III SDN Sarikarya Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini, dan tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam
proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan
membantu sehingga karya ilmiah ini dapat selesai.
4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dengan sabar dan menyemangati penulis sehingga karya ilmiah ini
dapat selesai.
5. Seluruh dosen dan staff PGSD yang telah membimbing dan melayani kami.
6. Kepada Pimpinan Societas JMJ, Para suster JMJ provinsi Jakarta, Manado dan
Makassar, rekan-rekan Suster Komunitas Trimargo Yogyakarta (Sr. Laetha, Sr
Adolfien, Sr.Joana Vita, Sr. Agus, Sr. Priska, Sr. Susan, Sr Beatrix, Sr. Bibiana, Sr.
Treis dan Sr. Novike ) yang tak henti-hentinya selalu memberikan nasihat, dukungan
dan doa sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orangtuaku serta adik-adik yang selalu mendukung, memberi semangat
motivasi dan doa.
8. Jaka Triyana, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sarikarya, yang telah
memberikan ijin penelitian di kelas III SD Negeri Sarikarya.
9. Danang, selaku guru mata pelajaran PKn kelas III SD Negeri Sarikarya yang telah
berkenan untuk berkolaborasi dengan penulis, memberikan waktu, tenaga, pikiran dan
semangat serta ijin untuk melakukan penelitian di kelas III SDN Sarikarya
10.Siswa kelas III SDN Sarikarya yang telah bersedia kerjasama dengan baik sehingga
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
11.Teman-teman seperjuangan keluarga payung PTK (Arif, Astri, Angga, Ari, Endah,
Hendri, Kismet, Nissa, Rido, Sr.Patris PI, Winda, Windi, Yuni) yang telah bersedia
bekerja sama dan memberikan dukungan dalam mengerjakan karya ilmiah ini.
12.Teman-teman mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 terkusus kelas C PGSD yang
senantiasa memberikan bantuan, motivasi serta keceriaan selama penulis menjalani
studi hingga menyelesaikan skripsi ini.
13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan
karya ilmiah ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Yogyakarta, 15 Desember 2015
Penulis,
Bernike Maramis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 8
1.3 Rumusan Masalah ... 8
1.4 Definisi Operasional ... 9
1.5 Tujuan Penelitian ... 9
1.6 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1. Nilai ... 11
2.1.1.1. Peranan Nilai Dalam Kehidupan Manusia ... 12
2.1.1.2. Tanggapan Manusia Terhadap Nilai ... 13
2.1.1.3. Peranan Nilai Bagi Manusia ... 15
2.1.1.4. Pendidikan Nilai ... 16
2.1.2. Kesadaran ... 18
2.1.2.1. Peranan Kesadaran ... 21
2.1.3. Cinta Tanah Air ... 21
2.1.3.1. Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air ... 23
2.1.4. Mata Pelajaran PKn ... 24
2.1.4.1. Pengertian PKn Sebagai Pendidikan Nilai ... 24
2.1.5. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 29
2.1.5.1. Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 29
2.1.5.2. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) .... 30
2.1.5.3. Hakikat Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 31
2.1.5.4. Ciri-Ciri PPR ... 32
2.1.5.5. Tujuan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 33
2.1.5.6. Langkah-Langkah Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) ... 34
2.1.5.7. Kelebihan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 39
2.2 Penelitian- Penelitian yang Relevan ... 41
2.3 Kerangka Berfikir ... 43
2.4 Hipotesis Tindakan ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 46
3.2 Seting Penelitian (tempat, subjek, dan objek penelitian) ... 47
3.2.1.Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
3.2.2. Subjek Penelitian ... 47
3.2.3. Objek Penelitian ... 48
3.3 Langkah-langkah Tindakan Penelitian ... 48
3.3.1. Persiapan ... 48
3.3.2.Tindakan Tiap Siklus ... 49
3.3.2.1Siklus I ... 49
3.3.2.2Siklus II ... 54
3.3.3. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 56
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.5Instrumen Penelitian ... 60
3.5.1. Kuesioner ... 60
3.6Instrumen Pengumpulan Data ... 68
3.7Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 71
3.7.1. Validitas ... 71
3.7.2. Reliabilitas ... 73
3.7.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 74
3.7.3.1Uji Validitas Instrumen Pembelajaran ... 74
3.7.3.2Uji Validitas Instrumen Pengumpulan Data ... 79
3.8 Teknik Analisis Data ... 90
3.8.1. Analisis Data Kesadaran akan Nilai Cinta Tanah Air ... 91
3.9Jadwal Penelitian... 98
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 99
4.1.1. Kondisi Awal ... 99
4.2Pelaksanaan Pembelajaran ... 112
4.2.1. Siklus I ... 112
4.2.1.1Perencanaan ... 112
4.2.1.2Tindakan ... 114
4.2.1.3Pengamatan ... 115
4.2.1.4Refleksi ... 129
4.2.2. Siklus 2 ... 129
4.2.2.1Perencanaan ... 129
4.2.2.2Tindakan ... 130
4.2.2.3Pengamatan ... 131
4.2.2.4Refleksi ... 150
4.3Pembahasan ... 151
4.3.1. Indikator Pencapaian Kesadaran Siswa ... 151
4.3.2. Hubungan PPR Dengan Peningkatan Kesadaran Siswa Akan Nilai Cinta Tanah Air ... 155
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 158
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 158
5.3 Saran ... 159
DAFTAR REFERENSI ... 160
LAMPIRAN ... 163
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 57
Tabel 3.2 Indikator Kuesioner ... 61
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap... 64
Tabel 3.4 Skala Sikap Sesudah Validasi ... 66
Tabel 3.5 Kriteria Instrumen Skala Sikap ... 67
Tabel 3.6 Skor Skala Likert ... 67
Tabel 3.7 Skor Skala Likert Sesudah dimodifikasi ... 68
Tabel 3.8 Variabel Penelitian dan Pengumpulan Data ... 69
Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 73
