• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendanaan Non-Recourse Di atas telah dibahas bahwa dilihat dari seg

Dalam dokumen Konscp, Studi Kelayakan, dan Jaringan Kerja (Halaman 193-195)

tanggungan atau jaminan untuk utang yang diperoleh terdapat macam pendanaan yang sifatnya non recourse terhadap neraca pem­ bayaran perusahaan peminjam. Agar tidak mengaburkan bentuk tersebut dengan bentuk pendanaan yang lain b agi proyek atau investasi, maka selanjutnya dalam buku ini disebut pendanaan proyek non recourse atau non-recourse project financing (NRPF). Tujuan utamanya adalah meminimalkan dampak utang tersebut dalam rangka menjaga credit

standing perusahaan peminjam. S. M .

Yassukovich ( 1978) memberikan batasan sebagai berikut:

"Pendanaan non recourse adalah pola pendanaan di mana pihak pemberi pinjaman hanya menyandarkan pada arus kas dan pemasukan saat ini yang akan datang dari unit ekonomi tertentu untuk membayar kembali utang, dan sebagai jaminannya (colla­ teral) adalah aset dari unit ekonomi tersebut."

Bila batasan di atas diberlakukan untuk suatu proyek tertentu maka yang dimaksud dengan unit ekonomi adalah unit yang dihasilkan atau dibangun oleh proyek. Ini dapat berupa instalasi pabrik, gedung pertokoan dan perkantoran, dan lain-lain. NRPF memiliki persyaratan yang cukup berat. Oleh karena­ nya, meskipun menunjukkan kecenderungan meningkat, saat ini belum banyak proyek yang dapat memenuhi kriteria pendanaan dengan pola NRPF secara mumi. Yang sering dijumpai adalah kombinasi dari beberapa pola pendana­ an di mana perusahaan pemilik dan sponsor proyek atau pihak ketiga, misalnya pemerin­ tah, sampai batas-batas tertentu ikut membe­ rikan jaminan perlindungan (security guaran­ tees).

A. Sifat Proyek yang Sesuai NRPF Lebih jauh, S. M. Yassukovich memberikan identifikasi proyek yang sesuai untuk pola NRPF sebagai berikut:

• Pola NRPF umumnya dapat diterapkan

pada proyek-proyek pembangunan industri pengolahan dan transportasi sumber alam seperti hidrokarbon, mineral, dan lain-lain.

• Pemilik dan sponsor proyek terdiri dari

beberapa kelompok pemegang saham (perusahaan dan/atau pemerintah).

• Memerlukan sejumlah besar modal. • Adanya kontrak pembelian yang pasti

dengan pihak pembeli produk hasil proyek.

• Aliran kas neto unit ekonomi yang

dibangun oleh proyek diharapkan mampu mengembalikan pinjaman NRPF.

Dua butir terakhir adalah syarat-syarat yang dapat memuaskan pihak pemberi pinjaman. B. Perlindungan Terhadap Risiko

Mengingat bahwa pembayaran kembali pendanaan NRPF berasal dari unit ekonomi basil proyek itu sendiri, maka mudah dimeng­ erti bila pihak pemberi pinjaman sebelumnya akan mengambil langkah-langkah dan pengkajian yang menyeluruh seperti proyeksi arus kas yang konservatif untuk memastikan bahwa unit ekonomi itu nantinya memang dapat diharapkan mampu menjalankan kewajibannya membayar kembali utang serta bunganya. Dalam hal ini termasuk pengkajian terhadap besarnya risiko pada berbagai aspek, mengidentifikasi dan mencari pemecahannya yang dapat diterima oleh kedua belah pihak pemberi dan penerima pinjaman. Beberapa jenis risiko di mana kreditor ingin mendapat­ kan perlindungan antara lain meliputi:

184

• Penyediaan bahan rnentah yang cukup. • Pernasaran yang terjarnin (secured market). • Desain-engineering yang handal dan

tangguh bukan prototipe.

• Manajernen operasi dan produksi unit

ekonorni hasil proyek.

• Transportasi bahan rnentah dan produk.

