• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN — YEHEZKIEL

Dalam dokumen PENDAHULUAN DAN GARIS GARIS BESAR ALKI (Halaman 88-91)

M A S A.

Data dalam Kitab Yehezkiel menempatkan pelayanan sang nabi pada tahun-tahun awal dari pembuangan ke Babel, antara tahun 593/592 dan 571/570 SM (Yeh 1:1,2; 29:17). Nabi Yehezkiel, dari lokasinya di Babel, mendapat penglihatan tentang kejatuhan dan pemulihan bangsa Israel; sementara rekannya yang lebih tua, Yeremia, di Yerusalem, sesungguhnya melihat nafas Kerajaan Yehuda yang sedang sekarat (Yer 1:1-3).

Selama abad ke-8 Yer 7 SM, penguasa Asyur yang kejam menekan kerajaan Israel dan Yehuda. Kerajaan Utara jatuh pada tahun 721 SM; tetapi Yehuda, meskipun sudah sangat lemah, berusaha untuk bertahan lebih lama daripada musuhnya. Saat pemerintahan Ashurbanipal (669-633 SM), kekaisaran Asyur mulai melemah. Mesir melepaskan diri dari Asyur pada tahun 655 SM. Selama beberapa tahun Asyur berperang melawan Babel dan Media. Ibu kota Asyur kuno, Asyur, menyerah pada tahun 614 SM, dan Niniwe yang telah lama jaya benar-benar dihancurkan pada tahun 612 SM. Pada tahun 607 SM, sisa-sisa kerajaan Asyur telah berakhir.

Dengan memanfaatkan kejatuhan Asyur, Yosia (640/639-609/608), raja besar terakhir Yehuda memperkuat kerajaannya. Masa pemerintahannya yang cemerlang terhenti oleh pertempuran di Megido dengan Firaun-Nekho II dari Mesir, yang sedang berupaya untuk membantu kekaisaran Asyur sebagai benteng perlindungan melawan orang Kasdim (2Raj 23:29). Salum atau Yoahas (Yer 22:10- 12; Yeh 19:2-4), yang menggantikan ayahnya Yosia, dibuang ke Mesir setelah memerintah selama tiga bulan, dan Yoyakim, anak Yosia yang lebih tua, diangkat menjadi raja oleh Nekho (2Raj 23:31- 35).

Bangsa Mesir di bawah kekuasaan Nekho dikalahkan oleh Nebukadnezar (disebut juga

Nebukadnezar) di Karkemis di Sungai Efrat pada tahun 605 SM (Yer 46:2). Bangsa Kasdim menjadi penguasa dunia yang baru (2Raj 24:7), di mana Yehuda menjadi daerah jajahan. Yoyakim (608-597 SM) menganiaya para nabi (Yer 7; 26; 36), menghancurkan kehidupan rohani bangsa itu (Yer 7:1- 15; 13; 16-20; bdg. Yeh 8), dan menunjukkan dirinya sebagai seorang tiran yang picik (Yer 22:13- 15,17-19). Dia memberontak terhadap Nebukadnezar pada tahun 602 SM dan diganggu oleh bangsa- bangsa di sekitarnya (2Raj 24:1). Dia mati secara tidak terhormat sebelum serangan hukuman oleh Nebukadnezar mencapai Yehuda (Yer 22:19).