Tabel 3.10 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75
Tabel 3.11 Hasil Validasi Silabus ... 76
Tabel 3.12 Hasil Validasi RPP... 77
Tabel 3.13 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 78
Tabel 3.14 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 79
Tabel 3.15 Kisi-Kisi Skala untuk Validitas Empiris ... 81
Tabel 3.16 Kriteria Penskoran Skala Sikap ... 84
Tabel 3.17 Hasil Uji Validitas ... 85
Tabel 3.18 Hasil Uji Reliabilitas Skala Sikap ... 90
Tabel 3.19 Acuan PAP Tipe I ... 92
Tabel 3.20 Perhitungan Batas Nilai Indikator 1 menurut PAP I... 93
Tabel 3.21 Perhitungan Batas Nilai Indikator 2 menurut PAP I... 94
Tabel 3.22 Perhitungan Batas Nilai Indikator 3 menurut PAP I... 95
Tabel 3.23 Perhitungan Batas Nilai Indikator 4 menurut PAP I... 96
Tabel 3.24 Perhitungan Batas Nilai Indikator 5 menurut PAP I... 97
Tabel 3.25 Jadwal Penelitian ... 98
Tabel 4.1 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 1 ... 101
Tabel 4.2 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 2 ... 102
Tabel 4.3 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 3 ... 104
Tabel 4.4 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 4 ... 106
Tabel 4.5 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 5 ... 108
Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Indikator Pada Kondisi Awal ... 109
Tabel 4.7 Waktu Pelaksanaan Pembelajaran ……… 112
Tabel 4.8 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 1 ……… 117
Tabel 4.9 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 2 ... 118
Tabel 4.10 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 3……… 120
Tabel 4.11 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 4 ………... 122
Tabel 4.12 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 5 ... 124
Tabel 4.13 Rangkuman Perhitungan Indikator Pada Siklus 1 ... . 126
Tabel 4.14 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 1 ... .. 134
Tabel 4.15 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 2 ... . 135
Tabel 4.16 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 3 ... . 137
Tabel 4.17 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 4 ... 139
Tabel 4.18 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 5 ... 141
Tabel 4.19 Rangkuman Perhitungan Indikator Pada Siklus 2 ... 143
Tabel 4.20 Rangkuman Perhitungan Kondisi Awal – Kondisi Akhir ... 147
Tabel 4.21 Indikator Pencapaian Penelitian ………. 153
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Pelaksanaan PPR ... 38
Gambar 2.2 Skema Penelitian Yang Relevan ... 44
Gambar 3.1 Siklus PTK Menurut Susilo (2007) ... 47
Gambar 4.1 Grafik Hasil Peningkatan Siswa Tiap Indikator ... 149
Gambar 4.2 Grafik Hasil Peningkatan Rata-Rata Secara Keseluruhan ... 149
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjabaran Indikator ... 164
Lampiran 2 Skala Sikap Sebelum Validasi ... 169
Lampiran 3 Skala Sikap Sesudah Validasi ... 173
Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran ... 177
Lampiran 5 Hasil Validitas Instrumen Pembelajaran Dari Dosen ... 236
Lampiran 6 Hasil Validitas Instrumen Pembelajaran Dari Guru ... 241
Lampiran 7 Validasi Skala sikap ... 246
Lampiran 8 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Kondisi Awal ... 248
Lampiran 9 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Siklus 1 ... 261
Lampiran 10 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Siklus 2 ... 274
Lampiran 11 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 287
Lampiran 12 Refleksi Siswa ... 298
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ... 305
Lampiran 14 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 307
Lampiran 15 Foto-Foto Kegiatan... 309
Lampiran 16 Daftar Riwayat Hidup ... 312
1
Menurut Sunarso, dkk (2008 : 7) Pendidikan merupakan suatu hal yang amat
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, yang bedasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Menurut Wiharyanto (2008 : 4), Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai
wahana untuk mengembangkan danmelestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya Bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat
yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang
adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang
beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui
musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Winataputra (2007) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan
intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memilikikompetensi dan
efektifitas dalam berpartisipasi. Sejalan dengan ituPKn merupakan mata pelajaran
yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilailuhur
danmoral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Karena itu PKn diajarkan di
semua tingkat pendidikan baik pendidikan dasar maupun sampai pada perguruan
tinggi. Diharapkan hal tersebut dapat terwujud dalam bentukperilaku dalam
kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. (Kurikulum Tingkat Satuan
Menurut Sumarsono (2008) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dankesadaran bernegara,
sikap serta prilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri peserta didik sebagai warganegara
NKRI yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni.Peserta didik
harus mengetahui cara-cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan
sekitar. Hal tersebut akan tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap
ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai moral
yang baik maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah
terwujudkan.