Bagi proyek-proyek yang rnernerlukan sejurnlah besar dana berjangka panjang dan rnenggunakan pola NRPF, rnaka pihak-pihak yang terkait urnurnnya terdiri dari per­ usahaan-perusahaan pernilik, sponsor, penyedia bahan rnentah, pernbeli prod�ksi, pengangkut, dan pernberi pinjaman (kred1tor). Mereka ini rnengadakan ikatan atau kontrak untuk rnengarnankan rnasalah risiko yang dihadapi. Kontrak ini rneliputi hal-hal yang telah disebutkan di atas dengan penjelasan lebih jauh sebagai berikut:

1.

Kontrak Penyediaan Bahan Mentah

Kontrak ini dibuat antara produsen bahan rnentah dengan perusahaan atau gabungan kerja sarna perusahaan-perusahaan (joint ven­

ture) pernilik proyek, yang selanjutnya

disingkat pernilik proyek. Di dalarn kontrak penyediaan bahan rnentah disebutkan bahwa bahan rnentah akan cukup tersedia baik kuantitas rnaupun kualitasnya dalam jangka waktu yang ditentukan, derni kesinarnbungan produksi ' instalasi hasil proyek sarnpai mernenuhi sasaran proyeksi arus kas. Sering­ kali kontrak ini dilengkapi dengan keterangan atau sertifikat pihak ketiga (konsultan) yang rnenegaskan tentang penyediaan (supply/re­

serve) bahan rnentah yang diperlukan. Misal­

nya, apabila bahan rnentah tersebut berupa minyak rnentah rnaka berapa besar Quta barel) cadangan yang tersedia atau berapa triliun kaki kubik gas alarn. Kontrak seperti ini dirnaksudkan untuk rnencegah pabrik dari keadaan tidak berproduksi karena kekurangan bahan rnentah, yang berakibat pernbayaran kernbali pinjarnan tersendat-sendat.

2.

Kontrak Penjualan

Kontrak penjualan (sale agreement) meru­ pakan ikatan jangka panjang agar produk terj arnin pernasarannya (captive market). Kontrak ini dibuat antara pernilik proyek

Bagian II: Kelayakan Proyek dan Keputusan Investasi dengan organisasi pihak pernbeli produk hasil unit ekonorni yang selesai dibangun proyek. Dengan dernikian, diharapkan adanya perna­ sukan arus kas yang rnantap untuk rnernbayar utang di sarnping rnenghasilkan laba.

Kontrak seperti ini seringkali dilengkapi dengan pasal-pasal yang cukup kuat untuk rnengikat kedua belah pihak. Misalnya, yang terkenal dengan take or pay clause. Di sini tercanturn bahwa pihak pernbeli harus rnernbayar sesuai perjanjian rneskipun ketika itu produk tidak diarnbil. Karena disadari kontrak akan rnencakup kurun waktu yang relatif lama di rnana harga-harga di pasaran dapat rnengalarni perubahan, rnaka dalarn penentuan harga satuan diberlakukan eskalasi dan dikaitkan dengan naik-turunnya sejurnlah kornoditi. Posisi penjual akan rnenguntungkan pada waktu negosiasi pasal-pasal kontrak dengan pihak pernbeli, bilarnana perrnintaan akan produk yang bersangkutan di pasaran pada waktu berlakunya kontrak diperkirakan cukup kuat (seller's market). Dernikian pula hila hal yang sebaliknya sedang terjadi. Oleh karena itu, pernilihan waktu (timing) bagi proyek dengan pendanaan pola NRPF merupakan faktor yang kritis.

3.

Persetujuan Pinjaman

Persetujuan pinjaman (loan agreement) dibuat antara pernilik proyek dengan pernberi pinjarnan, bank atau institusi keuangan. Di sini pernberi pinjarnan setuju rnernberikan se­ jurnlah dana kepada pernilik untuk pendanaan proyek dengan syarat-syarat yang rneliputi jadwal dan jumlah pengernbalian, bunga, jarninan terhadap berbagai risiko, dan lain-lain.

4.

