• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada siswa kelas III SD Negeri Sarikarya semester genap tahun ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada siswa kelas III SD Negeri Sarikarya semester genap tahun ajaran 2013/2014."

Copied!
336
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Bernike, Maramis. 2015. Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas III SDN Sarikarya. Yokyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang, awalnya siswa-siswi kurang menyadari dan menerapkan akan nilai cinta tanah air. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air di kelas III SD Negeri Sarikarya dan 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air melalui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Negeri Sarikarya.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah peserta didik SDNegeri Sarikarya kelas III Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan pada semester genap bulan Maret Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan dua siklus. Siklus pertama dilakssnakan pada 4 Maret dan siklus kedua 11 Maret. Setiap siklus menggunakan satu kali pertemuan dengan jangka waktu 3 jam pelajaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil skala sikap peserta didik, yang dilakukan pada tiap akhir siklus melalui lembar skala sikap yang diberikan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air. Hal tersebut ditunjukkan dari kenaikan presentase skor skala sikap. Pada indikator 1 kondisi awal memperoleh presentase 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15 % dan pada siklus II 100% . Pada indikator 2 kondisi awal 65,38% meningkat pada siklus I menjadi 88,46% dan pada siklus II 88,46%. Pada indikator 3 kondisi awal 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 4 kondisi awal 69,23% meningkat pada siklus I menjadi 92,30% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 5 kondisi awal 84,61% meningkat pada siklus I menjadi 100% dan pada siklus II 100%

Berdasarkan skala sikap yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan paradigma pedagogi reflektif dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air.

Kata kunci : Paradigma Pedagogi Reflektif, Mata pelajaran PKn, Nilai Cinta Tanah Air

(2)

ABSTRACT

Bernike Maramis, 2015. Application Of Paradigm In Reflective Pedagogy PKn Subject To Increase Awareness Of Students Will Love The Value Of Homeland In Class III SD State Sarikarya Even Semester Academic Year 2013/2014

Backgrrounnd, beginning students are less aware of and apply the value of partriotism. The purpose of this study was 1) Knowing the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics to increase students' awareness of the value of love homeland in class III Elementary School Sarikarya and 2) Increase awareness and know the value of love for the country through the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics for Elementary School third grade students Sarikarya.

This type of research in this thesis is the Classroom Action Research (CAR). The subjects were students SDNegeri Sarikarya class III Academic Year 2013/2014. The experiment was conducted in the second semester of academic year 2013/2014 in March. This study uses two cycles. The first cycle dilakssnakan on March 4 and March 11 second cycle. Each cycle uses one session with a period of 3 hours of lessons. Collecting data in this study was obtained from the results of the attitude scale learners, who performed at the end of each cycle through the sheet attitude scale given at the end of each learning activity.

Research conducted in two cycles showed an increase students' awareness of the value of love for the homeland. It is evident from the increase in the percentage of the attitude scale scores. At first indicator initial conditions to obtain a percentage 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and the second cycle of 100%. In the initial condition indicator 2 65.38% increase in the first cycle to 88.46% and 88.46% in the second cycle. In the initial condition indicator 3 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and 96.15% in the second cycle. In the 4 indicators initial condition 69.23% increase in the first cycle to 92.30% and 96.15% in the second cycle. In the initial condition indicator 5 84.61% increase in the first cycle to 100% and the second cycle of 100%

Based on the attitude scale obtained in this study, it can be concluded that the application of reflective pedagogical paradigm can increase students' awareness of the value of love for the homeland.

Keywords: Reflective Pedagogical Paradigm, subjects Civics, Value Love Homeland

(3)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA

PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA

AKAN NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD

NEGERI SARIKARYA SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2013 /2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Bernike Maramis

Nim: 101134227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

MOTTO

You Can If You Want

Lakukanlah segala sesuatu dengan penuh semangat Jangan menunda-nunda pekerjaan

Tidak ada suatu masalah yang tak ada pemecahan

Ucapkanlah syukur pada Tuhan atas segala sesuatu yang kita dapat Berdoalah pada Tuhan dan mintalah

Semangat!!!

Doa Pater Mathias Wolff.SJ (Pendiri Soc. YMY) Tuhan, Ubalah diriku menjadi diri-Mu sendiri

agar aku boleh hidup di dalam Dikau dan untuk Dikau saja. Dan semoga melaksanakan kehendak-Mu yang suci

menjadi satu-satunya kebahagiaanku di dunia ini. AMIN

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:  Tuhan Yesus Kristus

 Kepada Societas Yesus Maria Dan Yoseph, Khususnya Provinsi Jakarta.  Kedua orangtuaku tercinta: Alfonsus George Maramis Dan Welmina Wetik.  Adik-adikku: Verra, Agus, Jhon, Timon..

 Para suster komunitas Trimargo: Sr. Adolfien, Sr. Joan, Sr. Agus,

Sr, Priska, Sr. Susan, Sr. Bibiana, Sr. Beatrix, Sr. Theresia dan Sr. Novike.

 Teman-teman kelompok penelitian skripsi payung: Sr. Patris, Endah, Verra, Winda, Yuni, Astri, Windi, Hendri, Rido, Angga, Arif, Kismet, Ari, Anisa, dan Mila.

 Kedua Ibu di Biara: Mba Yatmi dan Mba Ari.

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Desember 2015

Penulis,

Bernike Maramis

(9)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Bernike Maramis

Nomor Mahasiswa : 101134227

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SARIKARYA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 /2014

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 15 Desember 2015

Yang menyatakan,

Bernike Maramis

(10)

ABSTRAK

Bernike, Maramis. 2015. Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas III SDN Sarikarya. Yokyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang, awalnya siswa-siswi kurang menyadari dan menerapkan akan nilai cinta tanah air. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air di kelas III SD Negeri Sarikarya dan 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air melalui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Negeri Sarikarya.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah peserta didik SDNegeri Sarikarya kelas III Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan pada semester genap bulan Maret Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan dua siklus. Siklus pertama dilakssnakan pada 4 Maret dan siklus kedua 11 Maret. Setiap siklus menggunakan satu kali pertemuan dengan jangka waktu 3 jam pelajaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil skala sikap peserta didik, yang dilakukan pada tiap akhir siklus melalui lembar skala sikap yang diberikan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air. Hal tersebut ditunjukkan dari kenaikan presentase skor skala sikap. Pada indikator 1 kondisi awal memperoleh presentase 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15 % dan pada siklus II 100% . Pada indikator 2 kondisi awal 65,38% meningkat pada siklus I menjadi 88,46% dan pada siklus II 88,46%. Pada indikator 3 kondisi awal 73,07% meningkat pada siklus I menjadi 96,15% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 4 kondisi awal 69,23% meningkat pada siklus I menjadi 92,30% dan pada siklus II 96,15%. Pada indikator 5 kondisi awal 84,61% meningkat pada siklus I menjadi 100% dan pada siklus II 100%

Berdasarkan skala sikap yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan paradigma pedagogi reflektif dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air.