Djahiri (1991:6) mengungkapkan bahwa konsep-konsep pancasila hendaknya
tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya semata, tetapi dikaji isi
pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya disampaikan tatanan moralnya.
Menanamkan pendidikan nilai dalam pembelajaran merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran Pkn sebagai pendidikan nilai, maka perlu diusahakan persiapan,
perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran Pkn yang sesuai dan mampu
meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya.
Selain pendekatan kognitif, pendekatan nilai juga harus dilakukan karena secara
kurikuler bobot tujuan program ini ada dalam kawasan afektif rana tinggi atau
Menurut Djahiri Pkn bukanlah pelajaran hafalan semata, melainkan untuk
diamalkan secara penuh penghayatan, keyakinan dan nalar. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Winataputra (2008) bahwa dalam strategi pembelajaran Pkn, siswa
tidak hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus
praktis, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan berprilaku sebagai materi
yang dipelajari. Pendidikan nilai tidak terpisah oleh adanya kesadaran dalam diri
seseorang tersebut. Jika pendidikan nilai diterapkan dalam mata pelajaran tertentu,
namun tidak didukung oleh kesadaran, maka nilai tersebut tidak terselesaikan secara
maksimal.
Pendidikan PKn pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang
sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam
membentuk sikap, kecerdasan dan kepribadian anak. Namun kenyataan menunjukkan
banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran PKn yang tidak menarik dan
membosankan. Keluhan ini secara langsung atau tidak langsung akan sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar PKn pada setiap jenjang pendidikan. Meskipun
upaya mengatasi hasil belajar PKn yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah.
Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan
guru-guru melalui sertifikasi, serta melakukan berbagai penelitian terhadap
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar PKn. Namun kenyataan menunjukkan
Pada kenyataannya disekolah pembelajaran Pkn kebanyakan menggunakan
metode ceramah yang mengarah pada aspek kognitif serta bersifat memberikan
informasi satu arah dari guru ke siswa. Sehingga peserta didik tidak menyadari
dengan nilai-nilai yang terkait dalam pembelajaran. Hal itu nampak pada saat guru
mengajar, guru tidak secara maksimal menyampaikan nilai-nilai yang terkandung
dalam materi yang sedang dipelajari. Sehingga siswa tidak mengerti bahwa dalam
materi tersebut terdapat nilai-nilai yang harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,siswa terlihat kurang antusias
mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Mengingat pelajaran Pkn di kelas
tersebut dilaksanakan pada siang hari (11.45-12.45), dan guru kurang kreatif dalam
mengemas pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
tradisional, sehingga siswa tampak kurang bersemangat dalam belajar. Pendidikan
nilai yang seharusnya ditanamkan pada siswa saat pembelajaran, menjadi tidak
terealisasikan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di lapangan, masih ada sebagian guru
PKn yang mengalami hambatan dan kesulitan dalam menerapkan kondisi yang dapat
merangsang serta mengarahkan proses belajar peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, keterampilan yang mengakibatkan perubahan perilaku maupun
pertumbuhan pribadi peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan adanya kesenjangan.
siswa saat mengikuti upacara bendera pada hari senin. Peneliti melakukan
pengamatan dan wawancara terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan pada
saat upacara berlangsung, tampak sebagian siswa tidak mengikuti upacara dengan
tertib. Siswa cenderung lebih suka berbicara dengan teman yang lain sehingga
menimbulkan kegaduhan. Siswa yang tampak tidak tertib dalam mengikuti upacara
adalah sebagian besar siswa kelas I-IV. Diantara siswa kelas I-IV, peneliti melihat
bahwa siswa kelas I dan II, cenderung lebih banyak membuat kegaduhan saat upacara
berlangsung.Dalam hal ini, nilai cintah tanah air kurang dimengerti dan siswa tidak
memiliki kesadaran akan nilai cinta tanah air. Hal itu juga diperkuat dengan
wawancara dengan seorang guru Pkn yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa dan
guru. Siswa cenderung lebih suka kebudayaan negara lain, dari pada kebudayaan
negara sendiri, nampak pada saat istirahat makan, siswa sudah membawah bekal dari
rumah tetapi siswa lebih suka membeli makanan siap saji dari pada makanan khas
dari daerahnya. Hasil wawancara dengan guru juga membuktikan bahwa dalam
pelajaran tentang kebudayaan Indonesia, siswa kurang mengerti akan keaneka
ragaman budaya di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti ingin menerapkan pendidikan nilai
cinta tanah air dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran
PPR yang diduga dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pkn. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme
tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik
bagi siswanya. Ketrampilan sikap yang berupa sikap tanggung jawab, sikap
demokratis dan sikap saling menghargai perbedaan dari warga masyarakat harus
dibelajarkan melalui kebiasaan dan latihan yang intensif di sekolah. Untuk keperluan
ini diperlukan model PPR yang mendukung pembelajaran siswa akan cinta tanah air.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti menenukan solusi yang
cocok untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air dalam pembelajaran
PKn bagi peserta didik kelas III SDN Sarikarya dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) yaitu model pembelajaran yang telah dipakai di sekolah - sekolah
khususnya yang bernaung di bawah yayasan Kanisius, suatu model pembelajaran
yang menerapkan refleksi untuk menemukan nilai-nilai dalam pembelajarannya
dengan cara menekankan siswa pada pengalaman yang dimilikinya. Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai beberapa keunggulan yang biasa disebut
dengan 3C yaitu Competence, Conscience, dan Compassion. Competence yaituyang
terkait dengan nilai-nilai akademik, Conscience yaitu ketajaman hati nurani dan
Compassion adalah kepedulian sosial. Dengan 3C, peserta didik diharapkan dapat
unggul dalam nilai-nilai akademik sekaligus memiliki kepedulian sosial
(Mursanto,2010).
