BAB 3 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA
3.2 Realisasi Pendapatan Negara Semester I Tahun 2017
3.2.1 Pendapatan Dalam Negeri Semester I Tahun 2017
Pendapatan dalam negeri sebagai kontributor utama pendapatan negara, terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Realisasi pendapatan dalam negeri dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp718.036,2 miliar atau 41,1 persen dari APBN tahun 2017. Pendapatan dalam negeri tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp571.916,4 miliar (38,2 persen dari APBN tahun 2017 atau meningkat 9,6 persen dari tahun lalu) dan PNBP sebesar Rp146.119,8 miliar (58,4 persen dari APBN tahun 2017 atau meningkat 30,3 persen dari tahun lalu).
3.2.1.1 Penerimaan Perpajakan Semester I Tahun 2017
Realisasi penerimaan perpajakan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp571.916,4 miliar atau 38,2 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Pencapaian tersebut meningkat sebesar 9,6 persen jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya. Tingginya realisasi penerimaan perpajakan tersebut, terutama didominasi oleh pendapatan pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), serta bea keluar. Peningkatan pertumbuhan ekonomi, perbaikan pada harga komoditas dan harga minyak Indonesia (ICP), dan peningkatan ekspor domestik sangat memengaruhi realisasi penerimaan perpajakan pada semester I tahun 2017. Realisasi penerimaan perpajakan
pada tahun 2016 dan realisasi Semester I 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.1.
522,0 571,9 112,1 146,1 0 200 400 600 800 Smt.I Smt.I 2016 2017 GRAFIK 3.3
REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN 2016-2017
Penerimaan Perpajakan PNBP Penerimaan Hibah Triliun Rp
Pendapatan Pajak Dalam Negeri
Dalam semester I tahun 2017, realisasi pendapatan pajak penghasilan mencapai Rp314.342,0 miliar atau 39,9 persen dari target APBN tahun 2017. Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan 9,6 persen jika dibandingkan dengan pencapaian semester I tahun 2016. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan PPh migas sebesar Rp27.581,4 miliar (76,8 persen dari APBN tahun 2017) dan pendapatan PPh nonmigas Rp286.760,6 miliar (38,1 persen dari APBN tahun 2017).
Peningkatan penerimaan perpajakan tak lepas dari dampak positif amnesti pajak. Total penerimaan dari program amnesti pajak periode III yang berlangsung sejak 1 Januari 2017 hingga 31 Maret 2017 mencapai Rp20.983,3 miliar. Realisasi penerimaan amnesti pajak tersebut terdiri dari uang tebusan pengampunan pajak Rp10.993,1 miliar, penghentian pemeriksaan bukti permulaan Rp1.009,0 miliar, dan pembayaran tunggakan pajak Rp8.981,2 miliar.
Peningkatan pertumbuhan pendapatan pajak penghasilan dipengaruhi pula oleh perkembangan kondisi ekonomi antara lain: (1) meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, (2) meningkatnya tingkat kepatuhan WP dalam membayar pajak, (3) meningkatnya nilai penerimaan migas akibat harga ICP yang mulai membaik, (4) mulai membaiknya harga komoditas dunia, dan (5) meningkatnya aktivitas perdagangan internasional.
Realisasi pendapatan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp191.990,2 miliar atau 38,9 persen dari target APBN tahun 2017. Jika dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, pencapaian pendapatan PPN dan PPnBM meningkat 13,5 persen. Peningkatan pendapatan PPN dan PPnBM secara nominal dalam semester pertama tahun 2017 jika
dibandingkan dengan pendapatan dalam periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan
oleh tingginya aktivitas ekonomi domestik terutama konsumsi maupun adanya peningkatan aktivitas perdagangan internasional di sepanjang semester I tahun 2017.
Realisasi pendapatan pajak bumi dan bangunan sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp737,6 miliar atau 4,3 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam semester I tahun 2016, capaian realisasi pendapatan PBB dalam semester I tahun 2017 menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan tersebut berkaitan dengan peningkatan harga batubara acuan sehingga meningkatkan penerimaan PBB dari sektor pertambangan.