Yoyakhin (Yekoniah atau Koniah) anak Yoyakim, memerintah tiga bulan dan kemudian menyerah kepada Nebukadnezar (2Raj 24:8-17; Yer 22:24-30; Yeh 19:5-9). Setelah merampok Yerusalem, penguasa Kasdim membuang beberapa ribu penduduk kelas atas ke Babel. Oleh Yeremia, orang- orang ini diumpamakan sebagai "buah ara yang baik," harapan bagi masa depan Israel, lawan dari "buah ara yang jelek," kaum termiskin dari bangsa Israel, yang ditinggalkan (Yer 24; 29). Termasuk dalam kelompok yang dibuang adalah Yehezkiel, yang memberi tanggal untuk pesan-pesannya dari tahun pembuangan Yoyakhin (Yeh 1:1,2; 3:16; 8:1; 20:1; 24:1; 26:1; 29:1; 29:17; 30:20; 31:1; 32:17; 33:21; 40:1). "Batu tulis Yoyakhin," yang diterbitkan pada tahun 1939, menunjuk pada "Yaukin raja Yahud" dan anak-anaknya (bdg. W.F. Albright, "King Joiakin in Exile," BA, V Des

1942, hlm. 49-55). Dia dibebaskan dari pemenjaraannya oleh Amel-Marduk, anak Nebukadnezar,

pada tahun 560 SM, tahun ke-37 dari pembuangannya.

Raja Yehuda ke-19 dan terakhir adalah Zedekia (597-586), anak ketiga dari Yosia (2Raj 24:17-25:7;

Yeh 19:11-14), seorang raja yang lemah (Yer 37; 38), yang dengan segera melanggar sumpah setianya kepada Nebukadnezar dengan bergabung dalam sebuah koalisi bangsa-bangsa yang memberontak (Yeh 17:13-15; Yer 27:1-11). Kebodohan ini menyebabkan bangsa Kasdim yang

hendak membalas dendam datang ke Yerusalem. Setelah pengepungan selama satu setengah tahun (2Raj 25:1-3), terbebas selama waktu yang singkat karena desas-desus tentang kedatangan tentara Mesir di bawah FiraunHofra (Yer 34:3; 37:5-8), kota Yerusalem dihancurkan, Bait Suci dirampok dan dibakar, Zedekia ditawan, dan sejumlah orang dibuang ke Babel ( 2Raj 25:1-21). Yeremia memilih untuk tetap tinggal di tanah Yehuda bersama orang-orang yang masih bertahan hidup dan sengsara di bawah pemerintahan Gedalya di Mizpa. Setelah Gedalya terbunuh secara curang, orang- orang tersebut, karena takut akan pembalasan, pindah ke Mesir, dengan mengabaikan nasihat Yeremia (Yer 40; 41; 42; 43; 44).

Alkitab menceritakan sedikit sekali tentang pembuangan, dan Yehezkiel khususnya tidak bersedia mengungkapkan lebih banyak tentang itu. Beberapa orang pasti menjadi buruh atau budak, sementara yang lainnya menjadi makmur, sebagaimana ditunjukkan dalam batu-batu tulis berisi perjanjian dari Nippur (lih. pada Yeh 1:1). Pemimpin-pemimpin seperti Zerubabel, Ezra, dan Nehemia muncul dari

gold (orang-orang buangan). Banyak orang buangan yang rupanya tinggal di rumah-rumah mereka

sendiri (Yer 29:1-7), di berbagai pemukiman (Ezr 2:59; Neh 7:61), dan memiliki suatu organisasi para tua-tua (Yeh 3:15,24; 8:1; 14:1; 20:1; 33:31). Beberapa orang kehilangan iman; tetapi bagi mereka yang tetap setia, Yehezkiel menjadi menara kekuatan. Tidaklah mengherankan bahwa, meski telah disingkirkan dari negeri mereka, dari Bait Allah, dan dari berbagai kurban persembahan, mereka tetap mengutamakan puasa, hari Sabat, serta sunat, dan bahwa doa, pembacaan Kitab Suci, serta pengidungan mazmur, yakni cikal bakal sinagoge, terus ditekankan.