Kontrak EPK

Kontrak Engineering, Pernbelian, dan Konstruksi (EPK) rnengikat pernilik dan kontraktor (utarna) untuk rnernbiayai dan rnernbangun instalasi unit ekonorni, sarnpai berproduksi. Mengingat pinjaman akan dikembalikan dari pernasukan hasil penjualan produksi dari instalasi yang dibangun proyek, rnaka pernberi pinjarnan ingin rnelihat tercanturnnya pasal-pasal dalarn EPK yang berhubungan dengan jadwal penyelesaian pernbangunan instalasi dan jarninan yang ada untuk mencapai sasaran tersebut. Lebih jauh lagi, rnereka juga mengkaji proses produksi

Pendanaan Proyek

yang hendak digunakan dan kemampuan kontraktor utama yang bertanggung jawab atas pelaksanaan EPK.

5.

Operasi Pemeliharaan

Perjanjian ini dibuat antara pemilik proyek dengan organisasi yang akan menangani operasi pengolahan dan pemeliharaan instalasi yang sudah selesai dibangun. Dalam masalah ini calon pemberi pinjaman ingin melihat bahwa:

• Organisasi yang akan melaksanakan ope­

rasi pengolahan dan pemeliharaan memi­ liki tim manajemen yang dianggap mampu mengelola instalasi dan memenuhi sasaran produksi.

• Organisasi tersebut memiliki operator dan

mekanik yang telah berpengalaman di instalasi sejenis dengan prestasi yang memuaskan.

J adi, dalam masalah ini calon pemberi pinjaman ingin mengetahui adanya the right

man on the right place dalam upaya agar

nantinya produksi berlangsung lancar dalam kurun waktu berlakunya loan agreement.

6.

Transportasi

Transportasi merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan antara produsen dan konsumen. Tidak jarang jarak antara instalasi produksi dengan terminal pembeli mencapai ribuan kilometer. Untuk menghindari masalah transportasi produk dari instalasi produksi sampai ke terminal pembeli, sering dilakukan perjanjian berupa kontrak transportasi antara pemilik dan perusahaan pengangkut. Kontrak macam ini mencakup hal-hal yang berhu­ bungan dengan biaya transportasi, kemung­ kinan keterlambatan, kerusakan, asuransi, dan

185

lain-lain masalah yang berhubungan dengan kelancaran dan risiko pengangkutan.

C. Struktur Pendanaan N RPF

Dari gambaran di atas terlihat bahwa sebelum berusaha memperoleh pendanaan investasi pola NRPF, maka suatu kajian yang menyeluruh dan lengkap harus dilakukan untuk menunjukkan kelayakan dan ke­ sinambungan usaha yang dapat memperbesar kepercayaan calon kreditor akan kemampuan mengembalikan pinjaman. Di samping itu, karena pinjaman untuk pendanaan pola NRPF akan dibayar dari pemasukan usaha unit ekonomi hasil proyek itu sendiri, maka perlu diambil langkah-langkah yang bertujuan menjaga kelangsungan usaha dan memper­ kecil risiko, antara lain dengan mengikat berbagai pihak yang terkait dalam suatu kontrak seperti sales agreement, loan agreement,

transportation agreement, dan sebagainya.

Dalam pada itu, sesuai dengan tujuan utama pola NRPF, yaitu tidak mengganggu

credit worthness perusahaan, maka faktor yang

penting untuk diperhatikan adalah struktur paket pendanaan harus disusun sedemikian rupa sehingga sejauh mungkin menghindari klasifikasi sebagai utang langsung (direct

liability) di dalam neraca keuangan perusahaan

pemilik. Jadi, dalam hal ini diperlukan keca­ kapan dalam mencari titik temu dan menjabar­ kannya dalam struktur pendanaan antara keinginan lembaga calon kreditor dengan peminjam. Untuk maksud di atas mereka yang bertanggung jawab dalam masalah tersebut harus secara profesional mengerti, menguasai, dan berpengalaman dengan syarat-syarat

(terms) dan konsep yang umumnya dapat

diterima oleh Bank atau LK.

Contoh Pro ek Pola N RPF di I ndonesia

Dalam dokumen Konscp, Studi Kelayakan, dan Jaringan Kerja (Halaman 193-195)