• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KITAB.

Dalam dokumen PENDAHULUAN DAN GARIS GARIS BESAR ALKI (Halaman 96-99)

Pengamatan sepintas mungkin membagi kitab itu menjadi dua bagian utama, yang masing-masing memiliki enam sub-bagian dari setiap pasal yaitu: pasal Dan 1; 2; 3; 4; 5; 6, Sejarah Daniel; pasal

Dan 7; 8; 9; 10; 11; 12, Nubuat Daniel. Namun, sebagaimana biasanya garis besar yang rapi semacam itu, pembagian dua bagian ini lebih dibuat-buat daripada semestinya. Pasal Dan 10; 11; 12

sendiri sebenarnya merupakan suatu kesatuan penting.

Dasar pembagian yang benar harus dicari dalam fakta bahwa Bagian Dan 1:1-2:4a memakai bahasa Ibrani, Bagian Dan 2:4b-Dan 7:28 memakai bahasa Aram (Siria, Kasdim), dan Bagian Dan 8:1- 12:13 memakai bahasa Ibrani. Penggunaan dua bahasa secara aneh ini, meskipun bersifat misterius, merupakan maksud Allah dan mengandung makna tertentu. Dengan mengikuti C. A. Auberlen (The

Prophecies of Daniel and the Revelation of St. John, 1857) dan S. P. Tregelles (Remarks on the Prophetic Visions in the Book of Daniel, 1864) dalam memandang perubahan bahasa sebagai kunci

untuk mengetahui struktur pemikiran-sepanjang ada suatu struktur-kami melihat bahwa Kitab Daniel membawa pesan penghakiman dan penaklukan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang wakil utamanya pada zaman sang nabi adalah Nebukadnezar, Belsyazar, Darius, dan Koresy. Bahasa yang

tepat dalam bagian yang condong kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi ini (Dan 2:4b-Dan 7:28) adalah Aram, bahasa diplomatik dan perdagangan pada zaman itu. Kitab itu berisi juga suatu pesan lain, yaitu pesan tentang pengharapan dan pembebasan bagi umat Allah yang tertindas tetapi berharga dan kudus, yakni bangsa Ibrani. Untuk bagian yang condong kepada orang Ibrani bahasa yang tepat adalah bahasa Ibrani. Ini bukan untuk mengatakan bahwa orang-orang Ibrani tidak muncul dalam pasal Dan 2; 3; 4; 5; 6; 7 atau bangsa-bangsa bukan Yahudi tidak ada dalam pasal Dan 8; 9; 10; 11; 12. Itu hanya berarti bahwa sudut pandang dasarnya berubah.

Seluruh Kitab Daniel adalah kitab nubuat. Dari sudut pandang Alkitab, ini hanya berarti bahwa penulisnya adalah seorang nabi (Mat 24:15; bdg Ibr 1:1,2). Karena itu, pada waktu nubuat Alkitab mencakup ramalan, Kitab Daniel lebih dari sekadar ramalan. Kitab itu mungkin berhubungan dengan peristiwa-peristiwa pada masa lampau, sekarang atau masa depan. Kitab itu selalu disajikan dari sudut pandang moral dan spiritual yang diberikan secara ilahi. Jadi, bagian-bagian historis dan nasihat bersifat nubuat sekaligus ramalan.

Atas dasar ini analisis berikut muncul.

LATAR BELAKANG HISTORIS.

Kitab Yehezkiel dan Kitab Daniel ditulis dalam masa Pembuangan, nama yang biasanya diberikan untuk zaman selama orang-orang Yahudi dari kerajaan Yehuda dipindahkan dari negara mereka setelah penghancuran Bait Suci, ibu kota, dan kerajaan mereka oleh Nebukadnezar. Penghancuran ini datang dalam tiga tahap: Pertama, pada tahun 605 SM, Nebukadnezar menaklukkan Yoyakim dan membawa para tawanan, di antaranya Daniel dan tiga rekannya (Dan 1:1-6; lih. di bawah pada

Dan 1:1). Belakangan, pada tahun 597 SM, dalam perjalanan lain ke Palestina, setelah tindakan pemberontakan dari raja Yehuda, Yoyakim dan Yoyakhin perlu dihukum, Nebukadnezar sekali lagi membuat Yerusalem takluk. Kali ini dia membawa 10.000 tawanan, di antaranya Raja Yoyakhin dan nabi muda Yehezkiel (Yeh 1:1-3; bdg. 2Taw 36:10; 2Raj 24:8-20). Akhirnya, pada tahun 587 SM, setelah pengepungan Yang lama, Nebukadnezar menghancurkan kota itu beserta Bait Allah dan mencerai-beraikan seluruh masyarakat Yahudi (2Raj 25:1-7; Yer 34:1-7; 39:1-7; 52:2-11). Pemulihan negeri itu dimulai pada tahun 538 SM, ketika sang pemenang Koresy, raja dari kerajaan Media-Persia yang baru dan penakluk Babel, sesuai dengan kebijakan umum tentang pemulihan memulangkan orang-orang tawanan ke negeri mereka, mengeluarkan keputusan bahwa orang-orang Yahudi boleh pulang (2Taw 36:22,23; Ezr 1:1-4). Sekalipun beberapa orang Yahudi tetap tinggal dalam pembuangan bertahun-tahun setelah izin pulang mereka diberikan (tentu, sebagian besar tidak pernah kembali sebagai penduduk), pembuangan itu sendiri, selama mana orang-orang buangan dilarang bermukim di Yerusalem, berlangsung hanya kira-kira 48 tahun. Namun, Bait Allah tetap tidak dibangun kembali sampai kira-kira tahun 515 SM (lih. Ezr 6:15), kira-kira 70 tahun setelah kehancurannya pada tahun 587 SM. Akan tetapi nubuat Yeremia tentang "tujuh puluh tahun," berhubungan dengan masa perbudakan di Babel (Yer 25:11) dan bukan hanya mencakup Yehuda, tetapi juga negara-negara di sekitarnya. Inilah masa dari tahun 605 sampai 538 SM, dibulatkan, "tujuh puluh tahun" (bdg Dan 9:1,2, yang tanggalnya adalah 539/538 SM).