Dengan menggunakan model pembelajaran PPR, diharapkan nantinya dapat
akan disesuaikan dengan konteks peserta didik, dan peningkatan kesadaran akan nilai
cinta tanah air diusahakan melalui dinamika pengalaman, refleksi, aksi dan disertai
dengan evaluasi. Model pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
yang akan diterapkan merupakan model pembelajaran yang tidak hanya dapat untuk
mengembangkan segi kognitifnya saja, melainkan dapat untuk mengembangkan
kemampuan non kognitifnya juga.
1.2Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran siswa akan
nilai cinta tanah air kelas III SD Negeri Sarikarya dengan Pembelajaran Pedagogi
Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKN menggunakan Standar Kompetensi 4.
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian, antara lain:
1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata
pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air
kelas III SD Negeri Sari Karya Tahun ajaran 2013/2014?
1.3.2 Apakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran
PKN semakin meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada
1.4Definisi Operasional
1.4.1 Kesadaran siswa akan nilai adalah kemampuan memahami akan berbagai hal
yang berkaitan dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai sebagai
kualitas, sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya
nilai yang menjadi tujuannya.
1.4.2 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan.
1.4.3 PKN adalah sebagai wahana pendidikan nilai cinta tanah air yang termuat
pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kelas
III semester II SD Negeri Sarikarya.
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.5.1 Mengetahui pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata
pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air
kelas III SD Negeri Sarikarya Tahun ajaran 2013/2014.
1.5.2 Meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah airmelalui pelaksanaan
Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKN bagi siswa kelas
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1.6.1 Bagi siswa:
Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan
model pembelajaran pedagogi reflektif.
1.6.2 Bagi guru:
Memberikan wawasan mengenai model pembelajaran pedagogi reflektif
1.6.3 Bagi sekolah:
Menambah sumber bacaan dan referensi yang ada di sekolah dan dapat
meningkatkan wawasan tentang pembelajaran pedagogi reflektif
1.6.4 Bagi Peneliti:
Memberikan pengalaman dalam menerapkan model PPR pada mata pelajaran
PKN. Dan menambah pengetahuan khususnya dalam menyusun skripsi untuk
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang digunakan dalam
penelitian. Pembahasan landasan teori terdiri dari empat bagian yaitu: kajian
pustaka, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Dalam teori yang relevan ini dibahas teori kesadaran, teori nilai, teori cinta
tanah air, teori kesadaran akan nilai cinta tanah air, model pembelajaran PPR, dan
mata pelajaran Pkn. Seluruhnya dibahas secara runtut sebagai berikut.
2.1.1 Nilai
Nilai merupakan kualitas yang memiliki daya tarik serta dasar bagi tindakan
manusia serta untuk mendorong manusia untuk mewujudkannya, karena nilai
memiliki kesesuaian dengan kecenderungan kodrat manusia (Wahana, 2004:84).
Menurut Wahana (2004:101) nilai adalah kualitas yang membuat suatu hal
menjadi bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan suatu hal yang membawa
kualitas nilai. Dengan demikian, nilai dapat dipahami sebagai yang berbeda dan tidak
tergantung pada hal yang bernilai. Meskipun dapat terwujud dalam dunia indrawi
yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya sendiri yang keberadaannya
tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan dunia empiris.
Dalam Djahiri (1991) nilai merupakan suatu yang berharga/tidak berharga,
mengacu kepada peringkat kualifikasi indah, baik, benar dan kebalikannya. Berbeda
dengan Djahiri, Gazalba (dalam Thoha, 1996:61) menjelaskan bahwa nilai adalah
sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan
hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
adalah suatu kualitas dalam diri manusia untuk melakukan hal-hal yang baik, dan
tidak menyimpang dari aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku untuk
mencapai tujuan atau nilai yang diharapkan.
2.1.1.1 Peranan Nilai Dalam Kehidupan Manusia
Menurut Wahana (2004:70) mengatakan bahwa peranan nilai dalam
kehidupan sehari-hari itu sangatlah penting untuk pembentukan diri manusia melalui
tindakan-tindakannya. Peranan nilai dalam kehidupan sehari-hari tersebut adalah:
a) Peranan nilai bagi tindakan manusia
Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan merasakan yang terarah dan dasar
bagi suatu keharusan. Pengakuan akan adanya suatu nilai positif tertentu
dirasakannya ke dalam realitas kehidupan. Sedangkan penangkapan adanya nilai
negatif yang terwujud dalam realitas, mengharuskan dan mendorong orang
bersangkutan bertindak untuk meniadakan nilai negatif tersebut dalam realitas
kehidupan.
b) Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia
Manusia sebagai pribadi yang berkembang dan berubah terus menerus di
dalam dan melalui tindakan-tindakannya.Secara konkrit segala tindakan terarah untuk
merespons nilai yang ditemukan dan dirasakannya, yang mengandung suatu
keharusan untuk mewujudkannya terhadap nilai positif dan menghilangkan atau
menghapus terhadap nilai negatif. Dengan demikian berarti nilai-nilai memiliki peran
yang mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya
melalui tindakan-tindakannya.
c) Tipe-tipe person bernilai sebagai model pembentukan manusia.