Kata kunci : Paradigma Pedagogi Reflektif, Mata pelajaran PKn, Nilai Cinta Tanah Air

(11)

ABSTRACT

Bernike Maramis, 2015. Application Of Paradigm In Reflective Pedagogy PKn Subject To Increase Awareness Of Students Will Love The Value Of Homeland In Class III SD State Sarikarya Even Semester Academic Year 2013/2014

Backgrrounnd, beginning students are less aware of and apply the value of partriotism. The purpose of this study was 1) Knowing the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics to increase students' awareness of the value of love homeland in class III Elementary School Sarikarya and 2) Increase awareness and know the value of love for the country through the implementation of Reflective Pedagogical Paradigm in subjects Civics for Elementary School third grade students Sarikarya.

This type of research in this thesis is the Classroom Action Research (CAR). The subjects were students SDNegeri Sarikarya class III Academic Year 2013/2014. The experiment was conducted in the second semester of academic year 2013/2014 in March. This study uses two cycles. The first cycle dilakssnakan on March 4 and March 11 second cycle. Each cycle uses one session with a period of 3 hours of lessons. Collecting data in this study was obtained from the results of the attitude scale learners, who performed at the end of each cycle through the sheet attitude scale given at the end of each learning activity.

Research conducted in two cycles showed an increase students' awareness of the value of love for the homeland. It is evident from the increase in the percentage of the attitude scale scores. At first indicator initial conditions to obtain a percentage 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and the second cycle of 100%. In the initial condition indicator 2 65.38% increase in the first cycle to 88.46% and 88.46% in the second cycle. In the initial condition indicator 3 73.07% increase in the first cycle to 96.15% and 96.15% in the second cycle. In the 4 indicators initial condition 69.23% increase in the first cycle to 92.30% and 96.15% in the second cycle. In the initial condition indicator 5 84.61% increase in the first cycle to 100% and the second cycle of 100%

Based on the attitude scale obtained in this study, it can be concluded that the application of reflective pedagogical paradigm can increase students' awareness of the value of love for the homeland.

Keywords: Reflective Pedagogical Paradigm, subjects Civics, Value Love Homeland

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma

Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan

Nilai Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas III SDN Sarikarya Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam

menyelesaikan skripsi ini, dan tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan

terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam

proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan

membantu sehingga karya ilmiah ini dapat selesai.

4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dengan sabar dan menyemangati penulis sehingga karya ilmiah ini

dapat selesai.

(13)

5. Seluruh dosen dan staff PGSD yang telah membimbing dan melayani kami.

6. Kepada Pimpinan Societas JMJ, Para suster JMJ provinsi Jakarta, Manado dan

Makassar, rekan-rekan Suster Komunitas Trimargo Yogyakarta (Sr. Laetha, Sr

Adolfien, Sr.Joana Vita, Sr. Agus, Sr. Priska, Sr. Susan, Sr Beatrix, Sr. Bibiana, Sr.

Treis dan Sr. Novike ) yang tak henti-hentinya selalu memberikan nasihat, dukungan

dan doa sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orangtuaku serta adik-adik yang selalu mendukung, memberi semangat

motivasi dan doa.

8. Jaka Triyana, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sarikarya, yang telah

memberikan ijin penelitian di kelas III SD Negeri Sarikarya.

9. Danang, selaku guru mata pelajaran PKn kelas III SD Negeri Sarikarya yang telah

berkenan untuk berkolaborasi dengan penulis, memberikan waktu, tenaga, pikiran dan

semangat serta ijin untuk melakukan penelitian di kelas III SDN Sarikarya

10.Siswa kelas III SDN Sarikarya yang telah bersedia kerjasama dengan baik sehingga

penelitian dapat berjalan dengan lancar.

11.Teman-teman seperjuangan keluarga payung PTK (Arif, Astri, Angga, Ari, Endah,

Hendri, Kismet, Nissa, Rido, Sr.Patris PI, Winda, Windi, Yuni) yang telah bersedia

bekerja sama dan memberikan dukungan dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

12.Teman-teman mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 terkusus kelas C PGSD yang

senantiasa memberikan bantuan, motivasi serta keceriaan selama penulis menjalani

studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang

tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

(14)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan

karya ilmiah ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Yogyakarta, 15 Desember 2015

Penulis,

Bernike Maramis

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 8

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Definisi Operasional ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

(16)

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1. Nilai ... 11

2.1.1.1. Peranan Nilai Dalam Kehidupan Manusia ... 12

2.1.1.2. Tanggapan Manusia Terhadap Nilai ... 13

2.1.1.3. Peranan Nilai Bagi Manusia ... 15

2.1.1.4. Pendidikan Nilai ... 16

2.1.2. Kesadaran ... 18

2.1.2.1. Peranan Kesadaran ... 21

2.1.3. Cinta Tanah Air ... 21

2.1.3.1. Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air ... 23

2.1.4. Mata Pelajaran PKn ... 24

2.1.4.1. Pengertian PKn Sebagai Pendidikan Nilai ... 24

2.1.5. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 29

2.1.5.1. Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 29

2.1.5.2. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) .... 30

2.1.5.3. Hakikat Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 31

2.1.5.4. Ciri-Ciri PPR ... 32

2.1.5.5. Tujuan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 33

2.1.5.6. Langkah-Langkah Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) ... 34

2.1.5.7. Kelebihan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 39

2.2 Penelitian- Penelitian yang Relevan ... 41

2.3 Kerangka Berfikir ... 43

2.4 Hipotesis Tindakan ... 45

(17)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 46

3.2 Seting Penelitian (tempat, subjek, dan objek penelitian) ... 47

3.2.1.Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.2.2. Subjek Penelitian ... 47

3.2.3. Objek Penelitian ... 48

3.3 Langkah-langkah Tindakan Penelitian ... 48

3.3.1. Persiapan ... 48

3.3.2.Tindakan Tiap Siklus ... 49

3.3.2.1Siklus I ... 49

3.3.2.2Siklus II ... 54

3.3.3. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 56

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.5Instrumen Penelitian ... 60