PRIBADI. Yehezkiel (Allah meneguhkan), anak Busi, berasal dari keluarga imam, mungkin dari bani Zadok (Yeh 1:3; 40:46; 44:15). Dia menunjukkan hubungannya yang sangat dekat dengan

Yerusalem, di mana dia menghabiskan tahun-tahun pertamanya, dan dengan Bait Sucinya. Pada tahun 597 SM dia dibuang ke Babel oleh Nebukadnezar, bersama dengan Raja Yoyakhin dan orang-orang penting dari Yerusalem. Rumahnya di Tel-Abib, koloni terpenting dari orang-orang buangan, di Sungai Kebar atau "Kanal Besar" (Yeh 1:1; 3:15), dekat kota Nipur, sebelah tenggara Babel. Dia memiliki istri yang tercinta tetapi tidak memiliki anak (Yeh 24:16-18). Sebagai orang yang

tampaknya dihormati, kediamannya menjadi tempat pertemuan para tua-tua dari orang-orang buangan (Yeh 3:24; 8:1; 14:1; 20:1).

Sebagai tanggapan terhadap suatu penampakan Allah yang indah (Yeh 1:4-28), dia ditugaskan menjadi juru bicara Allah dan penjaga atas orang-orang buangan (ps. 2; 3). Pelayanannya berlangsung sejak tahun kelima dari pembuangan Yoyakhin, 592 SM, sampai tahun ke-27, 570 SM (Yeh 1:2; 29:17). Sebelum kejatuhan Yerusalem pada tahun 586 SM, dia terutama merupakan seorang pengkhotbah mengenai pertobatan dan penghakiman (ps. 1-24). Bagi suatu masyarakat yang pemberontak, yang cenderung menyembah berhala, dan yang dengan mudah dipengaruhi oleh lingkungan kafir, Yehezkiel terus-menerus memberikan peringatan (Yeh 2:3 dst.; Yeh 3:4-11; 13; 14:1 dst.; Yeh 18:2,25; 20:1 dst.). Dia mengingatkan para buangan bahwa orang-orang yang masih hidup di Yerusalem punya keyakinan yang salah yaitu tentang tidak akan diganggu gugatnya Bait Suci dan tanah Israel (Yeh 11:1-15), serta menganggap masih sangat jauhnya hari pembalasan (Yeh 12:21-28*). Bagi para pendengarnya yang berputus asa, setelah kejatuhan Yerusalem (Yeh 24:21 dst.;

Yeh 33:10,17; 37:11*), dia menjadi seorang penghibur, pembawa berita keselamatan, seorang yang memaparkan pentingnya agama dalam batin, seorang nabi bagi orang-orang Israel yang dikumpulkan kembali, dan seorang yang mendapat penglihatan mengenai pemulihan yang dilakukan Allah terhadap Bait Suci, ibadah, dan tanah bagi bangsa Israel yang sudah ditebus dan disucikan (Yeh 33:11; 34; 36:25-31; 37; 40-48). Dia menggambarkan hukuman yang jatuh atas bangsa-bangsa musuh yang dipimpin oleh Gog dan Magog (ps. 38; 39), tetapi memberi petunjuk tentang pertobatan bangsa- bangsa lain, misalnya, Sodom dan Samaria (Yeh 16:53 dst.), dan melihat sebelumnya tentang banyak bangsa yang datang bernaung, seperti burung-burung, di bawah pohon aras yang besar, Sang Mesias (Yeh 17:22-24).

Yehezkiel menyampaikan pesannya dengan metode-metode yang begitu mengesankan, seperti perumpamaan (ps. 15; 16; Yeh 17:1-21; 19; 21:1-17; 23; 24:1-14), tindakan-tindakan simbolis

(Yeh 4:1-5:4; 12:1-7,17-20; 21:18-23; 24:3-5,15-24; 37:15-17), dan penglihatan-penglihatan (Yeh 1:4-28; 2:9-3:3; 3:22,23; 8-11; ). Sebagaimana bagi Zakharia, begitu juga bagi Yehezkiel, seorang malaikat yang memberikan penafsiran pun penting dalam penglihatan-penglihatannya (sering kali dalam 40-48; mis., Yeh 40:3,4; 43:6,7; 47:1 dst.). Gambaran apokaliptik muncul berulang kali (Yeh 7:5-12; 20:33-44; 28:25,26; 34:25-31; 36:8-15,33-36; 38; 39; 47:1-12). Penguasaan Yehezkiel akan banyak bentuk prosa dan puisi menunjukkan persiapan dan pemikiran yang seksama.

