• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang

Argumentasi merupakan hal yang sangat esensial dalam penulisan karya ilmiah. Salah satu bentuk karya ilmiah yang menggunakan argumentasi, yakni artikel jurnal. Argumentasi dalam artikel jurnal digunakan untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. Selaras dengan pernyataan tersebut, Keraf (2007:3) mengungkapkan bahwa melalui argumentasi penulis berusaha merangkai fakta-fakta, sehingga mampu menunjukkan kebenaran suatu pendapat atau suatu gagasan. Hal ini diperkuat pernyataan Probosari (2016: 157) bahwa argumentasi menjadi hal yang sangat krusial dalam membentuk pemikiran kritis dan pemahaman mendalam pada masalah yang kompleks karena terdapat bukti, penalaran, dan dukungan yang kuat terhadap suatu gagasan.

Argumentasi yang disampaikan dalam artikel jurnal tentu harus didasari pemikiran yang kritis dan logis. Wibowo (2013: 4) mengungkapkan bahwa gagasan yang disampaikan dalam sebuah artikel jurnal harus bertolak dari fakta-fakta yang ada. Fakta-faka yang ada perlu diteliti lagi kebenarannya. Selain itu, penulis harus lihai untuk meninjau relevansi kualitas fakta dengan maksud pernyataan. Dengan fakta yang benar penulis dapat merangkai penuturan yang logis menuju pada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Jika tidak cermat dalam

menganalisis data, dapat menggagalkan usaha pembuktian. Adapun, Setyaningsih (2008: 99) menyatakankan bahwa kemampuan berpikir kritis dalam hal menulis argumentasi, dapat diketahui melalui penggunaan elemen-elemen argumentasi dalam suatu tulisan argumentatif. Toulmin, dkk. (1979: 25) mengungkapkan bahwa secara garis besar suatu tulisan argumentasi terdiri dari enam elemen, yakni pernyataan posisi, data/fakta, jaminan, dukungan, pengecualian, dan keterangan modalitas. Dari enam komponen elemen argumentasi tersebut, terdapat tiga elemen utama dan tiga elemen tambahan untuk membangun argumentasi yang kuat. Tiga elemen utama tersebut adalah pernyataan posisi, data/fakta, dan jaminan, sedangkan tiga elemen tambahan terdiri dari dukungan, pengecualian, dan keterangan modalitas. Setyaningsih (2008: 100) menegaskan bahwa argumen yang baik sedapat mungkin mengandung elemen utama dan elemen tambahan, sehingga menjadi logis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pemikiran yang kritis dan logis juga dapat ditunjukkan melalui kemampuan mengemukakan argumen dalam tulisan ilmiah, seperti artikel jurnal. Sebelum mengemukakan argumen dalam suatu artikel jurnal, penulis harus mengumpulkan bahan-bahan berupa informasi yang dapat digunakan untuk mendukung argumen serta meyakinkan pembaca. Informasi yang dimaksudkan dapat diperoleh melalui observasi, wawancara, jajak pendapat, atau studi dokumentasi. Segala informasi yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data tersebut diklasifikasikan menjadi data atau fakta dan pendapat otoritas, serta dikritisi mana yang dapat digunakan dan mana yang dapat disingkirkan. Apabila data atau fakta telah terkumpul,

penulis harus menyiapkan model argumentasi tertentu yang tepat untuk menyajikan tulisan argumentasi dalam rangkaian yang logis dan meyakinkan. Keraf (2007:104) mengungkapkan bahwa bila penulis tidak mempunyai rencana penulisan yang baik, maka akan tampak yang diungkapkan tidak terarah serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta.

Salah satu bentuk perencanaan penulisan argumentasi yang baik, yakni dengan menggunakan model-model argumentasi. Hal ini menegaskan bahwa model argumentasi berperan penting dalam pembentukan tulisan argumentatif yang dapat meyakinkan pembaca. Suatu model argumentasi memperlihatkan hubungan yang logis antara premis-premis dan kesimpulan, sehingga tulisan menjadi suatu rangkaian yang benar menurut penalaran dan mampu meyakinkan pembaca (Walton, 2008: 1). Selaras dengan pernyataan tersebut, Seyler (2012: 104) mengungkapkan bahwa suatu bentuk tulisan yang logis dan meyakinkan dapat dilihat dari model argumentasi yang digunakan. Dengan demikian, penulis diharapkan dapat membuat tulisan argumentasi berdasarkan model tertentu, sehingga dapat memperlihatkan hubungan yang logis antara premis-premis dan kesimpulan.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap artikel-artikel ilmiah yang belum dipublikasikan karya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2016/2017 ditemukan paragraf argumentasi yang tidak logis dan belum dapat meyakinkan pembaca. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pada paragraf yang menggunakan model argumen dari pendapat ahli tidak disertai data atau fakta

penguat pendapat ahli agar pernyataan posisi dapat diterima. Selain itu, pada paragraf argumentasi yang menggunakan model argumen dari hubungan penyebab tidak disertai data atau fakta dan pendapat ahli yang mendukung pernyataan posisi. Adapun, paragraf argumentasi yang menggunakan model argumen dari pendapat umum disertai alasan-alasan yang tidak relevan atau tidak sesuai untuk mendukung pernyataan posisi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap model argumentasi masih rendah. Berikut salah satu data berupa paragraf argumentasi dari artikel ilmiah karya mahasiswa yang menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap model argumentasi tergolong rendah karena tidak terdapat data atau fakta penguat pendapat ahli, sehingga menjadi tidak logis dan tidak dapat meyakinkan pembaca.

(1) Bahasa dipandang sebagai lambang, bunyi, tanda yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. (2) Hal tersebut sejalan dengan beberapa definisi bahasa menurut para ahli. (3) Linda Thomas dan Shan Wareing (2007: 28) bahasa sebagai sebuah cara untuk mendeskripsikan dan memberikan informasi tentang dunia yang ada di sekitar kita. (4) Adapun, menurut Sturtevent (2014: 4) bahasa adalah sistem lambang sewenang-wenang, berupa bunyi yang digunakan oleh anggota-anggota suatu kelompok sosial untuk untuk bekerjasama dan saling berhubungan. (5) Keraf (1997: 1) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. (6) Selain itu, Suandi (2014: 4) menyatakan bahwa bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbitrer. (7) Lambang, simbol, dan tanda-tanda yang digunakan dalam bahasa mengandung makna yang berkaitan dengan situasi hidup dan pengalaman nyata manusia.

(Sumber: Antologi Artikel Antropolinguistik, 2017: 10) Paragraf argumentasi di atas menggunakan model argumen dari pendapat ahli dalam menyampaikan gagasannya. Hal ini dapat diketahui dari karakteristik pernyataan posisi yang disampaikan penulis dan bentuk alasan yang mendukung

pernyataan posisi tersebut. Pada paragraf tersebut pernyataan posisi dibuat oleh penulis artikel yang menyatakan bahwa bahasa dipandang sebagai lambang, bunyi, tanda, dan alat komunikasi. Pernyataan posisi penulis didukung oleh pendapat para ahli yang terdapat pada kalimat (3). Pada kalimat tersebut Shan Wareing (2007: 28) menegaskan bahwa bahasa merupakan cara untuk memberikan informasi kepada dunia. Hal ini berarti bahwa terdapat peran bahasa sebagai lambang komunikasi. Selain itu ada juga ahli lain yang mendukung pernyataan posisi seperti pada kalimat (4) Sturtevent (2014: 4) menjelaskan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota-anggota suatu kelompok sosial untuk untuk bekerjasama dan saling berhubungan. Pendapat ahli ini mendukung pernyataan penulis bahwa bahasa dipandang sebagai lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, ahli lainnya seperti Keraf (1997: 1) dan Suandi (2014: 4) juga menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi dalam suatu masyarakat yang berupa ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbitrer. Beberapa pendapat para ahli tersebut mendukung pernyataan posisi penulis. Akan tetapi, pernyataan posisi tersebut belum dapat diyakini kebenarannya karena dalam pendapat para ahli tidak terdapat bukti berupa data atau fakta yang memperkuat pernyataan ahli tersebut dan relevan dengan pernyataan posisi penulis.

Selain melalui analisis terhadap paragraf argumentasi dalam artikel jurnal, pembuktian terhadap pernyataan bahwa pemahaman mahasiswa tentang model argumentasi masih rendah dapat diketahui melalui kuesioner. Analisis kebutuhan yang dilakukan dengan teknik penyebaran kuesioner terhadap mahasiswa Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2016/2017 menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa memahami setiap model argumentasi dalam penulisan artikel jurnal. Sebagian besar mahasiswa memahami model argumen dari pendapat ahli dan argumen dari pendapat umum. Akan tetapi, hanya sedikit mahasiswa yang memahami model argumen dari analogi, argumen dari konsekuensi, dan argumen dari hubungan penyebab. Berikut persentasi jumlah mahasiswa yang memahami model-model argumentasi dalam penulisan artikel jurnal.

Gambar 1.1 Persentase Frekuensi Mahasiswa yang Memahami Model Argumentasi

Pemahaman mahasiswa terhadap model-model argumentasi yang ditampilkan pada diagram di atas hanya terbatas pada pemahaman mengenai hakekat dari setiap model argumentasi tersebut. Dalam hal ini, responden hanya dapat menjelaskan

definisi dari setiap model argumentasi tersebut. Definisi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan (KBBI V, 2016).

Penelusuran terhadap pemahaman mahasiswa mengenai model-model argumentasi dalam penulisan artikel jurnal tidak terbatas pada analisis dokumen dan penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara terhadap mahasiswa untuk mengkonfirmasi informasi yang diperoleh melalui analisis dokumen dan penyebaran kuesioner. Berdasarkan wawancara peneliti memperoleh data bahwa pemahaman mahasiswa mengenai setiap model argumentasi hanya terbatas pada kemampuan mendefinisikan konsep dari setiap model argumentasi. Melalui wawancara juga diperoleh data bahwa mahasiswa memahami tentang skema argumentasi yang terdapat dalam setiap model argumentasi, tetapi mahasiswa tidak menggunakan skema argumentasi tersebut untuk menghubungkan argumen dan premis-premis pendukung, serta tidak mempertimbangkan kebenaran argumen dan premis pendukung argumen dengan menggunakan skema. Hal inilah yang dapat menimbulkan adanya argumen yang didukung oleh data atau fakta yang tidak sesuai dan didukung oleh pendapat ahli yang tidak relevan dengan argumen. Selain itu juga, hal ini dapat menimbulkan adanya argumen yang hanya diperkuat oleh pendapat ahli tanpa adanya dukungan berupa data atau fakta penguat peryataan ahli. Ketidaktahuan mahasiswa mengenai penggunaan skema argumentasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain belum pernah mempelajari secara spesifik tentang skema

argumentasi dan belum pernah membaca buku sumber yang menulis khusus tentang skema argumentasi dalam penulisan artikel jurnal.

Berbicara tentang model argumentasi tidak terbatas pada berbicara tentang skema argumentasi. Ada juga pertanyaan-pertanyaan kritis yang seringkali digunakan untuk mempertanyakan kebenaran argumen dan premis-premis pendukung argumen dalam suatu tulisan argumentatif. Melalui suatu wawancara, peneliti memperoleh data bahwa mahasiswa tidak sering mempertimbangkan kebenaran argumen dan premis-premis pendukung argumennya menggunakan pertanyaan-pertanyaan kritis. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain tidak mengetahui bentuk-bentuk konkret pertanyaan kritis pada setiap model argumentasi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebenaran argumen dan tidak mengetahui bahwa pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut memiliki peran penting dalam mempertimbangkan kebenaran suatu argumen. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan Walton (2013: 3) bahwa pertanyaan-pertanyaan kritis penting digunakan untuk mempertimbangkan kebenaran argumen sehingga dapat dipercaya.

Keterbatasan pemahaman mahasiswa mengenai model-model argumentasi, skema argumentasi, dan pertanyaan-pertanyaan kritis untuk mempertimbangkan kebenaran suatu argumen berdampak pada penulisan paragraf argumentasi yang tidak logis dan tidak dapat diyakini kebenarannya. Hal ini telah terbukti melalui studi dokumentasi terhadap artikel ilmiah mahasiswa pada paragraf argumentasi yang menggunakan model argumen dari hubungan penyebab tanpa disertai data atau fakta dan pendapat ahli yang mendukung pernyataan posisi. Adapun, paragraf argumentasi

yang menggunakan model argumen dari pendapat umum disertai alasan-alasan yang tidak relevan atau tidak sesuai untuk mendukung pernyataan posisi. Cuplikan paragraf argumentasi di atas serta persentase jumlah mahasiswa yang memahami setiap model argumentasi menegaskan bahwa tidak banyak mahasiswa yang memahami tentang model argumentasi dalam penulisan artikel jurnal, sehingga berdampak pada penulisan paragraf argumentasi yang tidak logis dan tidak dapat diyakini kebenarannya.

Penelitan pendahuluan melalui studi dokumentasi, kuesioner dan wawancara menunjukkan bahwa membuat tulisan argumentasi yang logis dan kritis berdasarkan suatu model bukanlah hal yang mudah. Hal di atas menjadi kekhawatiran bersama khususnya bagi kaum akademisi. Mengingat, penulisan artikel jurnal menjadi hal yang sangat urgensi bagi mahasiswa diberbagai jenjang pendidikan tinggi. Sesuai dengan edaran Dirjen Dikti Kemdikbud RI No.152/E/T/2012 tentang kewajiban menulis artikel ilmiah bagi mahasiswa (S-1, S-2, dan S-3) maka setiap mahasiswa dari berbagai jenjang diwajibkan dapat menghasilkan artikel ilmiah yang berkualitas dan dapat dipublikasikan pada jurnal akademi bereputasi (Wibowo, 2013: 5).

Harapan ini tentu saja menjadi tugas yang tidak mudah bagi kaum akademisi. Apalagi jika mengingat prestasi Indonesia dalam memublikasikan artikel jurnal di kancah internasional juga tergolong kalah dari negara tetangga. Berdasarkan data dari laman Scimago Journal and Country Rank yang menghimpun data dari Scopus (http://www.scimagojr.com), dipaparkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-55 dengan publikasi sejumlah 54.146. Jika jumlah publikasi ini dibandingkan dengan

jumlah publikasi pada tahun 2017 yang sejumlah 39.719, dapat dikatakan publikasi ilmiah Indonesia mengalami peningkatan. Akan tetapi, peringkat Indonesia masih tertinggal dari negara Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2018 Singapura berada pada peringkat ke-32 dengan publikasi sejumlah 241.361, Malaysia berada pada peringkat ke-34 dengan publikasi sejumlah 214.883, dan Thailand berada pada peringkat ke-43 dengan publikasi sejumlah 139.682.

Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh peneliti melalui analisis kebutuhan, ternyata mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma Yogykarta angkatan 2016/2017 membutuhkan buku ajar yang secara khusus mengkaji tentang model-model argumentasi, sehingga dapat memahami mengenai hal tersebut secara lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan buku ajar untuk penulisan artikel jurnal yang khusus memaparkan tentang model-model argumentasi berdasarkan perspektif Douglas Walton. Perspektif Douglas Walton dipilih peneliti sebagai teori utama dalam pengembangan buku ajar model-model argumentasi untuk penulisan artikel jurnal ini berdasarkan sejumlah alasan. Pertama, dalam setiap jenis model argumentasi terdapat skema argumentasi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan argumen, sehingga melalui skema tersebut dapat dilihat hubungan antara premis dan kesimpulan. Kedua, dalam setiap model argumentasi yang disampaikan Douglas Walton terdapat pertanyaan-pertanyaan kritis yang dapat menunutn penulis argumen maupun pembaca untuk meninjau kebenaran argumen yang dibuat.

Pengembangan buku ajar ini juga berdasarkan hasil telaah terhadap sejumlah buku tentang argumentasi. Dalam hal ini, peneliti meninjau sejauh mana isi buku-buku tersebut telah memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam penulisan paragraf argumentasi pada artikel jurnal berdasarkan model-model argumentasi. Hasil telaah terhadap buku-buku tersebut menunjukkan bahwa buku yang berjudul Read, Reason, and Write yang disusun oleh Dorothy U. Seyler (2012) belum dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa terhadap model-model argumentasi karena dalam buku tersebut penulis tidak memaparkan tentang model-model argumentasi yang dapat digunakan dalam penulisan paragraf argumentasi pada artikel jurnal. Buku tersebut hanya mengkaji tentang hakikat dasar argumen, menulis argumentasi yang efektif, dan cara mengevaluasi argumen. Selain itu, hasil telaah terhadap buku Pengembangan Argumen Logika Toulmin dalam Penulisan Artikel Jurnal karya Marta Susanti (2018) menunjukkan bahwa buku tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa terkait cara mengimplementasikan model-model argumentasi karena model-model argumentasi yang dipaparkan penulis dalam buku tersebut hanya terbatas pada definisi dan contoh model argumentasi. Selain kedua buku tersebut, ada juga buku Argumentasi dan Narasi yang disusun oleh Gorys Keraf (1983) menunjukkan bahwa komponen-komponen materi argumentasi yang dipaparkan dalam buku tersebut tidak mencakup model-model argumentasi. Materi yang dimaksudkan hanya meliputi beberapa hal, seperti dasar dan sasaran argumen, struktur argumen, dan metode dalam berargumentasi.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti membuat sebuah produk berupa buku ajar. Buku ajar yang akan dikembangkan tersebut berjudul “Menulis Argumentatif: Implementasi Model Argumen Douglas Walton”. Buku ajar tersebut memuat materi tentang menulis argumentatif, model-model argumentasi, implementasi model argumen Douglas Walton, aspek-aspek kebahasaan dalam penulisan argumen, dan aspek-aspek teknis dalam penulisan argumentatif. Melalui pengembangan buku tersebut, peneliti mengharapkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma Yogykarta angkatan 2016/2017 dapat menggunakannya untuk mengembangkan paragraf argumentasi berdasarkan model-model argumentasi yang dilengkapi dengan skema dan pertanyaan-pertanyaan kritis untuk mempertimbangkan kebenaran argumentasi dalam penulisan artikel jurnal. Dengan demikian, tulisan argumentasi yang disusun dengan model argumentasi yang tepat dapat membantu mahasiswa menghasilkan paragraf argumentasi yang baik, logis, dan kritis dalam artikel jurnal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam latar belakang, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana mengembangkan buku ajar menulis argumentasi tentang model-model argumentasi dalam penulisan artikel jurnal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma angkatan 2016/2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini, yaitu mengembangkan buku ajar menulis argumentasi tentang model-model argumentasi dalam artikel jurnal mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister Universitas Sanata Dharma angkatan 2016/2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian dan pengembangan buku ajar ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori mengenai model-model argumentasi dalam penulisan artikel jurnal. Adapun, secara praktis produk yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan ini dapat digunakan baik oleh dosen maupun mahasiswa dalam pembelajaran menulis artikel jurnal sebagai sumber belajar. Selain itu, peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang serupa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai penelitian yang relevan.

1.5 Batasan Istilah

Terdapat beberapa batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun, batasan istilah yang digunakan tersebut, yakni buku ajar, artikel jurnal, argumentasi, dan model-model argumentasi. Masing-masing istilah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Buku Ajar

Buku ajar merupakan buku berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis, disusun berdasarkan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, digunakan untuk proses pembelajaran, dan berisi bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan (Prastowo, 2014: 244).

b. Artikel Jurnal

Artikel jurnal merupakan tulisan khusus yang diolah berdasarkan suatu penelitian atau berdasarkan studi pustaka pada karya tulis ilmiah lainnya, baik berupa laporan penelitian maupun karya tulis akademik lainnya, kemudian diterbitkan di dalam jurnal akademik bereputasi (Wibowo, 2013: 1).

c. Argumen

Argumen adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada seluruh aktivitas pemberian alasan untuk mendukung atau mengkritik klaim yang dipertanyakan (Walton, 2016: 1).

d. Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi merupakan paragraf yang berisi argumen atau pendapat tertentu yang bertujuan menjelaskan sesuatu serta didukung dengan alasan pernyataan/justifikasi, fakta, dan data yang kuat (Rahardi, 2010:138).

e. Model-model Argumentasi

Model argumentasi merupakan bentuk argumentasi yang menunjukkan hubungan antara premis-premis dan kesimpulan (Walton, 2006: 19).

1.6 Spesifikasi Produk

Melalui penelitian ini diharapkan akan dihasilkan sebuah produk berupa buku. Buku yang dihasilkan dalam penelitian ini tergolong sebagai buku ajar karena buku ini berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis, disusun berdasarkan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, bertujuan digunakan dalam pembelajaran, dan berisi materi-materi yang akan diajarkan.

Buku ajar ini disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan mahasiswa dan dikembangkan sesuai Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Mata Kuliah Penulisan Artikel Jurnal berdasarkan pendekatan komunikatif. Buku ini dikembangkan sesuai dengan pendekatan komunikatif karena materi-materi pembelajaran bahasa yang dikemas dalam buku ini diarahkan pada pembentukan kompetensi komunikatif pembelajar yang terwujud melalui keterampilan menulis argumentatif.

Produk penelitian ini akan digunakan dalam mata kuliah Penulisan Artikel Jurnal. Buku ajar ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar dan pedoman dalam mengembangkan paragraf argumentasi dalam penulisan artikel jurnal, sehingga paragraf argumentatif yang dikembangkan berdasarkan pada model-model argumentasi yang benar.

Buku ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berjudul Menulis Argumentatif: Implementasi Model Argumen Douglas Walton. Buku ini diberi judul demikian karena keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan akhir adalah keterampilan menulis argumentasi. Adapun keterampilan menulis paragraf argumentasi tersebut diharapkan dikembangkan berdasarkan model argumentasi Douglas Walton. Dalam pengembangan buku ajar ini, teori Douglas Walton dipilih sebagai teori utama karena dalam setiap jenis model argumentasi terdapat skema argumentasi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan argumen sehingga melalui skema tersebut dapat dilihat hubungan antara premis dan kesimpulan. Selain itu, dalam setiap model argumentasi yang disampaikan Douglas Walton juga terdapat pertanyaan-pertanyaan kritis yang dapat menuntun penulis argumen maupun pembaca untuk meninjau kebenaran argumen yang dibuat. Dengan demikian, melalui pengembangan buku ajar ini diharapkan pembelajar memiliki keterampilan menulis paragraf argumentasi dalam penulisan artikel jurnal yang berdasarkan model-model argumentasi.

Buku ajar Menulis Argumentatif: Implementasi Model Argumen Douglas Walton terdiri dari lima bab. Setiap bab memuat tentang kemampuan akhir yang diharapkan, tujuan pembelajaran, peta konsep, kata kunci, materi pembelajaran, rangkuman, evaluasi, dan refleksi. Setiap bab terdiri dari dua sampai tiga materi pembelajaran. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Bab satu pada buku ini memuat tentang menulis argumentatif yang terdiri dari beberapa materi, yaitu paragraf argumentasi, esai argumentasi, paragaraf argumentasi dalam artikel jurnal,

dan paragraf argumentasi dalam makalah prosiding. Bab dua memuat tentang model-model argumentasi yang diperinci menjadi beberapa materi, yaitu argumentasi model-model Toulmin, argumentasi model Rybacky, dan argumentasi model Douglas Walton. Bab tiga pada buku ini memuat tentang implementasi model argumen Douglas Walton

Dokumen terkait