3.5.1. Kuesioner ... 60

3.6Instrumen Pengumpulan Data ... 68

3.7Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 71

3.7.1. Validitas ... 71

3.7.2. Reliabilitas ... 73

3.7.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 74

3.7.3.1Uji Validitas Instrumen Pembelajaran ... 74

3.7.3.2Uji Validitas Instrumen Pengumpulan Data ... 79

3.8 Teknik Analisis Data ... 90

3.8.1. Analisis Data Kesadaran akan Nilai Cinta Tanah Air ... 91

3.9Jadwal Penelitian... 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 99

4.1.1. Kondisi Awal ... 99

4.2Pelaksanaan Pembelajaran ... 112

(18)

4.2.1. Siklus I ... 112

4.2.1.1Perencanaan ... 112

4.2.1.2Tindakan ... 114

4.2.1.3Pengamatan ... 115

4.2.1.4Refleksi ... 129

4.2.2. Siklus 2 ... 129

4.2.2.1Perencanaan ... 129

4.2.2.2Tindakan ... 130

4.2.2.3Pengamatan ... 131

4.2.2.4Refleksi ... 150

4.3Pembahasan ... 151

4.3.1. Indikator Pencapaian Kesadaran Siswa ... 151

4.3.2. Hubungan PPR Dengan Peningkatan Kesadaran Siswa Akan Nilai Cinta Tanah Air ... 155

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 158

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 158

5.3 Saran ... 159

DAFTAR REFERENSI ... 160

LAMPIRAN ... 163

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 57

Tabel 3.2 Indikator Kuesioner ... 61

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap... 64

Tabel 3.4 Skala Sikap Sesudah Validasi ... 66

Tabel 3.5 Kriteria Instrumen Skala Sikap ... 67

Tabel 3.6 Skor Skala Likert ... 67

Tabel 3.7 Skor Skala Likert Sesudah dimodifikasi ... 68

Tabel 3.8 Variabel Penelitian dan Pengumpulan Data ... 69

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 73

Tabel 3.10 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75

Tabel 3.11 Hasil Validasi Silabus ... 76

Tabel 3.12 Hasil Validasi RPP... 77

Tabel 3.13 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 78

Tabel 3.14 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 79

Tabel 3.15 Kisi-Kisi Skala untuk Validitas Empiris ... 81

Tabel 3.16 Kriteria Penskoran Skala Sikap ... 84

Tabel 3.17 Hasil Uji Validitas ... 85

Tabel 3.18 Hasil Uji Reliabilitas Skala Sikap ... 90

Tabel 3.19 Acuan PAP Tipe I ... 92

Tabel 3.20 Perhitungan Batas Nilai Indikator 1 menurut PAP I... 93

(20)

Tabel 3.21 Perhitungan Batas Nilai Indikator 2 menurut PAP I... 94

Tabel 3.22 Perhitungan Batas Nilai Indikator 3 menurut PAP I... 95

Tabel 3.23 Perhitungan Batas Nilai Indikator 4 menurut PAP I... 96

Tabel 3.24 Perhitungan Batas Nilai Indikator 5 menurut PAP I... 97

Tabel 3.25 Jadwal Penelitian ... 98

Tabel 4.1 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 1 ... 101

Tabel 4.2 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 2 ... 102

Tabel 4.3 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 3 ... 104

Tabel 4.4 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 4 ... 106

Tabel 4.5 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Indikator 5 ... 108

Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Indikator Pada Kondisi Awal ... 109

Tabel 4.7 Waktu Pelaksanaan Pembelajaran ……… 112

Tabel 4.8 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 1 ……… 117

Tabel 4.9 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 2 ... 118

Tabel 4.10 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 3……… 120

Tabel 4.11 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 4 ………... 122

Tabel 4.12 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Indikator 5 ... 124

Tabel 4.13 Rangkuman Perhitungan Indikator Pada Siklus 1 ... . 126

Tabel 4.14 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 1 ... .. 134

Tabel 4.15 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 2 ... . 135

Tabel 4.16 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 3 ... . 137

(21)

Tabel 4.17 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 4 ... 139

Tabel 4.18 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Indikator 5 ... 141

Tabel 4.19 Rangkuman Perhitungan Indikator Pada Siklus 2 ... 143

Tabel 4.20 Rangkuman Perhitungan Kondisi Awal – Kondisi Akhir ... 147

Tabel 4.21 Indikator Pencapaian Penelitian ………. 153

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsep Pelaksanaan PPR ... 38

Gambar 2.2 Skema Penelitian Yang Relevan ... 44

Gambar 3.1 Siklus PTK Menurut Susilo (2007) ... 47

Gambar 4.1 Grafik Hasil Peningkatan Siswa Tiap Indikator ... 149

Gambar 4.2 Grafik Hasil Peningkatan Rata-Rata Secara Keseluruhan ... 149

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjabaran Indikator ... 164

Lampiran 2 Skala Sikap Sebelum Validasi ... 169

Lampiran 3 Skala Sikap Sesudah Validasi ... 173

Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran ... 177

Lampiran 5 Hasil Validitas Instrumen Pembelajaran Dari Dosen ... 236

Lampiran 6 Hasil Validitas Instrumen Pembelajaran Dari Guru ... 241

Lampiran 7 Validasi Skala sikap ... 246

Lampiran 8 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Kondisi Awal ... 248

Lampiran 9 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Siklus 1 ... 261

Lampiran 10 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Siklus 2 ... 274

Lampiran 11 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 287

Lampiran 12 Refleksi Siswa ... 298

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ... 305

Lampiran 14 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 307

Lampiran 15 Foto-Foto Kegiatan... 309

Lampiran 16 Daftar Riwayat Hidup ... 312

(24)

1

Menurut Sunarso, dkk (2008 : 7) Pendidikan merupakan suatu hal yang amat

penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, yang bedasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Menurut Wiharyanto (2008 : 4), Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai

wahana untuk mengembangkan danmelestarikan nilai luhur dan moral yang berakar

pada budaya Bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk

perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

(25)

Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang

memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat

yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang

adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang

beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang

mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan

sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui

musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menurut Winataputra (2007) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan

intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memilikikompetensi dan

efektifitas dalam berpartisipasi. Sejalan dengan ituPKn merupakan mata pelajaran

yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilailuhur

danmoral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Karena itu PKn diajarkan di

semua tingkat pendidikan baik pendidikan dasar maupun sampai pada perguruan

tinggi. Diharapkan hal tersebut dapat terwujud dalam bentukperilaku dalam

kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. (Kurikulum Tingkat Satuan

(26)

Menurut Sumarsono (2008) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dankesadaran bernegara,

sikap serta prilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan

nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri peserta didik sebagai warganegara

NKRI yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni.Peserta didik

harus mengetahui cara-cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan

sekitar. Hal tersebut akan tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap

ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai moral

yang baik maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah

terwujudkan.