Banyak perubahan budaya dan agama menimpa orang-orang Yahudi melalui pembuangan mereka. Di antaranya adalah munculnya ibadah sinagoge sebagai pengganti ibadah di Bait Suci, dan setidaknya suatu permulaan menuju penggunaan bahasa kedua, yaitu Aram (juga disebut Siria atau Kasdim). Sejumlah bukti membawa pada kesimpulan bahwa bahasa Abram sebenarnya adalah Aram. Pernyataan-pernyataan Alkitab (Ul 26:5; Kej 31:4) menunjukkan bahwa keluarga yang darinya Abram, Ishak, dan Yakub berasal, menggunakan bahasa Aram. Bukti-bukti arkeologi (mis., Batu-batu Moab, Dokumen-dokumen Ras Syamra) menunjukkan bahwa bangsa Kanaan menggunakan suatu bahasa yang hampir sama dengan bahasa Ibrani. Jadi orang-orang Yahudi, pada zaman sebelumnya, bahkan sebelum tinggal di Kanaan, telah mengambil "bahasa Kanaan," yang, dengan sedikit

perubahan, menjadi bahasa Ibrani. Di Babel, mereka menemukan bahasa Aram sebagai bahasa perdagangan. Itu juga menjadi bahasa diplomasi selama beberapa masa (bdg. Yes 36:11,12). Jadi, agaknya orang-orang Yahudi mengambil bahasa Aram, yang benar-benar sangat serupa dengan bahasa Ibrani (meski tidak seluruhnya sama; lih. 2Raj 18:26) dan selama beberapa waktu mereka memakai dwibahasa. Situasi ini tampaknya yang melatarbelakangi fakta bahwa enam pasal Kitab Daniel adalah dalam bahasa Ibrani.

Bentuk Literatur. Kitab Daniel adalah kitab Apokalips pertama yang luar biasa. Sekalipun apocalypse

hanyalah sebuah kata Yunani yang berarti "penyingkapan" atau "wahyu" dan karenanya cukup tepat menjadi nama untuk seluruh Alkitab, khususnya bagian-bagian yang berkaitan dengan masa depan, biasanya para ahli teologi dan penafsir sekarang memakainya secara khusus untuk jenis literatur tertentu di mana Daniel adalah satu-satunya contoh Perjanjian Lama dan Wahyu satu-satunya contoh Perjanjian Baru. Ada bagian-bagian apokalips dalam kitab-kitab lainnya (mis. Za 1:7-6:8), tetapi tidak ada kitab Apokalips lainnya di dalam Alkitab. Tidak ada ahli konservatif yang bisa membatasi suatu definisi Apokalips yang bisa diterima oleh sifat naturalistis dari banyak pengetahuan Alkitab saat ini. Karena kaum rasionalis yakin bahwa penulis dan penanggalan yang keliru adalah sifat dasar dari Apokaliptis sebagaimana literatur apokaliptis Yahudi yang bukan termasuk kanon Alkitab dari dua abad sebelum Kristus.

1) Orang-orang yang memandang Daniel dan Wahyu sebagai asli dan benar, menganggap literatur Apokaliptis Alkitab sebagai suatu bentuk nubuatan tentang masa depan. Itu dibedakan terutama oleh: Penggunaan penglihatan yang dilaporkan apa adanya (bukannya dicerna dan diringkas seperti kebanyakan nubuatan).

2) Pemakaian simbol-simbol terutama sebagai sarana Pewahyuan, entah ditafsirkan (seperti tentang domba jantan dan kambing jantan dalam Dan 8), atau tanpa ditafsirkan (seperti perempuan yang berselubung matahari dalam Why 12).

3) Ramalan tentang masa depan umat Allah (entah Israel atau Gereja) dalam kaitannya dengan bangsa-bangsa di bumi yang digenapi dengan kedatangan Mesias.

4) Karakteristik gaya prosa dan bukan gaya puitis dari bagian-bagian profetik lainnya dalam Perjanjian Lama.

PENAFSIRAN APOKALIPS

.

Karakter khusus dari Apokalips menuntut upaya terbaik dari penafsir dan kebergantungannya kepada Allah disertai kerendahan hati. Belum ada aturan hermeneutik khusus yang telah berhasil dibuat untuk menangani literatur Apokalips. Ketelitian yang sungguh-sungguh harus digunakan agar aturan-aturan untuk menafsirkan apokalips yang di luar Alkitab tidak dipindahkan begitu saja ke dalam penafsiran Apokalips Alkitab. Akhirnya, hanya tulisan-tulisan yang diilhamkan dari Daniel dan Yohaneslah yang merupakan apokalips yang sejati. Yang lainnya palsu; dan sekalipun bermanfaat dalam memberikan latar belakang Perjanjian Baru atau menarik bagi orang-orang yang senang dengan literatur khayalan, tulisan-tulisan itu tetap merupakan pseudepigrafa, yaitu tulisan-tulisan palsu. Semua tulisan itu tiruan yang disengaja dari Apokalips yang benar, di mana Kitab Daniel merupakan contoh Alkitab yang menonjol.

Dalam dokumen PENDAHULUAN DAN GARIS GARIS BESAR ALKI (Halaman 96-99)

Dokumen terkait