Ada 5 nilai tipe person, yaitu (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai kegunaan pemimpin,
(3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai spiritual jenius, dan (5) nilai kekudusan santo.
2.1.1.2 Tanggapan Manusia Terhadap Nilai
1. Cara manusia memahami nilai
Dalam perwujudannya nilai tidak berada pada dirinya sendiri, melainkan
selalu tampak pada kita sebagai yang ada pada pembawa nilai, atau objek bernilai.
pemahaman terhadap objek nyata dengan nilai yang termuat didalamnya, dan
mempertanyakan apakah keduanya dapat diketahui dengan cara yang sama, misalnya
secara rasional indrawi. Misalnya, kita melihat dua buah mangga, kita melihat
masing-masing buah tersebut dengan mata, tetapi kesamaan antara kedua buah
mangga tersebut dapat diketahui hanya dengan mata, melainkan perlu juga dengan
pikiran.
2. Sarana manusia memahami nilai
Hati manusia merupakan suatu kesejajaran yang tepat antara keteraturan hati yang
bersifat apriori dengan susunan nilai yang bersifat hierarkis objektif. Hati memiliki
dalam dirinya sendiri suatu analog yang tepat dengan pikiran, meskipun tidak
dipinjam dari logika pikiran. Terdapat hukum yang ditulis dalam hati yang
berhubungan dengan rencana yang sesuai dengan dunia yang dibangun, yaitu dunia
nilai.
3. Sikap manusia terhadap nilai
Nilai harus dicintai dan diwujudkan dalam hidup manusia sesuai dengan tingkatan
tinggi rendahnya; tingkatan yang lebih tinggi harus didahulukan daripada yang lebih
2.1.1.3 Peranan Nilai Bagi Manusia
Dalam hal ini nilai memiliki peranan pendorong dan pengaruh bagi pembentukan diri
manusia melalui tindakan-tindakannya.
1. Peranan nilai bagi tindakan manusia
Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan merasakan yang terarah. Tersedianya
nilai positif memungkinkan orang menangkap dan dan merasakan nilai tersebut,
dan mendorong tindakan untuk mewujudkannya dalam realitas, sedangkan
terwujudnya nilai negatif mendorong orang yang merasakannya untuk bertindak
menghapuskannya dari realitas kehidupan.
2. Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia
Segala tindakan manusia terarah untuk merespon nilai yang ditemukan dan
dirasakannya, yang mengandung suatu keharusan untuk mewujudkannya
(terhadap nilai positif) serta untuk menghilangkannya atau menghapuskannya
(terhadap nilai negatif). Ini berarti bahwa nilai-nilai memiliki peran mengarahkan
dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya melalui
tindakan-tindakannya.
3. Tipe-tipe person bernilai sebagai model pembentukan manusia.
Ada 5 nilai tipe person, yaitu (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai kegunaan
pemimpin, (3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai spiritual jenius, dan (5) nilai
2.1.1.4 Pendidikan Nilai
Menurut Sjarkawi (2006:52) Pendidikan nilai, pada dasarnya ada tiga jenis
nilai yang harus diajarkan kepada anak melalui pendidikan nilai, yaitu nilai-nilai
estetis, nilai-nilai synnoetis, dan nilai-nilai etis. Pendidikan tentang nilai-nilai etis,
akan membuat anak peka terhadap norma-norma tentang kebaikan. Melalui
pendidikan estetis anak-anak diajar mengenal perbedaan antara apa yang indah dan
apa yang jelek atau buruk. Pendidikan tentang nilai-nilai synnoetis akan membuat
anak peka tentang suasana hati yang terdapat pada diri orang lain. Pendidikan
tentang nilai-nilai synnoetis ini akan menanamkan benih-benih empati pada diri
anak. Dan pendidikan tentang nilai-nilai etis akan membuat anak peka terhadap
norma-norma tentang kebenaran moral.
Mardiatmadja dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai
sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai
serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Jadi pada
kesimpulannya, pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan
nilai-nilai kepada peserta didik. Pendidikan nilai-nilai sangatlah penting untuk diajarkan
diseluruh program pendidikan, agar peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu,
ketrampilan dan teknologi saja, melainkan dapat mengembangkan aspek
Adapun tugas dari pendidikan nilai menurut Benoit (dalam Kaswardi,
1993:101) yaitu membuat orang sadar, bahwa nilai sebagai pedoman bertindak
bersifat mendua, ada nilai positif dan nilai negatif. Oleh karena itu sebagai pendidik,
harus berusaha sebaik mungkin mengarahkan, dan menjelaskan nilai-nilai positif
kepada peserta didik. Benoit juga mengatakan bahwa pendidikan nilai tampil dalam
cara yang berbeda-beda, tergantung dari apakah diberikan dalam keluarga, media
massa, dalam gerakan remaja di sekolah, dan lain-lain.