Djahiri (1991:6) mengungkapkan bahwa konsep-konsep pancasila hendaknya

tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya semata, tetapi dikaji isi

pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya disampaikan tatanan moralnya.

Menanamkan pendidikan nilai dalam pembelajaran merupakan hal yang penting

dalam pembelajaran Pkn sebagai pendidikan nilai, maka perlu diusahakan persiapan,

perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran Pkn yang sesuai dan mampu

meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya.

Selain pendekatan kognitif, pendekatan nilai juga harus dilakukan karena secara

kurikuler bobot tujuan program ini ada dalam kawasan afektif rana tinggi atau

(27)

Menurut Djahiri Pkn bukanlah pelajaran hafalan semata, melainkan untuk

diamalkan secara penuh penghayatan, keyakinan dan nalar. Hal tersebut juga

disampaikan oleh Winataputra (2008) bahwa dalam strategi pembelajaran Pkn, siswa

tidak hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus

praktis, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan berprilaku sebagai materi

yang dipelajari. Pendidikan nilai tidak terpisah oleh adanya kesadaran dalam diri

seseorang tersebut. Jika pendidikan nilai diterapkan dalam mata pelajaran tertentu,

namun tidak didukung oleh kesadaran, maka nilai tersebut tidak terselesaikan secara

maksimal.

Pendidikan PKn pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang

sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam

membentuk sikap, kecerdasan dan kepribadian anak. Namun kenyataan menunjukkan

banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran PKn yang tidak menarik dan

membosankan. Keluhan ini secara langsung atau tidak langsung akan sangat

berpengaruh terhadap prestasi belajar PKn pada setiap jenjang pendidikan. Meskipun

upaya mengatasi hasil belajar PKn yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah.

Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan

guru-guru melalui sertifikasi, serta melakukan berbagai penelitian terhadap

faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar PKn. Namun kenyataan menunjukkan

(28)

Pada kenyataannya disekolah pembelajaran Pkn kebanyakan menggunakan

metode ceramah yang mengarah pada aspek kognitif serta bersifat memberikan

informasi satu arah dari guru ke siswa. Sehingga peserta didik tidak menyadari

dengan nilai-nilai yang terkait dalam pembelajaran. Hal itu nampak pada saat guru

mengajar, guru tidak secara maksimal menyampaikan nilai-nilai yang terkandung

dalam materi yang sedang dipelajari. Sehingga siswa tidak mengerti bahwa dalam

materi tersebut terdapat nilai-nilai yang harus diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,siswa terlihat kurang antusias

mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Mengingat pelajaran Pkn di kelas

tersebut dilaksanakan pada siang hari (11.45-12.45), dan guru kurang kreatif dalam

mengemas pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

tradisional, sehingga siswa tampak kurang bersemangat dalam belajar. Pendidikan

nilai yang seharusnya ditanamkan pada siswa saat pembelajaran, menjadi tidak

terealisasikan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di lapangan, masih ada sebagian guru

PKn yang mengalami hambatan dan kesulitan dalam menerapkan kondisi yang dapat

merangsang serta mengarahkan proses belajar peserta didik untuk memperoleh

pengetahuan, sikap, keterampilan yang mengakibatkan perubahan perilaku maupun

pertumbuhan pribadi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan adanya kesenjangan.

(29)

siswa saat mengikuti upacara bendera pada hari senin. Peneliti melakukan

pengamatan dan wawancara terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan pada

saat upacara berlangsung, tampak sebagian siswa tidak mengikuti upacara dengan

tertib. Siswa cenderung lebih suka berbicara dengan teman yang lain sehingga

menimbulkan kegaduhan. Siswa yang tampak tidak tertib dalam mengikuti upacara

adalah sebagian besar siswa kelas I-IV. Diantara siswa kelas I-IV, peneliti melihat

bahwa siswa kelas I dan II, cenderung lebih banyak membuat kegaduhan saat upacara

berlangsung.Dalam hal ini, nilai cintah tanah air kurang dimengerti dan siswa tidak

memiliki kesadaran akan nilai cinta tanah air. Hal itu juga diperkuat dengan

wawancara dengan seorang guru Pkn yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa dan

guru. Siswa cenderung lebih suka kebudayaan negara lain, dari pada kebudayaan

negara sendiri, nampak pada saat istirahat makan, siswa sudah membawah bekal dari

rumah tetapi siswa lebih suka membeli makanan siap saji dari pada makanan khas

dari daerahnya. Hasil wawancara dengan guru juga membuktikan bahwa dalam

pelajaran tentang kebudayaan Indonesia, siswa kurang mengerti akan keaneka

ragaman budaya di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti ingin menerapkan pendidikan nilai

cinta tanah air dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran

PPR yang diduga dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pkn. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme

(30)

tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik

bagi siswanya. Ketrampilan sikap yang berupa sikap tanggung jawab, sikap

demokratis dan sikap saling menghargai perbedaan dari warga masyarakat harus

dibelajarkan melalui kebiasaan dan latihan yang intensif di sekolah. Untuk keperluan

ini diperlukan model PPR yang mendukung pembelajaran siswa akan cinta tanah air.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti menenukan solusi yang

cocok untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air dalam pembelajaran

PKn bagi peserta didik kelas III SDN Sarikarya dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) yaitu model pembelajaran yang telah dipakai di sekolah - sekolah

khususnya yang bernaung di bawah yayasan Kanisius, suatu model pembelajaran

yang menerapkan refleksi untuk menemukan nilai-nilai dalam pembelajarannya

dengan cara menekankan siswa pada pengalaman yang dimilikinya. Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai beberapa keunggulan yang biasa disebut

dengan 3C yaitu Competence, Conscience, dan Compassion. Competence yaituyang

terkait dengan nilai-nilai akademik, Conscience yaitu ketajaman hati nurani dan

Compassion adalah kepedulian sosial. Dengan 3C, peserta didik diharapkan dapat

unggul dalam nilai-nilai akademik sekaligus memiliki kepedulian sosial

(Mursanto,2010).

Dengan menggunakan model pembelajaran PPR, diharapkan nantinya dapat

(31)

akan disesuaikan dengan konteks peserta didik, dan peningkatan kesadaran akan nilai

cinta tanah air diusahakan melalui dinamika pengalaman, refleksi, aksi dan disertai

dengan evaluasi. Model pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

yang akan diterapkan merupakan model pembelajaran yang tidak hanya dapat untuk

mengembangkan segi kognitifnya saja, melainkan dapat untuk mengembangkan

kemampuan non kognitifnya juga.

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran siswa akan

nilai cinta tanah air kelas III SD Negeri Sarikarya dengan Pembelajaran Pedagogi

Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKN menggunakan Standar Kompetensi 4.

Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam

penelitian, antara lain:

1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata

pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air

kelas III SD Negeri Sari Karya Tahun ajaran 2013/2014?

1.3.2 Apakah pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran

PKN semakin meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada

(32)

1.4Definisi Operasional

1.4.1 Kesadaran siswa akan nilai adalah kemampuan memahami akan berbagai hal

yang berkaitan dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai sebagai

kualitas, sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya

nilai yang menjadi tujuannya.

1.4.2 Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran yang

mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan.

1.4.3 PKN adalah sebagai wahana pendidikan nilai cinta tanah air yang termuat

pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kelas

III semester II SD Negeri Sarikarya.

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1.5.1 Mengetahui pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata

pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air

kelas III SD Negeri Sarikarya Tahun ajaran 2013/2014.

1.5.2 Meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah airmelalui pelaksanaan

Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKN bagi siswa kelas

(33)

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1.6.1 Bagi siswa:

Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan

model pembelajaran pedagogi reflektif.

1.6.2 Bagi guru:

Memberikan wawasan mengenai model pembelajaran pedagogi reflektif

1.6.3 Bagi sekolah:

Menambah sumber bacaan dan referensi yang ada di sekolah dan dapat

meningkatkan wawasan tentang pembelajaran pedagogi reflektif

1.6.4 Bagi Peneliti:

Memberikan pengalaman dalam menerapkan model PPR pada mata pelajaran

PKN. Dan menambah pengetahuan khususnya dalam menyusun skripsi untuk

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang digunakan dalam

penelitian. Pembahasan landasan teori terdiri dari empat bagian yaitu: kajian

pustaka, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Dalam teori yang relevan ini dibahas teori kesadaran, teori nilai, teori cinta

tanah air, teori kesadaran akan nilai cinta tanah air, model pembelajaran PPR, dan

mata pelajaran Pkn. Seluruhnya dibahas secara runtut sebagai berikut.

2.1.1 Nilai

Nilai merupakan kualitas yang memiliki daya tarik serta dasar bagi tindakan

manusia serta untuk mendorong manusia untuk mewujudkannya, karena nilai

memiliki kesesuaian dengan kecenderungan kodrat manusia (Wahana, 2004:84).

Menurut Wahana (2004:101) nilai adalah kualitas yang membuat suatu hal

menjadi bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan suatu hal yang membawa

kualitas nilai. Dengan demikian, nilai dapat dipahami sebagai yang berbeda dan tidak

tergantung pada hal yang bernilai. Meskipun dapat terwujud dalam dunia indrawi

(35)

yang bersifat empiris, namun nilai memiliki dunianya sendiri yang keberadaannya

tidak tergantung pada keberadaan dan perubahan dunia empiris.

Dalam Djahiri (1991) nilai merupakan suatu yang berharga/tidak berharga,

mengacu kepada peringkat kualifikasi indah, baik, benar dan kebalikannya. Berbeda

dengan Djahiri, Gazalba (dalam Thoha, 1996:61) menjelaskan bahwa nilai adalah

sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan

hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal

penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.

Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat disimpulkan bahwa nilai

adalah suatu kualitas dalam diri manusia untuk melakukan hal-hal yang baik, dan

tidak menyimpang dari aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku untuk

mencapai tujuan atau nilai yang diharapkan.

2.1.1.1 Peranan Nilai Dalam Kehidupan Manusia

Menurut Wahana (2004:70) mengatakan bahwa peranan nilai dalam

kehidupan sehari-hari itu sangatlah penting untuk pembentukan diri manusia melalui

tindakan-tindakannya. Peranan nilai dalam kehidupan sehari-hari tersebut adalah:

a) Peranan nilai bagi tindakan manusia

Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan merasakan yang terarah dan dasar

bagi suatu keharusan. Pengakuan akan adanya suatu nilai positif tertentu

(36)

dirasakannya ke dalam realitas kehidupan. Sedangkan penangkapan adanya nilai

negatif yang terwujud dalam realitas, mengharuskan dan mendorong orang

bersangkutan bertindak untuk meniadakan nilai negatif tersebut dalam realitas

kehidupan.

b) Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia

Manusia sebagai pribadi yang berkembang dan berubah terus menerus di

dalam dan melalui tindakan-tindakannya.Secara konkrit segala tindakan terarah untuk

merespons nilai yang ditemukan dan dirasakannya, yang mengandung suatu

keharusan untuk mewujudkannya terhadap nilai positif dan menghilangkan atau

menghapus terhadap nilai negatif. Dengan demikian berarti nilai-nilai memiliki peran

yang mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya

melalui tindakan-tindakannya.

c) Tipe-tipe person bernilai sebagai model pembentukan manusia.

Ada 5 nilai tipe person, yaitu (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai kegunaan pemimpin,

(3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai spiritual jenius, dan (5) nilai kekudusan santo.

2.1.1.2 Tanggapan Manusia Terhadap Nilai

1. Cara manusia memahami nilai

Dalam perwujudannya nilai tidak berada pada dirinya sendiri, melainkan

selalu tampak pada kita sebagai yang ada pada pembawa nilai, atau objek bernilai.

(37)

pemahaman terhadap objek nyata dengan nilai yang termuat didalamnya, dan

mempertanyakan apakah keduanya dapat diketahui dengan cara yang sama, misalnya

secara rasional indrawi. Misalnya, kita melihat dua buah mangga, kita melihat

masing-masing buah tersebut dengan mata, tetapi kesamaan antara kedua buah

mangga tersebut dapat diketahui hanya dengan mata, melainkan perlu juga dengan

pikiran.

2. Sarana manusia memahami nilai

Hati manusia merupakan suatu kesejajaran yang tepat antara keteraturan hati yang

bersifat apriori dengan susunan nilai yang bersifat hierarkis objektif. Hati memiliki

dalam dirinya sendiri suatu analog yang tepat dengan pikiran, meskipun tidak

dipinjam dari logika pikiran. Terdapat hukum yang ditulis dalam hati yang

berhubungan dengan rencana yang sesuai dengan dunia yang dibangun, yaitu dunia

nilai.

3. Sikap manusia terhadap nilai

Nilai harus dicintai dan diwujudkan dalam hidup manusia sesuai dengan tingkatan

tinggi rendahnya; tingkatan yang lebih tinggi harus didahulukan daripada yang lebih

(38)

2.1.1.3 Peranan Nilai Bagi Manusia

Dalam hal ini nilai memiliki peranan pendorong dan pengaruh bagi pembentukan diri

manusia melalui tindakan-tindakannya.