Selama generasi terakhir, para ahli mengajukan teori-teori yang sangat berbeda mengenai Yehezkiel: bahwa orang seperti dia tidak ada tetapi kitab itu adalah suatu pseudepigrafa (karya sastra Yahudi yang tidak termasuk dalam kanon Alkitab maupun dalam apokrif) dari 230 SM (C.C. Torrey); bahwa dia hidup pada masa Manasye, berasal dari Israel Utara, dan menulis kepada diaspora Asyur (James Smith); bahwa semua pelayanannya bertempat di Palestina tetapi setelah tahun 586 SM di Babel (Bertholet, Auvray, Van den Born, Oesterley dan Robinson); bahwa dia memiliki beberapa tempat kediaman (I.G. Matthews, Fisher, Freedman); dan bahwa dia seorang dari Israel Utara pada tahun 400 SM (Messel). Ketidakmampuan para ahli untuk menghasilkan sebuah teori yang lebih baik daripada pandangan tradisional, ditambah dengan bukti yang kuat untuk itu, menunJukkan bahwa tidak ada perubahan yang diperlukan berkaitan dengan tempat kediaman Yehezkiel (bdg., Carl G. Howie, "The Residence of Ezekiel," dalam The Date and Composition of Ezekiel, hlm. 5-26).

Berbagai usaha telah diupayakan untuk membuktikan bahwa Yehezkiel adalah seorang psikopat. E.C. Broome, yang menulis dalam "Ezekiel Abnormal Personality" (JBL, 65 1946, hlm. 272-292), . mendiagnosanya sebagai terganggu oleh katatonik atau schizofrenia paranoid! Howie secara seksama telah membandingkan apa yang disebutnya bukti untuk penyakit schizofrenia Yehezkiel dengan kesamaan-kesamaan antara Yehezkiel dan penganut aliran mistik lainnya ("Psychological Aspects of

Ezekiel and His Prophecy," op. cit., hlm. 69-84). Dia menunjukkan betapa tidak masuk akalnya bagi

seorang siswa psikiatri non-profesional untuk. menyatakan diri berhasil melakukan psikoanalisis terhadap seorang yang telah meninggal selama 2500 tahun!

Howie berkata: "Yehezkiel… pada dasarnya adalah seorang penganut aliran mistik dengan suatu imajinasi yang sensitif dan artistik yang menghasilkan beberapa penglihatannya yang terkenal dan kata-kata kiasan simbolis dalam sastra Alkitab… Dia berperilaku sangat berbeda dengan ‘norma’ tetapi dia tidak benar-benar menderita psikopat. Tidak ada nabi yang normal, kalau tidak dia tentu tidak akan menjadi seorang nabi. Keanehan atau ketidaknormalan Yehezkiel tampaknya merupakan rahasia dari kebesarannya" (ibid., hlm. 84).

Nabi Yehezkiel disebut sebagai "orang pertama yang mengekspresikan dogma secara kuat dalam Perjanjian Lama," "Calvin Perjanjian Lama," "orang yang paling berpengaruh dalam seluruh perjalanan sejarah Ibrani," "bapak Yudaisme," "nabi dengan tanggung jawab pribadi," dan lain-lain. Orang yang secara serius menyelidiki Kitab Yehezkiel bisa dengan mudah melihat bagaimana pujian- pujian semacam itu bisa digunakan untuk imam, nabi, dan gembala ini.

Dalam dokumen PENDAHULUAN DAN GARIS GARIS BESAR ALKI (Halaman 88-91)

Dokumen terkait