Dalam pelajaran PKn, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar
perilaku. Demikian juga yang dikatakan Djahiri (1991: 6) bahwa PKn hendaknya
tidak sekedar disampaikan arti, rumusan, percontohannya semata.
Hendaknya juga dikaji isi pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya
disampaikan tatanan moralnya berikut acuan normatif/hukum keharusannya dan tata
cara pelaksanaannya. Oleh karena itu, pendidikan nilai sangatlah penting untuk
diajarkan dalam PKn. Nilai-nilai pancasila yang dimasukkan dalam pelajaran PKn
digali dari kebudayaan-kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia
merupakan pandangan hidup atau menjadi panutan hidup bangsa Indonesia. Nilai
pancasila secara individu dimaknai sebagai cermin perilaku kehidupan sehari-hari
2.1.2 Kesadaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:2003:570), kesadaran berasal
dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf; yakin; merasa;
tahu; dan mengerti. Kesadaran berarti 1) Keadaan mengerti: akan harga dirinya
timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; 2) Hal yang dirasakan atau dialami
oleh seseorang.
Menurut (Semium, 2006:59) kesadaran merupakan satu-satunya tingkat
kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kesadaran merupakan sikap sadar dan ingat pada keadaan yang sebenarnya
yang secara langsung tersedia bagi kita. Kesadaran adalah keadaan sadar akan
perbuatan. Sadar artinya merasa, atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), tahu
atau mengerti.
Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan
bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Suhatman:2009:27).
Beliau juga berpendapat bahwa kesadaran kritis sangat diperlukan dalam
pengembangan pribadi dan intelektual siswa dalam kehidupan sekarang maupun
kemudian hari. Kesadaran kritis dan berpikir kritis dapat dibangun melalui
pendidikan di sekolah dan secara khusus melalui kegiatan belajar dan pembelajaran
Tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kritis serta berpikir kritis, menurut
Suhatman (2009:67) dengan menempatkan siswa sebagai subjek Hal-hal berikut perlu
diperhatikan guru:
1. Pembelajaran di kelas harus berubah dari berpusat kepada guru menjadi berpusat
kepada siswa.
2. Guru berperan sebagai fasilitator untuk melayani siswa dalam membelajarkan
siswa dan membuat siswa mengalami serta menyukai belajar. Untuk itu guru
senantiasa belajar terus menerus mengaktualisasi diri. Memperluas dan
memperdalam pengetahuannya agar selektif dalam memfasilitasi siswa dalam
belajar.
3. Mengajar dengan mengembangkan metode dialogis dalam diskusi,
memberikesempatan pada siswa untuk berpikir dan mengendapkan
pengetahuannya, memberi kesempatan untuk bertanya, berdebad, bereksplorasi
untuk menemukansuatu pemahaman yang baru.
4. Dalam membelajarkan siswa maka pembelajaran dibuat semenarik mungkin
untuk memotivasi siswa sehingga senang belajar, dengan demikian merangsang
otak untuk dapat menerima pengetahuan/pemahaman baru lebih cepat.
5. Membuat perencanaan, persiapkan dengan media yang dapat membantu siswa
6. Guru berperan sebagai agen perubahan dengan berani mengubah paradigma
berpikirnya yaitu menjauhkan diri dari ketakutan dan keenggganan mengubah
cara menggajarnya yang tidak selektif serta bersikap terbuka.
7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam berpikir,
berpendapat dan mengekspresikan diri dalam suasana belajar yang terbuka, tidak
banyak aturan-aturan yang membelenggu, multinilai, multikebenaran,
diperbolehkan salah, menerapkan metode ilmiah. Guru tidak menggurui karena
guru dan siswa setara.
8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman konsep yang kuat bukan
sekedar menghafal, mampu untuk mencerna pengetahuan dengan mendalam,
memiliki cara berpikir kritis menghadapi masalah-masalah sehari-hari dalam
kehidupan. Pembelajaran dengan membangun kesadaran kritis akan menghasilkan
pembelajaran yang bermutu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kesadaran kritis ialah pembelajaran yang membuat siswa menjadi pelaku dan
berperan aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Peran aktif siswa dapat
dirangsang dan ditingkatkan dengan metode pembelajaran yang berfokus pada
kegiatan siswa untuk mengalami belajar. Guru sebaiknya melakukan perubahan
dalam mengefektifkan perannya untuk membangun kesadaran kritis siswa sehingga
2.1.2.1 Peranan Kesadaran
Given (2012213-214) berpendapat bahwaPeranan kesadaran adalah
mengambil tindakan atau suatu keputusan dipilih melalui cara yang selektif dan
berani menentukan arah dengan mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) kesadaran mempunyai arti
(1)keinsafan; keadaan mengerti; akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan
secara tidak adil; (2) hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.
Semium (2006:59) mengatakan kesadaran merupakan satu-satunya tingkat
kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kesadaran merupakan sikap sadar dan ingat pada keadaan yang sebenarnya
yang secara langsung tersedia bagi kita. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa kesadaran merupakan kondisi dimana individu mengetahui dan ingat pada
keadaan yang sebenarnya yang secara langsung tersedia bagi kita.