1. Peranan nilai bagi tindakan manusia

Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan merasakan yang terarah. Tersedianya

nilai positif memungkinkan orang menangkap dan dan merasakan nilai tersebut,

dan mendorong tindakan untuk mewujudkannya dalam realitas, sedangkan

terwujudnya nilai negatif mendorong orang yang merasakannya untuk bertindak

menghapuskannya dari realitas kehidupan.

2. Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia

Segala tindakan manusia terarah untuk merespon nilai yang ditemukan dan

dirasakannya, yang mengandung suatu keharusan untuk mewujudkannya

(terhadap nilai positif) serta untuk menghilangkannya atau menghapuskannya

(terhadap nilai negatif). Ini berarti bahwa nilai-nilai memiliki peran mengarahkan

dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya melalui

tindakan-tindakannya.

3. Tipe-tipe person bernilai sebagai model pembentukan manusia.

Ada 5 nilai tipe person, yaitu (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai kegunaan

pemimpin, (3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai spiritual jenius, dan (5) nilai

(39)

2.1.1.4 Pendidikan Nilai

Menurut Sjarkawi (2006:52) Pendidikan nilai, pada dasarnya ada tiga jenis

nilai yang harus diajarkan kepada anak melalui pendidikan nilai, yaitu nilai-nilai

estetis, nilai-nilai synnoetis, dan nilai-nilai etis. Pendidikan tentang nilai-nilai etis,

akan membuat anak peka terhadap norma-norma tentang kebaikan. Melalui

pendidikan estetis anak-anak diajar mengenal perbedaan antara apa yang indah dan

apa yang jelek atau buruk. Pendidikan tentang nilai-nilai synnoetis akan membuat

anak peka tentang suasana hati yang terdapat pada diri orang lain. Pendidikan

tentang nilai-nilai synnoetis ini akan menanamkan benih-benih empati pada diri

anak. Dan pendidikan tentang nilai-nilai etis akan membuat anak peka terhadap

norma-norma tentang kebenaran moral.

Mardiatmadja dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai

sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai

serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Jadi pada

kesimpulannya, pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan

nilai-nilai kepada peserta didik. Pendidikan nilai-nilai sangatlah penting untuk diajarkan

diseluruh program pendidikan, agar peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu,

ketrampilan dan teknologi saja, melainkan dapat mengembangkan aspek

(40)

Adapun tugas dari pendidikan nilai menurut Benoit (dalam Kaswardi,

1993:101) yaitu membuat orang sadar, bahwa nilai sebagai pedoman bertindak

bersifat mendua, ada nilai positif dan nilai negatif. Oleh karena itu sebagai pendidik,

harus berusaha sebaik mungkin mengarahkan, dan menjelaskan nilai-nilai positif

kepada peserta didik. Benoit juga mengatakan bahwa pendidikan nilai tampil dalam

cara yang berbeda-beda, tergantung dari apakah diberikan dalam keluarga, media

massa, dalam gerakan remaja di sekolah, dan lain-lain.

Dalam pelajaran PKn, nilai difungsikan untuk mengarahkan,

mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar

perilaku. Demikian juga yang dikatakan Djahiri (1991: 6) bahwa PKn hendaknya

tidak sekedar disampaikan arti, rumusan, percontohannya semata.

Hendaknya juga dikaji isi pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya

disampaikan tatanan moralnya berikut acuan normatif/hukum keharusannya dan tata

cara pelaksanaannya. Oleh karena itu, pendidikan nilai sangatlah penting untuk

diajarkan dalam PKn. Nilai-nilai pancasila yang dimasukkan dalam pelajaran PKn

digali dari kebudayaan-kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia

merupakan pandangan hidup atau menjadi panutan hidup bangsa Indonesia. Nilai

pancasila secara individu dimaknai sebagai cermin perilaku kehidupan sehari-hari

(41)

2.1.2 Kesadaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:2003:570), kesadaran berasal

dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf; yakin; merasa;

tahu; dan mengerti. Kesadaran berarti 1) Keadaan mengerti: akan harga dirinya

timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; 2) Hal yang dirasakan atau dialami

oleh seseorang.

Menurut (Semium, 2006:59) kesadaran merupakan satu-satunya tingkat

kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kesadaran merupakan sikap sadar dan ingat pada keadaan yang sebenarnya

yang secara langsung tersedia bagi kita. Kesadaran adalah keadaan sadar akan

perbuatan. Sadar artinya merasa, atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), tahu

atau mengerti.

Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan

bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Suhatman:2009:27).

Beliau juga berpendapat bahwa kesadaran kritis sangat diperlukan dalam

pengembangan pribadi dan intelektual siswa dalam kehidupan sekarang maupun

kemudian hari. Kesadaran kritis dan berpikir kritis dapat dibangun melalui

pendidikan di sekolah dan secara khusus melalui kegiatan belajar dan pembelajaran

(42)

Tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kritis serta berpikir kritis, menurut

Suhatman (2009:67) dengan menempatkan siswa sebagai subjek Hal-hal berikut perlu

diperhatikan guru:

1. Pembelajaran di kelas harus berubah dari berpusat kepada guru menjadi berpusat

kepada siswa.

2. Guru berperan sebagai fasilitator untuk melayani siswa dalam membelajarkan

siswa dan membuat siswa mengalami serta menyukai belajar. Untuk itu guru

senantiasa belajar terus menerus mengaktualisasi diri. Memperluas dan

memperdalam pengetahuannya agar selektif dalam memfasilitasi siswa dalam

belajar.

3. Mengajar dengan mengembangkan metode dialogis dalam diskusi,

memberikesempatan pada siswa untuk berpikir dan mengendapkan

pengetahuannya, memberi kesempatan untuk bertanya, berdebad, bereksplorasi

untuk menemukansuatu pemahaman yang baru.

4. Dalam membelajarkan siswa maka pembelajaran dibuat semenarik mungkin

untuk memotivasi siswa sehingga senang belajar, dengan demikian merangsang

otak untuk dapat menerima pengetahuan/pemahaman baru lebih cepat.

5. Membuat perencanaan, persiapkan dengan media yang dapat membantu siswa

(43)

6. Guru berperan sebagai agen perubahan dengan berani mengubah paradigma

berpikirnya yaitu menjauhkan diri dari ketakutan dan keenggganan mengubah

cara menggajarnya yang tidak selektif serta bersikap terbuka.

7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam berpikir,

berpendapat dan mengekspresikan diri dalam suasana belajar yang terbuka, tidak

banyak aturan-aturan yang membelenggu, multinilai, multikebenaran,

diperbolehkan salah, menerapkan metode ilmiah. Guru tidak menggurui karena

guru dan siswa setara.

8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman konsep yang kuat bukan

sekedar menghafal, mampu untuk mencerna pengetahuan dengan mendalam,

memiliki cara berpikir kritis menghadapi masalah-masalah sehari-hari dalam

kehidupan. Pembelajaran dengan membangun kesadaran kritis akan menghasilkan

pembelajaran yang bermutu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pembelajaran yang dapat meningkatkan

kesadaran kritis ialah pembelajaran yang membuat siswa menjadi pelaku dan

berperan aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Peran aktif siswa dapat

dirangsang dan ditingkatkan dengan metode pembelajaran yang berfokus pada

kegiatan siswa untuk mengalami belajar. Guru sebaiknya melakukan perubahan

dalam mengefektifkan perannya untuk membangun kesadaran kritis siswa sehingga

(44)

2.1.2.1 Peranan Kesadaran

Given (2012213-214) berpendapat bahwaPeranan kesadaran adalah

mengambil tindakan atau suatu keputusan dipilih melalui cara yang selektif dan

berani menentukan arah dengan mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) kesadaran mempunyai arti

(1)keinsafan; keadaan mengerti; akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan

secara tidak adil; (2) hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.

Semium (2006:59) mengatakan kesadaran merupakan satu-satunya tingkat

kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kesadaran merupakan sikap sadar dan ingat pada keadaan yang sebenarnya

yang secara langsung tersedia bagi kita. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan

bahwa kesadaran merupakan kondisi dimana individu mengetahui dan ingat pada

keadaan yang sebenarnya yang secara langsung tersedia bagi kita.

2.1.3 Cinta Tanah Air

Rasa cinta terhadap tanah air muncul dan berkembang menjadi sebuah

paham(isme) menjadi nasionalisme yang dijadikan sebagai landasan hidup bernegara,

bermasyarakat dan berbudaya dipengaruhi oleh kondisi historis dan dinamika sosio

kultural yang ada dimasing-masing negara.

Menurut Arikunto, (1996:12-13) Cinta tanah air berarti cinta pada negeri

(45)

yang cinta tanah air senantiasa berusaha agar negerinya tetap aman, sentosa dan

sejahtera. Cinta tanah air dan bangsa adalah suatu sikap yang dilandasi ketulusan dan

keiklasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk keyaan tanah air dan kebahagiaan

bangsanya. Sebagai Warga negara indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta

terhadap tanah air dan bangsa yaitu : (1) Bangga sebagai bangsa indonesia dan

bertanah air indonesia. (2) Tidak akan melakukan perbuatan atau tindakan yang

merugikan bangsa dan negaranya. (3) Setia dan taat terhadap peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku. (4) Berjiwa dan berpribadian Indonesia.

Menurut Hastuti (2011:42) Cinta tanah air adalah cinta kepada negeri dimana

seseorang memperoleh penghidupan dan menjalani kehidupan sampai akhir hayatnya.

Senantiasa menjaga agar negerinya tetap aman, sentausa dan sejahtera. Selalu

tanggap dan waspada terhadap setiap kemungkinan adanya unsur-unsur yang dapat

membahayakan keamanan negerinya serta kelangsungan hidup bangsa dan

negaranya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa warga negara

yang baik adalah warga negara yang cinta akan tanah airnya sendiri. Dengan adanya

keberagaman dalam suatu bangsa, dasar negara dapat dijadikan alat pemersatu

(46)

2.1.3.1 Kesadaran akan Nilai Cinta Tanah Air

Kesadaran akan nilai berarti kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan

dengan nilai, antara lain: (1) menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu

diusahakan, (2) menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik bagi kualitas

untuk mewujudkannya, (3) menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu

diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju, (4) menyadari sikap yang diperlukan

demi terwujudnya nilai yang diharapkan, dan (5) menyadari tindakan yang perlu

dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya. (Wahana:2013).

Menurut Winataputra (2008:4.20) dalam skripsi (Cahyaningtyas 2013:15-16)

bahwa mencermati kondisi dan letak geografis wilayah Indonesia, sudah

sewajarnyalah warga negara Indonesia mempunyai kebanggaan tersendiri. Karena

Indonesia mempunyai begitu banyak keberagaman. Bangga menurut Winataputra

(2008:4.20) adalah merasa berbesar hati atau merasa gagah karena mempunyai

berbagai kelebihan atau keunggulan. Jadi, yang dimaksud dengan bangga sebagai

bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara dimanapun

berada. Namun konsekuensi tersebut nampaknya belum terbukti, seperti yang

diungkapkan oleh Amin (2011:1) bahwa salah satu pengaruh arus globalisasi disemua

sendi-sendi kehidupan yaitu lunturnya nilai-nilai nasionalisme dan solidaritas yang

sedang diderita anak negeri ini. Lunturnya nilai-nilai nasionalisme tersebut

(47)

2.1.4 Mata Pelajaran PKN

2.1.4.1 Pengertian PKn sebagai pendidikan nilai

Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sebuah mata

pelajaran yang tidak akan terlepas dari siswa. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar, bahkan hingga di perguruan

tinggi pun PKn akan selalu kita temukan. Menurut sunarso, dkk (2008) Pendidikan

kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia. Menurut Brodjonegoro (2001)

Pendidikan Kewarganegaraan dimaksud agar kita memiliki wawasan kesadaran

bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai

pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila.

MenurutAmin (2008) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yaitu

usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa datang menjadi patriot pembela

bangsa dan negara. Patriot pembela bangsa dan negara ialah pemimpin yang

mempunyai kecintaan, kesetiaan, serta keberanian untuk membela bangsa dan tanah

air melalui bidang profesinya masing-masing. Sementara menurut Chamim (2004),

Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan

pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang menjunjung tinggi

demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga

persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera,

(48)

Menurut Brodjonegoro (2001) Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan

adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku

yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa. Sementara menurut

sunarso (2008:11) Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk memberikan

kompetensi sebagai berikut. (1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan. (2) Berpartisipasi secara bermutu dan

bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lain. (4) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam

percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi (Pusat kurikulum, 2003:3)

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan

siswa yang demokratis dimana siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang cerdas,

dan memanfaatkan kecerdasannya sebagai warga negara untuk kemajuan bagi dirinya

dan lingkungannya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, siswa juga diharapkan

mampu untuk memahami, menganalisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh

masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti

yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

Menurut Sunarso, dkk (2008:13) Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil

(49)

pada pserta didik dengan perilaku yang (a) beriman dan bertagwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi pekerti luhur,

berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) bersikap rasional,

dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (d) bersikap

profesional yang dijiwai oleh kesadaran belanegara, serta (e) aktif memanfaatkan

ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Menurut Brodjonegoro (2001:6) Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil

akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta

didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang: (1) Beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. (2) Berbudi

pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbagsa, dan bernegara. (3)

Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. (4)

Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. (5) Aktif

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan

kemanusiaan, bangsa, dan negara.