Sampai dengan semester I tahun 2017, pendapatan cukai mencapai sebesar Rp44.306,3
Penerimaan Perpajakan 1.539.166,2 522.008,1 33,9 1.498.871,6 571.916,4 38,2
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.503.294,7 504.689,3 33,6 1.464.796,5 554.551,2 37,9
1) Pendapatan Pajak Penghasilan 855.842,7 286.817,4 33,5 787.704,7 314.342,0 39,9 - Pendapatan PPh Migas 36.345,9 16.321,1 44,9 35.934,0 27.581,4 76,8 - Pendapatan PPh Nonmigas 819.496,8 270.496,3 33,0 751.770,7 286.760,6 38,1 2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 474.235,3 169.166,1 35,7 493.888,7 191.990,2 38,9 3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 17.710,6 715,7 4,0 17.295,6 737,6 4,3 4) Pendapatan Cukai 148.091,2 43.997,7 29,7 157.158,0 44.306,3 28,2 5) Pendapatan Pajak Lainnya 7.414,9 3.992,4 53,8 8.749,6 3.174,9 36,3
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 35.871,5 17.318,8 48,3 34.075,1 17.365,2 51,0
1) Pendapatan Bea Masuk 33.371,5 16.031,3 48,0 33.735,0 15.671,3 46,5 2) Pendapatan Bea Keluar 2.500,0 1.287,5 51,5 340,1 1.693,9 498,1 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan
Sumber : Kementerian Keuangan
2017 Uraian Realisasi Semester I % thd APBN TABEL 3.1
PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN TAHUN 2016-2017 *)
(miliar rupiah) APBNP Realisasi Semester I APBN % thd APBN 2016
miliar atau 28,2 persen dari target APBN tahun 2017. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,7 persen jika dibandingkan dari kinerjanya dalam semester I tahun 2016. Capaian
pendapatan cukai semester I tahun 2017 antara lain dipengaruhi oleh adanya kenaikan tarif
cukai tembakau dan turunnya produksi tembakau nasional khususnya pabrik golongan I. Realisasi pendapatan pajak lainnya sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp3.174,90 miliar atau 36,3 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam periode yang sama tahun 2016, pencapaian pendapatan pajak lainnya mengalami penurunan yaitu sebesar 20,5 persen. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas ekonomi yang banyak menggunakan bea materai sepanjang semester I tahun 2017.
Secara umum, Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan pajak dalam negeri dengan melakukan berbagai kebijakan di bidang perpajakan. Kebijakan perpajakan tahun 2017 akan tetap diarahkan dalam rangka, sebagai berikut: (1) optimalisasi pajak
dalam rangka peningkatan tax ratio, (2) meningkatkan daya beli masyarakat, iklim investasi dan daya saing industri nasional, (3) mendorong hilirisasi industri dalam negeri,
(4) mengendalikan konsumsi barang tertentu dan negative externality, (5) meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak, dan (6) mendukung era transparansi informasi di bidang perpajakan.
Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
Dalam semester I tahun 2017, realisasi pendapatan bea masuk mencapai sebesar Rp15.671,3 miliar atau 46,5 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam periode yang sama tahun 2016, pencapaian penerimaan bea masuk mengalami penurunan sebesar 2,3 persen. Penurunan kinerja pendapatan bea masuk disebabkan tidak adanya impor barang konsumsi bertarif spesifik sebagaimana terjadi
pada semester I tahun 2016, peningkatan utilisasi free trade area (FTA), pengaruh nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terapresiasi, penurunan tarif efektif dan banyaknya hari libur serta cuti bersama yang menyebabkan hari kerja sepanjang semester I tahun 2017 lebih sedikit dibandingkan semester I tahun 2016. Namun demikian, kenaikan impor bahan baku mulai meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu menunjukkan kinerja industri domestik pada semester I tahun 2017 dalam proses perbaikan.
Dalam semester I tahun 2017, pendapatan bea keluar mencapai sebesar Rp1.693,9 miliar atau 498,1 persen dari target APBN tahun 2017. Realisasi bea keluar mengalami peningkatan sebesar 31,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih
tingginya pencapaian pendapatan bea keluar tahun 2017 disebabkan oleh tingginya ekspor barang komoditas terutama crude palm oil (CPO) dan mineral. Meningkatnya ekspor CPO terutama disebabkan oleh tingginya harga CPO di pasaran dunia, dimana pada semester I tahun 2017 berada pada harga diatas USD750 per ton. Sementara itu, meningkatnya ekspor mineral ke negara tujuan ekspor utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai dampak dari diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara serta Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
Kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai tahun 2017 antara lain ditekankan pada: (1) penguatan kebijakan tarif, (2) pemastian kelancaran lalu lintas barang, (3) penyempurnaan administrasi dan organisasi pemungutan, dan (4) pemberantasan penyelundupan.
3.2.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak Semester I Tahun 2017
Dalam semester I tahun 2017, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai sebesar Rp146.119,8 miliar atau 58,4 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Pencapaian tersebut lebih tinggi 30,3 persen apabila dibandingkan dengan pencapaiannya pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi PNBP tersebut terutama diakibatkan oleh meningkatnya penerimaan SDA serta meningkatnya setoran laba BUMN pada semester pertama tahun 2017. Realisasi penerimaan negara bukan pajak
pada tahun 2016 dan realisasi semester I tahun 2017 disajikan pada Tabel 3.2.
Realisasi penerimaan SDA migas dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp52.380,7 miliar atau 60,2 persen dari target dalam APBN tahun 2017. Realisasi tersebut mengalami
peningkatan sebesar 91,3 persen bila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang
sama tahun 2016. Lebih tingginya realisasi penerimaan SDA migas terutama dipengaruhi oleh lebih tingginya realisasi harga minyak Indonesia (ICP) pada tahun 2017, dimana pada periode Jan-Juni 2017 sebesar USD48,9 jika dibandingkan dengan ICP pada periode yang sama yaitu Jan-Juni 2016 yang hanya sebesar USD36,2.