2.1.3 Cinta Tanah Air
Rasa cinta terhadap tanah air muncul dan berkembang menjadi sebuah
paham(isme) menjadi nasionalisme yang dijadikan sebagai landasan hidup bernegara,
bermasyarakat dan berbudaya dipengaruhi oleh kondisi historis dan dinamika sosio
kultural yang ada dimasing-masing negara.
Menurut Arikunto, (1996:12-13) Cinta tanah air berarti cinta pada negeri
yang cinta tanah air senantiasa berusaha agar negerinya tetap aman, sentosa dan
sejahtera. Cinta tanah air dan bangsa adalah suatu sikap yang dilandasi ketulusan dan
keiklasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk keyaan tanah air dan kebahagiaan
bangsanya. Sebagai Warga negara indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta
terhadap tanah air dan bangsa yaitu : (1) Bangga sebagai bangsa indonesia dan
bertanah air indonesia. (2) Tidak akan melakukan perbuatan atau tindakan yang
merugikan bangsa dan negaranya. (3) Setia dan taat terhadap peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. (4) Berjiwa dan berpribadian Indonesia.
Menurut Hastuti (2011:42) Cinta tanah air adalah cinta kepada negeri dimana
seseorang memperoleh penghidupan dan menjalani kehidupan sampai akhir hayatnya.
Senantiasa menjaga agar negerinya tetap aman, sentausa dan sejahtera. Selalu
tanggap dan waspada terhadap setiap kemungkinan adanya unsur-unsur yang dapat
membahayakan keamanan negerinya serta kelangsungan hidup bangsa dan
negaranya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa warga negara
yang baik adalah warga negara yang cinta akan tanah airnya sendiri. Dengan adanya
keberagaman dalam suatu bangsa, dasar negara dapat dijadikan alat pemersatu
2.1.3.1 Kesadaran akan Nilai Cinta Tanah Air
Kesadaran akan nilai berarti kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan
dengan nilai, antara lain: (1) menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu
diusahakan, (2) menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik bagi kualitas
untuk mewujudkannya, (3) menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu
diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju, (4) menyadari sikap yang diperlukan
demi terwujudnya nilai yang diharapkan, dan (5) menyadari tindakan yang perlu
dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya. (Wahana:2013).
Menurut Winataputra (2008:4.20) dalam skripsi (Cahyaningtyas 2013:15-16)
bahwa mencermati kondisi dan letak geografis wilayah Indonesia, sudah
sewajarnyalah warga negara Indonesia mempunyai kebanggaan tersendiri. Karena
Indonesia mempunyai begitu banyak keberagaman. Bangga menurut Winataputra
(2008:4.20) adalah merasa berbesar hati atau merasa gagah karena mempunyai
berbagai kelebihan atau keunggulan. Jadi, yang dimaksud dengan bangga sebagai
bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara dimanapun
berada. Namun konsekuensi tersebut nampaknya belum terbukti, seperti yang
diungkapkan oleh Amin (2011:1) bahwa salah satu pengaruh arus globalisasi disemua
sendi-sendi kehidupan yaitu lunturnya nilai-nilai nasionalisme dan solidaritas yang
sedang diderita anak negeri ini. Lunturnya nilai-nilai nasionalisme tersebut
2.1.4 Mata Pelajaran PKN
2.1.4.1 Pengertian PKn sebagai pendidikan nilai
Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sebuah mata
pelajaran yang tidak akan terlepas dari siswa. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar, bahkan hingga di perguruan
tinggi pun PKn akan selalu kita temukan. Menurut sunarso, dkk (2008) Pendidikan
kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia. Menurut Brodjonegoro (2001)
Pendidikan Kewarganegaraan dimaksud agar kita memiliki wawasan kesadaran
bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai
pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila.
MenurutAmin (2008) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa datang menjadi patriot pembela
bangsa dan negara. Patriot pembela bangsa dan negara ialah pemimpin yang
mempunyai kecintaan, kesetiaan, serta keberanian untuk membela bangsa dan tanah
air melalui bidang profesinya masing-masing. Sementara menurut Chamim (2004),
Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan
pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang menjunjung tinggi
demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga
persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera,
Menurut Brodjonegoro (2001) Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan
adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa. Sementara menurut
sunarso (2008:11) Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut. (1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan. (2) Berpartisipasi secara bermutu dan
bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain. (4) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (Pusat kurikulum, 2003:3)
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan
siswa yang demokratis dimana siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang cerdas,
dan memanfaatkan kecerdasannya sebagai warga negara untuk kemajuan bagi dirinya
dan lingkungannya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, siswa juga diharapkan
mampu untuk memahami, menganalisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti
yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
Menurut Sunarso, dkk (2008:13) Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil
pada pserta didik dengan perilaku yang (a) beriman dan bertagwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi pekerti luhur,
berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) bersikap rasional,
dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (d) bersikap
profesional yang dijiwai oleh kesadaran belanegara, serta (e) aktif memanfaatkan
ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
Menurut Brodjonegoro (2001:6) Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil
akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta
didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang: (1) Beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. (2) Berbudi
pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbagsa, dan bernegara. (3)
Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. (4)
Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. (5) Aktif
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa, dan negara.