Missi dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimasa sekarang ini memiliki

beberapa misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan politik, (2) PKn

sebagai pendidikan nilai, (3) PKn sebagai pendidikan nasionalisme, (4) PKn sebagai

pendidikan hukum, (5) PKn sebagai pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai

pendidikan resolusi konflik. PKn sebagai pendidikan politik disini berarti bahwa

(50)

siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga Negara yang memiki pengetahuan

politik dan kesadaran politik.

PKn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn

diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, moral dan norma yang dianggap

baik oleh bangsa dan negara pada siswa. Melalui PKn pula diharapkan dapat

menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga

siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Sedangkan

PKn sebagai pendidikan hukum berarti bahwa PKn memberikan pengarahan bagi

siswa supaya siswa mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. PKn sebagai

pendidikan multikultural berarti bahwa PKn dihrapkan mampu meningkatkan

wawasan dan sikap toleran terhadap sesama karena siswa hidup di lingkungan

multikultural. Terakhir yaitu PKn sebagai pendidikan resolusi dimana PKn membina

siswa untuk mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang tepat.

Menurut mulyana (2004) pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a) penanaman

dan pengembangan nilai-nilai pada seseorang, (b) bantuan terhadap siswa, agar

menyadari dan mengalami nilai-nilai serta penempatanya secara integral dalam

keseluruhan hidupnya, (c) pengajaran atau bimbingan kepada siswa agar menyadari

nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang

tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Djahiri (1996) menyatakan bahwa: “nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika (benar/salah),

(51)

dan hokum (sah/absah), serta menjadi acuan dan/atau sistem keyakinan diri maupun

kehidupan.

Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai dimaknai sebagai model

pendidikan yang berlandaskan pada nilai (nilai agama, sosial, budaya, pendidikan,

dan nilai kebangsaan atau nasionalisme). Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai

ditujukan kepada pembinaan kepribadian utuh, matang dan produktif dalam diri

siswa. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan

menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang

tercermin dalam diri siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan

nilai-nilai tersebut.

Nilai yang dimaksud dalam Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai yaitu

meyakinkan siswa bertindak atas dasar pilihannya sendiri (tanpa pengaruh orang

lain). Nilai juga dijadikan patokan normatif yang dapat mempengaruhi siswa dalam

menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Terakhir, nilai

diharapkan dapat meningkatkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air.

Pendidikan nilai merupakan sebuah proses dalam upaya membantu siswa

dalam mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis, sehingga siswa

dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir serta

perasaannya. Menurut Somantri (2001) mengemukakan bahwa tujuan PKn di

(52)

dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan

warga negara yang baik.

2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

2.1.5.1 Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Mursanto (2010) menuliskan secara singkat bahwa terbentuknya PPR berawal

dari seorang yang bernama Ignatius yaitu pendiri kelompok religius Serikat Jesus.

Kelompok religius Serikat Jesus ( Jesuit ) ini didirikan pertama-tama tidak untuk

memulai sekolah-sekolah, namun lebih pada kebutuhan masyarakat waktu itu.

Setelah melihat dan mempelajari situasai saat itu, ditemukanlah suatu kebutuhan

masyarakat yang menuntut Ignatius untuk mengambil suatu keputusan, yaitu

memilih pendidikan sebagai cara efektif untuk mengembangkan dan menjadikan

manusia-manusia yang unggul dalam imannya serta berkarakter baik. Seperti dalam

kata-kata Juan de Bonifacio, SJ bahwa “Pendidikan orang muda adalah cara mengubah dunia”, berubahnya masyarakat yang akan menjadi makin manusiawi

tergantung pada bagaimana orang-orang mudanya dididik.

Kolvenbach merumuskan tujuan akhir pendidikan Jesuit lebih pada

perkembangan pribadi siswa sepenuhnya agar dalam melakukan

perbuatan-perbuatannya didasari oleh roh dalam kontemplasi dan pemikiran yang nalar.

Membuat para siswa terdorong untuk berdisiplin diri dan berinisiatif,

(53)

bahwa pemikiran sembrono atau dangkal tidak pantas bagi mereka dan berbahaya

bagi dunia (Mursanto, 2010).

Tidak setiap usaha pendidikan berkaitan langsung dengan Serikat Jesus

ataupun bersinggungan dengan semangat Ignatius. Namun keprihatinan dan semangat

Ignatius dalam mendidik orang muda untuk menyongsong masa depan dan mengubah masyarakatnya, dimiliki juga oleh banyak orang. Mursanto mengatakan “meskipun

mereka tidak berkaitan langsung dengan Jesuit, ternyata cukup banyak yang menyatakan minatnya untuk mengetahui dan menerapkan model pendidikan Jesuit”.

Maka dengan maksud untuk berbagi pengalaman mengenai sebuah “metode

mendidik”, diperkenalkanlah Paradigma Pedagogi Ignatian.

Dalam perjalanan waktu, Paradigma Pedagogi Ignasian atau PPI dikenalkan

kepada masyarakat dengan nama Paradigma Pedagogi Reflektif dengan tujuan agar

dapat diterima oleh semua kalangan, termasuk kalangan yang jauh dengan religius

Serikat Jesus (Jesuit). Pengubahan nama PPI menjadi PPR tidak disertai dengan

pengubahan aspek yang terkandung di dalamnya.

2.1.5.2Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigm berarti suatu

kerangka berpikir/ model dari teori ilmu pengetahuan/ perubahan model. Dalam hal

ini paradigma maksudnya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran.

Gambar

Gambar 2.2  Skema Penelitian Yang relevan
Gambar 3.1.Siklus PTK  Menurut  (Susilo (2007: 19)
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan
gambar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 101799 Delitua di kelas IV pada semester genap T. Teknik pengumpulan data

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA

Keterbatasan guru menerapkan pendidikan nilai pada model Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran PKn materi kedisiplinan diduga mengakibatkan siswa belum mampu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah peserta didik yang sadar akan nilai cinta tanah air dengan menggunakan penerapan Pembelajaran Pedagogi

Dari kedua penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terbukti dapat meningkatkan competence, conscience, compassion dari

JADUAL UJIAN SKRIPSI BULAN MARET SEMESTER GENAP/ 2013 - 2014 FAKULTAS EKONOMIKA & BISNIS. UNIVERSITAS KRISTEN SATYA

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas VIII B MTs Negeri Pundong pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014.

Secara ringkas pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dikelas IV SDN 3 Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 pada