Sementara itu realisasi penerimaan SDA nonmigas dalam periode Januari hingga Juni tahun 2017 mencapai sebesar Rp12.669,3 miliar atau 54,4 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Jumlah tersebut terdiri atas realisasi penerimaan pertambangan mineral dan batu bara. Penerimaan SDA nonmigas terdiri dari penerimaan pertambangan mineral dan batu bara sebesar Rp10.487,7 miliar (59,1 persen dari APBN tahun 2017), penerimaan kehutanan Rp1.749,8 miliar (44,4 persen dari APBN tahun 2017), penerimaan perikanan Rp175,7 miliar (18,5 persen dari APBN tahun 2017), dan penerimaan pertambangan panas bumi Rp256,1 miliar (38,8 persen dari APBN tahun 2017). Realisasi penerimaan SDA nonmigas dalam semester I tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 42,0 persen jika dibandingkan realisasi semester I tahun 2016.
Penerimaan SDA pertambangan mineral dan batubara dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp10.487,7 miliar atau meningkat 53,4 persen jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya harga batubara acuan (HBA), dimana rata-rata HBA rata-rata bulan Januari- Juni tahun 2017 mencapai sebesar USD82.4 per ton dibandingkan rata-rata HBA pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD51.8 per ton.
Pendapatan SDA kehutanan dalam semester I tahun 2017 adalah sebesar Rp1.749,8 miliar atau mencapai 44,4 persen dari targetnya. Jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan SDA kehutanan mengalami peningkatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak 245.083,6 112.104,1 45,7 250.039,1 146.119,8 58,4 a. Pendapatan SDA 90.524,4 27.379,1 30,2 86.995,9 52.380,7 60,2 1) Pendapatan Migas 68.688,1 18.458,2 26,9 63.707,4 39.711,3 62,3
- Pendapatan SDA Minyak bumi 51.328,1 18.458,2 36,0 50.086,6 39.711,3 79,3 - Pendapatan SDA Gas Bumi 17.360,0 0,1 0,0 13.620,9 - -
2) Pendapatan Nonmigas 21.836,3 8.920,9 40,9 23.288,4 12.669,3 54,4
- Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batubara 16.539,9 6.836,8 41,3 17.736,1 10.487,7 59,1 - Pendapatan Kehutanan 3.972,7 1.674,8 42,2 3.942,8 1.749,8 44,4 - Pendapatan Perikanan 693,0 172,7 24,9 950,0 175,7 18,5 - Pendapatan Panas Bumi 630,7 236,5 37,5 659,6 256,1 38,8
b. Pendapatan Bagian Laba BUMN 34.164,0 24.843,3 72,7 41.000,0 31.451,4 76,7 c. Pendapatan PNBP Lainnya 84.124,0 41.810,9 49,7 84.428,1 41.904,4 49,6
d. Pendapatan BLU 36.271,2 18.070,8 49,8 37.615,1 20.383,3 54,2
*) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan
APBNP Realisasi APBN Semester I % thd APBN 2016 TABEL 3.2 Realisasi Semester I % thd APBN 2017 Uraian
PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK TAHUN 2016-2017 *) (miliar rupiah)
sebesar 4,5 persen. Tingginya realisasi pendapatan SDA Kehutanan antara lain disebabkan oleh meningkatnya volume produksi kayu bulat yang dihasilkan oleh perusahaan sektor kehutanan.
Pendapatan SDA perikanan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp175,7 miliar atau 18,5 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Realisasi pendapatan SDA perikanan tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,7 persen jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2016. Hal ini terutama diakibatkan antara lain oleh mulai efektifnya dampak kebijakan tata kelola sektor perikanan pada tahun 2017.
Selanjutnya, pendapatan SDA panas bumi mencapai Rp256,1 miliar atau 38,8 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Realisasi pendapatan SDA panas bumi tersebut meningkat 8,3 persen dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan pada 2017 terdapat peningkatan pendapatan dari perusahaan Star Energy
karena telah selesainya perbaikan kerusakan yang dialami pada tahun sebelumnya.
Realisasi pendapatan bagian laba BUMN dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp31.451,4 miliar atau 76,7 persen dari target dalam APBN tahun 2017. Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 26,6 persen apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2016. Peningkatan realisasi setoran dividen ini antara lain disebabkan oleh percepatan pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina.
Sementara itu, realisasi PNBP Lainnya dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp41.904,4 miliar atau 49,6 persen dari target dalam APBN tahun 2017. Realisasi PNBP Lainnya tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,2 persen jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut antara lain
disebabkan oleh dampak dari adanya perbaikan kapasitas dan kualitas layanan pada
Kementerian Negara/Lembaga. Realisasi PNBP Lainnya pada Kementerian Negara/
Lembaga antara lain dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Selanjutnya, realisasi pendapatan BLU dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp20.383,3 miliar atau 54,2 persen dari target dalam APBN tahun 2017. Realisasi tersebut
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun lalu, yang antara lain dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas dan kualitas layanan
BLU serta adanya pergeseran beberapa satker PNBP menjadi satker BLU.