Missi dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimasa sekarang ini memiliki
beberapa misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan politik, (2) PKn
sebagai pendidikan nilai, (3) PKn sebagai pendidikan nasionalisme, (4) PKn sebagai
pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai
pendidikan resolusi konflik. PKn sebagai pendidikan politik disini berarti bahwa
siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga Negara yang memiki pengetahuan
politik dan kesadaran politik.
PKn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn
diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, moral dan norma yang dianggap
baik oleh bangsa dan negara pada siswa. Melalui PKn pula diharapkan dapat
menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga
siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Sedangkan
PKn sebagai pendidikan hukum berarti bahwa PKn memberikan pengarahan bagi
siswa supaya siswa mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. PKn sebagai
pendidikan multikultural berarti bahwa PKn dihrapkan mampu meningkatkan
wawasan dan sikap toleran terhadap sesama karena siswa hidup di lingkungan
multikultural. Terakhir yaitu PKn sebagai pendidikan resolusi dimana PKn membina
siswa untuk mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang tepat.
Menurut mulyana (2004) pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a) penanaman
dan pengembangan nilai-nilai pada seseorang, (b) bantuan terhadap siswa, agar
menyadari dan mengalami nilai-nilai serta penempatanya secara integral dalam
keseluruhan hidupnya, (c) pengajaran atau bimbingan kepada siswa agar menyadari
nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang
tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Djahiri (1996) menyatakan bahwa: “nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika (benar/salah),
dan hokum (sah/absah), serta menjadi acuan dan/atau sistem keyakinan diri maupun
kehidupan.
Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai dimaknai sebagai model
pendidikan yang berlandaskan pada nilai (nilai agama, sosial, budaya, pendidikan,
dan nilai kebangsaan atau nasionalisme). Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai
ditujukan kepada pembinaan kepribadian utuh, matang dan produktif dalam diri
siswa. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan
menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang
tercermin dalam diri siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai tersebut.
Nilai yang dimaksud dalam Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai yaitu
meyakinkan siswa bertindak atas dasar pilihannya sendiri (tanpa pengaruh orang
lain). Nilai juga dijadikan patokan normatif yang dapat mempengaruhi siswa dalam
menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Terakhir, nilai
diharapkan dapat meningkatkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
Pendidikan nilai merupakan sebuah proses dalam upaya membantu siswa
dalam mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis, sehingga siswa
dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir serta
perasaannya. Menurut Somantri (2001) mengemukakan bahwa tujuan PKn di
dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan
warga negara yang baik.
2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
2.1.5.1 Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Mursanto (2010) menuliskan secara singkat bahwa terbentuknya PPR berawal
dari seorang yang bernama Ignatius yaitu pendiri kelompok religius Serikat Jesus.
Kelompok religius Serikat Jesus ( Jesuit ) ini didirikan pertama-tama tidak untuk
memulai sekolah-sekolah, namun lebih pada kebutuhan masyarakat waktu itu.
Setelah melihat dan mempelajari situasai saat itu, ditemukanlah suatu kebutuhan
masyarakat yang menuntut Ignatius untuk mengambil suatu keputusan, yaitu
memilih pendidikan sebagai cara efektif untuk mengembangkan dan menjadikan
manusia-manusia yang unggul dalam imannya serta berkarakter baik. Seperti dalam
kata-kata Juan de Bonifacio, SJ bahwa “Pendidikan orang muda adalah cara mengubah dunia”, berubahnya masyarakat yang akan menjadi makin manusiawi
tergantung pada bagaimana orang-orang mudanya dididik.
Kolvenbach merumuskan tujuan akhir pendidikan Jesuit lebih pada
perkembangan pribadi siswa sepenuhnya agar dalam melakukan
perbuatan-perbuatannya didasari oleh roh dalam kontemplasi dan pemikiran yang nalar.
Membuat para siswa terdorong untuk berdisiplin diri dan berinisiatif,
bahwa pemikiran sembrono atau dangkal tidak pantas bagi mereka dan berbahaya
bagi dunia (Mursanto, 2010).
Tidak setiap usaha pendidikan berkaitan langsung dengan Serikat Jesus
ataupun bersinggungan dengan semangat Ignatius. Namun keprihatinan dan semangat
Ignatius dalam mendidik orang muda untuk menyongsong masa depan dan mengubah masyarakatnya, dimiliki juga oleh banyak orang. Mursanto mengatakan “meskipun
mereka tidak berkaitan langsung dengan Jesuit, ternyata cukup banyak yang menyatakan minatnya untuk mengetahui dan menerapkan model pendidikan Jesuit”.
Maka dengan maksud untuk berbagi pengalaman mengenai sebuah “metode
mendidik”, diperkenalkanlah Paradigma Pedagogi Ignatian.
Dalam perjalanan waktu, Paradigma Pedagogi Ignasian atau PPI dikenalkan
kepada masyarakat dengan nama Paradigma Pedagogi Reflektif dengan tujuan agar
dapat diterima oleh semua kalangan, termasuk kalangan yang jauh dengan religius
Serikat Jesus (Jesuit). Pengubahan nama PPI menjadi PPR tidak disertai dengan
pengubahan aspek yang terkandung di dalamnya.
2.1.5.2Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigm berarti suatu
kerangka berpikir/ model dari teori ilmu pengetahuan/ perubahan model. Dalam hal
ini paradigma maksudnya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran.