• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini mengadaptasi dan mengadopsi teknik analisis data pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif berfungsi untuk menganalisis data yang dikumpulkan dengan cara bedah dokumen, wawancara, serta saran dan komentar ahli dalam kuesioner validasi RPS dan produk. Teknik analisis data kuantitatif berfungsi untuk menganalisis data yang diperoleh dari skor pada kuesioner atau angket analisis kebutuhan, skor validasi RPS oleh ahli, skor validasi produk oleh ahli, dan skor penilaian produk oleh mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister angkatan 2016/2017. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan, yakni model Miles dan Huberman, sedangkan teknik analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini, yakni skala Guttman dan skala Likert. Berikut akan dideskripsikan mengenai ketiga teknik analisis data tersebut.

1. Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman untuk menganalis data yang diperoleh dengan cara bedah dokumen, wawancara, serta saran dan komentar ahli dalam kuesioner validasi produk. Sugiyono (2016: 369) mengungkapkan bahwa ada tiga langkah dalam menganalisis data kualitatif berdasarkan model Miles dan Huberman. Ketiga langkah tersebut terdiri dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (conclusion drawing). Ketiga langkah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, reduksi data (data reduction). Pada tahap ini peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya (Sugiyono, 2016: 370). Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang jelas pada peneliti dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui bedah dokumen diklasifikasikan sesuai tema atau pola. Artinya, data paragraf argumentasi yang diperoleh melalui bedah dokumen diklasifikasikan berdasarkan model argumentasi yang digunakan. Sebelum diklasifikasi, data tersebut mengalami penamaan oleh peneliti menggunakan pengkodean. Sementara itu, data yang peneliti

peroleh melalui wawancara diklasifikasikan berdasarkan indikator dalam kisi-kisi instrumen penelitian. Adapun data berupa saran dan komentar terhadap produk oleh ahli, dosen pengampu, dan mahasiswa dikategorikan berdasarkan jenis subjek penilai.

Kedua, penyajian data (data display). Pada tahap ini peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat yang menyatakan hubungan antara variable-variabel. Pada tahap ini juga, peneliti menginterpretasikan atau memaknai data. Setelah data diinterpretasikan atau dimaknaim data tersebut disajikan atau dinarasikan dalam bentuk uraian. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2016: 373) mengungkapkan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Dalam hal ini peneliti dapat menyajikan data kualitatif berupa uraian atau teks yang menarasikan tentang data yang telah diinterpretasikan yang diperoleh melalui studi dokumen, wawancara, serta saran dan komentar yang diberikan baik oleh ahli, dosen pengampu, maupun mahasiswa pengguna produk.

Ketiga, verifikasi (conclusion drawing). Pada tahap terakhir ini, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil kategorisasi data dan deskripsi data. Tahap ini menghasilkan interpretasi peneliti atas temuan yang didapatkan (Afrizal, 2014:179-180). Dalam penelitian ini kesimpulan dibuat dengan tujuan memperjelas gambaran mengenai suatu objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh melalui studi dokumen, wawancara, serta saran dan komentar yang diberikan baik oleh ahli maupun mahasiswa pengguna produk.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, teknik analisis data model Miles dan Huberman ini digunakan pada saat mengolah data yang diperoleh melalui dokumentasi, wawancara, dan saran serta komentar terhadap produk oleh ahli dan mahasiswa sebagai pengguna produk. Pada saat melakukan analisis dokumen yang berupa artikel ilmiah mahasiswa, peneliti memberikan kode pada setiap paragraf argumentasi. Pengkodean ini yang disebut sebagai data yang mengalami penamaan. Selanjutnya, data yang telah diberi kode tersebut diinput ke dalam tabel tepatnya pada kolom paragraf argumentasi. Selanjutnya, data paragraf argumentasi tersebut diklasifikasikan berdasarkan model argumen yang digunakan, misalnya model argumen dari pendapat ahli, argumen dari pendapat umum, atau argumen dari analogi. Setelah data tersebut diklasifikasikan, peneliti menginterpretasikan atau memberi pemaknaan terkait alasan data tersebut dikelompokan pada model tertentu. Setelah semua data paragraf argumentasi diklasifikasikan, diberi keterangan atau penjelasan mengenai alasan pengelompokan tersebut, dan dimaknai, selanjutnya peneliti memberikan kesimpulan mengenai penggunaan model-model argumentasi dalam paragraf argumentatif pada artikel ilmiah. Dalam hal ini, peneliti memaparkan model argumentasi apa saja yang digunakan dalam paragraf argumentasi pada artikel ilmiah mahasiswa dan model argumentasi apa saja yang tidak digunakan.

Pada saat peneliti melakukan analisis terhadap hasil wawancara, tahap pertama yang peneliti lakukan adalah mentranskrip hasil wawancara terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister angkatan 2016/2017. Hasil transkrip wawancara tersebut dikelompokan berdasarkan

butir pertanyaan, kemudian direduksi (data yang tidak penting dihilangkan). Setelah itu, data yang sudah direduksi diinterpretasikan atau diberi pemaknaan. Selanjutnya data tersebut dinarasikan dan diberi kesimpulan.

Pada saat peneliti melakukan analisis terhadap komentar dan saran dari ahli, serta mahasiswa sebagai pengguna produk terhadap produk yang dikembangkan, peneliti mengelompokan hasil saran dan kritik tersebut sesuai jenis instrumen, misalnya instrumen penilaian produk dari aspek bahan ajar, instrumen penilaian produk dari aspek materi, atau instrumen penilaian produk dari aspek bahasa. Setelah itu, kritik dan saran tersebut direduksi agar dapat diketahui mana yang dapat digunakan dan yang tidak dapat digunakan (atau dihilangkan). Setelah itu, data yang sudah direduksi disajikan dalam model data atau display untuk selanjutnya dibuat kesimpulan. Berikut skema ilustrasi analisis data menggunakan skala Miles dan Huberman.

1. Teknik Analisis Data Skala Guttman dan Skala Likert

Selain teknik analisis data kualitatif, penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data kuantitatif untuk menganalisis data berupa skor pada kuesioner/angket analisis kebutuhan, skor validasi produk oleh ahli, dan skor penilaian produk oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister angkatan 2016/2017. Data berupa skor yang diperoleh melalui kuesioner atau angket pada analisis kebutuhan dianalisis menggunakan skala Guttman, sedangkan data skor yang diperoleh melalui validasi produk oleh ahli dan mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister angkatan 2016/2017 dianalisis menggunakan statistik deskriptif, yakni dirata-rata, lalu dikonversikan ke dalam skala Likert dengan model skala 4.

Untuk menghitung data yang diperoleh melalui kuesioner atau angket analisis kebutuhan peneliti menggunakan skala Guttman. Sugiyono (2016:169) mengungkapkan bahwa skala Guttman merupakan pengukuran yang dipakai untuk mendapatkan jawaban yang tegas, seperti “ya₋tidak”, “pernah₋tidak pernah”, atau “setuju₋tidak setuju”, dll. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data interval (dua alternatif), yakni “ya” dan “tidak”. Berikut diuraikan langkah-langkah analisi data berdasarkan skala Guttman.

Pertama, data yang diperoleh melalui kuesioner atau angket ditabulasi dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel tabulasi ini dikategorikan berdasarkan butir pernyataan atau pernyataan dan urutan responden. Berikut contoh tabel yang dimaksudkan.

Tabel 3.11 Tabel Distribusi Frekuensi

No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1. 2. 3. 20. Jumlah

Keterangan:

P1 = Pertanyaan nomor 1

P2 = Pertanyaan nomor 2, dan seterusnya. 1 = Responden pertama

2 = Responden kedua, dan seterusnya

Kedua, persentase pengetahuan responden. Hal ini dilakukan untuk mengukur pengetahuan responden melalui perhitungan persentase berdasarkan skala Guttman. Berikut akan diuraikan contoh tabel persentase pengetahuan responden dan cara perhitungan skala Guttman.

Tabel 3.12 Persentase Pengetahuan Responden Terhadap Model-model Argumentasi dalam Penulisan Artikel Jurnal

Item Pertanyaan (%) Jawaban “Ya” (%) Jawaban “Tidak” P1 P2 … P20 Total Rata-rata

Cara mengetahui persentase jawaban “Ya” yang diperoleh dari kuesioner atau angket, yakni dihitung terlebih dahulu total jawaban, kemudian dihitung menggunakan rumus persentase skala Guttman. Setelah itu, hasil yang diperoleh ditempatkan dalam rentang skala persentase.

Berikut rumus perhitungannya. a. Nilai jawaban “Ya” = 1

b. Nilai jawaban “Tidak” = 0 c. Dikonversikan dalam persentase:

Jawaban “Ya” = 1 x 100% = 100%

Jawaban “Tidak” = 0 x 100% = 0% (tidak perlu dihitung) d. Perhitungan rata-rata jawaban “Ya”

Setelah hasil analisis dipersentasekan, maka hasil tersebut digambarkan dalam diagram seperti berikut.

Gambar 3.1 Contoh Diagram Persentase Pengetahuan Responden Langkah ketiga, yakni memberikan kesimpulan berdasarkan hasil persentase. Langkah ini merupakan tahap akhir dari analisi data menggunakan skala Guttman.

Adapun data skor yang diperoleh melalui validasi produk oleh ahli, penilaian produk oleh dosen pengampu Mata Kuliah Penulisan Artikel Jurnal, dan penilaian produk oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Magister angkatan 2016/2017 dianalisis menggunakan statistik

Jumlah jawaban “Ya”

___________________ X 100% = … Jumlah responden

deskriptif, yakni dirata-rata, lalu dikonversikan ke dalam skala Likert dengan model skala 4 yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu sangat baik (4), baik (3), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Model skala 4 digunakan agar responden tidak berkesempatan untuk bersikap netral terhadap pernyataan dalam kuesioner. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widoyoko (2015: 106) bahwa kelebihan penggunaan skala 4 dibandingkan skala 3 dan 5, yakni skala 4 tidak memungkinkan responden untuk bersikap netral, cukup, atau ragu-ragu.

Tabel 3.13 Tabel Skor dan Kategori Skala 4

Skor Kategori

4 Sangat Baik

3 Baik

2 Tidak Baik

1 Sangat Tidak Baik

Untuk mendapatkan interval skor, digunakan rumus perhiitungan dengan mencari skor tertinggi, skor terendah, dan jumlah kelas (kategori sangat baik sampai sangat tidak baik untuk menemukan jarak interval). Berikut rumus untuk menentukan jarak interval.

Skor tertinggi (ideal) : 4 (sangat setuju) Skor terendah : 1 (sangat tidak setuju)

Jumlah kelas : 4 (sangat baik sampai sangat tidak baik) Jarak interval :4 – 1 = 3 = 0,75

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Interval Skor untuk Penilaian Produk Interval Skor Kategori

3,25 < X ≤4,00 Sangat Baik 2,50 < X ≤3,25 Baik

1,75 < X ≤2,50 Tidak Baik

1,00 ≤X ≤1,75 Sangat Tidak Baik

Dokumen terkait