• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Realisasi Pembiayaan Anggaran Semester I Tahun 2017

BAB 6 PERKEMBANGAN DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN

6.3 Perkembangan Realisasi Pembiayaan Anggaran Semester I Tahun 2017

Realisasi pembiayaan anggaran dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp209.360,7miliar

atau 63,4 persen dari target APBN tahun 2017. Hal tersebut menunjukkan penurunan apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2016 yang mencapai Rp276.587,5 miliar atau 93,2 persen dari target APBNP tahun 2016. Penurunan tersebut terutama disebabkan karena turunnya angka penerbitan SBN (neto) yang menjadi sumber pembiayaan anggaran yang dominan. Realisasi pembiayaan anggaran semester I tahun 2017 terdiri atas realisasi pembiayaan utang yang mencapai Rp207.750,9 miliar, realisasi pembiayaan investasi yang mencapai negatif Rp125,0 miliar, realisasi pemberian pinjaman mencapai Rp1.547,9 miliar, dan realisasi pembiayaan lainnya mencapai Rp186,9 miliar. Sedangkan realisasi kewajiban penjaminan masih nihil. Realisasi pembiayaan anggaran secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

6.3.1 Pembiayaan Utang

Pembiayaan utang dalam APBN tahun 2017 ditetapkan sebesar Rp384.690,5 miliar yang bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp399.992,6 miliar, pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp1.486,8 miliar dan pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp16.788,9 miliar. Realisasi pembiayaan utang pada semester I tahun 2017 mencapai Rp207.750,9 miliar atau 54,0 persen dari target APBN tahun 2017. Perkembangan realisasi pembiayaan

utang semester I tahun 2016-2017 disajikan dalam Tabel 6.2.

APBNP Realisasi s.d. Semester I % thd

APBNP APBN Realisasi s.d. Semester I % thdAPBN A Pendapatan Negara 1.786.225,0 634.677,2 35,5 1.750.283,4 718.249,3 41,0 B Belanja Negara 2.082.948,9 865.354,4 41,5 2.080.451,2 893.318,6 42,9 C Surplus/Defisit Anggaran (296.723,9) (230.677,3) 77,7 (330.167,8) (175.069,3) 53,0 % Defisit terhadap PDB (2,35) (1,82) (2,41) (1,28) D Pembiayaan Anggaran 296.723,9 276.587,5 93,2 330.167,8 209.360,7 63,4 I. Pembiayaan Utang 371.562,6 278.080,1 74,8 384.690,5 207.750,9 54,0 II. Pembiayaan Investasi (93.984,8) (3.675,3) 3,9 (47.488,9) (125,0) 0,3 III. Pemberian Pinjaman 461,7 2.029,5 439,6 (6.409,7) 1.547,9 (24,1)

IV. Kewajiban Penjaminan (651,7) - - (924,1) - -

V. Pembiayaan Lainnya 19.336,1 153,3 0,8 300,0 186,9 62,3

-

45.910,3 - - 34.291,4 - Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 6.1

REALISASI APBN SEMESTER I TAHUN 2016-2017 (miliar rupiah)

Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan

Uraian

6.3.1.1 Surat Berharga Negara (Neto)

Realisasi SBN (neto) pada semester I tahun 2017 mencapai Rp231.704,4 miliar atau 57,9 persen dari target APBN tahun 2017. Realisasi ini lebih rendah sebesar Rp70.268,6 miliar atau 23,3 persen jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp301.972,9 miliar. Hal ini terutama dikarenakan adanya kebijakan Pemerintah untuk mengendalikan biaya utang melalui pengurangan penerbitan SBN di pasar

domestik pada semester I tahun 2017 sehingga jumlah idle cash dapat dikurangi. Kebijakan

ini dilakukan dengan menyesuaikan pengadaan utang tahun 2017 dengan kebutuhan pembiayaan dan belanja negara, serta mempertimbangkan jumlah kas negara pada saat

penerbitan (cash management). Selain itu, Pemerintah juga melakukan penyesuaian

timing terhadap sebagian penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi valuta

asing dari semula direncanakan pada semester I menjadi pada semester II tahun 2017. Secara umum, penerbitan SBN di pasar domestik sampai dengan semester I tahun 2017

dilakukan secara prudent untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran tahun 2017

dengan tetap menjaga indikator risiko dan biaya utang. Keberhasilan penerbitan SBN didukung oleh kondisi likuiditas pasar yang relatif cukup tinggi, antara lain dapat dilihat dari tingginya rasio penawaran SBN yang disampaikan oleh investor terhadap penawaran

yang dimenangkan dalam lelang (bid to cover ratio), dengan rata-rata mencapai 2,3 kali.

Realisasi tersebut juga didukung oleh penerbitan SBN di pasar internasional. Persepsi investor internasional cukup positif atas fundamental perekonomian dan didukung pula oleh tren penurunan suku bunga dan kondisi likuiditas. Selain penerbitan SBN, Pemerintah juga melakukan pembayaran pokok SBN jatuh tempo pada semester I tahun 2017 sebesar negatif Rp152.601,5 miliar secara tepat waktu.

6.3.1.2 Pinjaman (Neto)

Pinjaman Dalam Negeri (Neto) pada semester I tahun 2017 realisasinya mencapai

negatif Rp259,6 miliar dari targetnya dalam APBN tahun 2017 sebesar Rp1.486,8 miliar. Hal ini disebabkan karena realisasi penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) yang lebih rendah daripada realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri.

Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, realisasi pinjaman dalam negeri (bruto) semester I tahun 2017 lebih rendah sebesar Rp89,9 miliar. Lebih rendahnya realisasi penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) ini disebabkan karena kendala pengadaan barang yang memerlukan waktu lebih lama, sehingga penarikan pinjaman dalam negeri akan terkonsentrasi pada kuartal III dan IV tahun 2017.

APBNP Realisasi s.d. Semester I % thd

APBNP APBN

Realisasi s.d.

Semester I % thdAPBN

I.SBN (Neto) 364.866,9 301.972,9 82,8 399.992,6 231.704,4 57,9 II.Pinjaman (Neto) 6.695,7 (23.892,9) (356,8) (15.302,1) (23.953,5) 156,5 1. Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 3.389,0 88,1 2,6 1.486,8 (259,6) (17,5)

a. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (bruto) 3.710,0 158,7 4,3 2.500,0 68,8 2,8 b. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri (321,0) (70,6) 22,0 (1.013,2) (328,4) 32,4

2. Pinjaman Luar Negeri (Neto) 3.306,7 (23.981,0) (725,2) (16.788,9) (23.693,9) 141,1

a. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (bruto) 72.959,1 13.173,9 18,1 48.293,2 8.131,6 16,8 i. Pinjaman Tunai 35.775,0 6.738,0 18,8 13.300,0 5.342,4 40,2 ii. Pinjaman Kegiatan 37.184,1 6.435,9 17,3 34.993,2 2.789,2 8,0

- Pinjaman Kegiatan Pemerintah Pusat 31.350,5 6.119,4 19,5 24.921,7 2.417,3 9,7

- Pinjaman Kegiatan kepada BUMN/Pemda 5.833,7 316,5 5,4 10.071,4 371,8 3,7 b. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri (69.652,4) (37.154,9) 53,3 (65.082,1) (31.825,5) 48,9

371.562,6

278.080,1 74,8 384.690,5 207.750,9 54,0

Sumber: Kementerian Keuangan

JUMLAH

TABEL 6.2

REALISASI PEMBIAYAAN UTANG SEMESTER I TAHUN 2016-2017

(miliar rupiah)

Uraian

Sementara itu, realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri semester I tahun 2017 mencapai Rp328,4 miliar atau 32,4 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Realisasi semester I tahun 2017 tersebut secara persentase lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yaitu sebesar Rp70,6 miliar atau 22,0 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016.

Dalam hal Pinjaman Luar Negeri (Neto), realisasinya pada semester I tahun 2017

sebesar negatif Rp23.693,9 miliar dari target APBN tahun 2017 sebesar negatif Rp16.788,9 miliar. Realisasi tersebut terdiri dari penarikan pinjaman luar negeri (bruto) sebesar Rp8.131,6 miliar dan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar negatif Rp31.825,5 miliar.

Rincian komponen penarikan pinjaman luar negeri (bruto) terdiri dari pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan. Realisasi penarikan pinjaman tunai pada semester I tahun 2017 mencapai Rp5.342,4 miliar atau 40,2 persen dari APBN tahun 2017. Realisasi pinjaman tunai diperkirakan akan lebih banyak terjadi pada kuartal III dan IV tahun 2017. Hal ini sejalan dengan proses penyelesaian matriks kebijakan yang menjadi syarat penarikan dan proses negosiasi masing-masing pemberi pinjaman.

Sementara itu, realisasi penarikan pinjaman kegiatan pada semester I tahun 2017 sebesar Rp2.789,2 miliar atau 8,0 persen dari APBN tahun 2017. Realisasi pinjaman kegiatan semester I tahun 2017 tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2016 yang mencapai Rp6.435,9 miliar atau 17,3 persen dari APBNP 2016. Sebagian besar pinjaman kegiatan tersebut berupa pinjaman kegiatan pemerintah pusat yang dialokasikan kepada K/L dengan sumber pendanaan dari pinjaman luar negeri. Rendahnya realisasi pinjaman kegiatan semester I tahun 2017 dipengaruhi, antara lain oleh kendala dalam pelelangan proyek dan proses penagihan yang memerlukan waktu lebih panjang. Selain itu, umumnya dalam semester I, pelaksanaan kegiatan baru selesai pada tahap proses pengadaan barang dan jasa, sehingga penyerapan dana masih terbatas pada pembayaran uang muka atau kegiatan persiapan proyek. Berdasarkan pengalaman tahun- tahun sebelumnya, realisasi penarikan pinjaman kegiatan terkonsentrasi pada kuartal III dan IV seiring dengan penyelesaian pekerjaan.

Selanjutnya dalam komponen pinjaman kegiatan, terdapat pinjaman yang diteruspinjamkan kepada BUMN/Pemda yang realisasinya pada semester I tahun 2017 sebesar Rp371,8 miliar atau 3,7 persen dari APBN tahun 2017. Realisasi pinjaman kegiatan kepada BUMN/Pemda tersebut lebih tinggi dari realisasinya pada semester I tahun 2016 sebesar Rp316,5 miliar atau 5,4 persen dari target APBNP tahun 2016 yang disebabkan oleh adanya percepatan kegiatan pada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero).

Lainnya

Su m ber : Kem en ter ia n Keu a n g a n GRAFIK 6.1

REALISASI PEMBAY ARAN CICILAN POKOK UT ANG LUAR NEGERI JANUARI - JUNI 2017

- 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 E U R JP Y U S D L a inny a E U R JP Y U S D L a inny a E U R JP Y U S D L a inny a E U R JP Y U S D L a inny a E U R JP Y U S D L a inny a E U R JP Y U S D L a inny a

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Ju ta USD 10,97 % 35,67 % 42,16 % 11,20 %

Di sisi lain, dalam rangka memenuhi kewajiban atas penarikan pinjaman luar negeri, Pemerintah melakukan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri yang sampai dengan semester I tahun 2017, mencapai Rp31.825,5 miliar atau 48,9 persen dari APBN tahun 2017. Pembayaran cicilan pokok ini telah dilakukan sesuai dengan jadwal dan kebutuhan pembayaran pinjaman luar negeri sehingga Pemerintah dapat mengamankan kredibilitas

negara dari ancaman gagal bayar (default). Komposisi pembayaran cicilan pokok pinjaman

luar negeri disajikan dalam Grafik 6.1.

6.3.2 Pembiayaan Investasi

Realisasi pembiayaan investasi terdiri dari investasi kepada BUMN, investasi kepada Lembaga/Badan Lainnya, investasi kepada BLU, dan investasi kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional (LKI)/Badan Usaha Internasional (BUI). Realisasi pembiayaan investasi sampai dengan semester I tahun 2017 telah mencapai Rp125,0 miliar atau 0,3 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2017. Realisasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang telah mencapai 3,9 persen dari alokasinya dalam APBNP tahun 2016. Realisasi pembiayaan investasi pada semester I tahun 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut.

Investasi kepada BUMN, investasi kepada lembaga/badan lainnya, dan investasi kepada organisasi/LKI/BUI masih nihil. Hal tersebut disebabkan antara lain: (1) belum terselesaikannya peraturan pelaksanaan untuk investasi kepada BUMN, investasi kepada badan/lembaga lainnya, dan investasi kepada Organisasi/LKI/BUI; dan (2) menyesuaikan dengan jadwal pembayaran yang ditetapkan untuk investasi kepada Organisasi/LKI/BUI. Sementara itu, investasi kepada BLU pada semester I tahun 2017 telah mencapai Rp125,0 miliar atau 0,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2017. Adapun realisasi tersebut merupakan realisasi anggaran BLU PIP sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembiayaan kepada UMKM pada semester I tahun 2017. Rendahnya realisasi investasi kepada BLU tersebut terutama disebabkan antara lain: (1) terdapat BLU yang baru beroperasi tahun 2017 sehingga masih memerlukan peraturan pelaksanaan yang mendukung, yaitu BLU Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) dan BLU PIP; (2) kebutuhan pendanaan BLU Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB KUMKM) dan BLU Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) hingga akhir semester I tahun 2017 masih dapat menggunakan dana kelolaan yang ada, sehingga pencairan alokasi tahun 2017 diperkirakan baru akan terealisasi pada triwulan III; dan (3) untuk BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), belum selesainya tahapan proses pengadaan tanah proyek infrastruktur untuk proyek strategis nasional (PSN) dan penelitian administrasi dokumen legal dan keuangan. Perkembangan

realisasi pembiayaan investasi semester I tahun 2016-2017 disajikan dalam Tabel 6.3.

APBNP Realisasi s.d.

Semester I APBNP % thd APBN

Realisasi s.d.

Semester I % thdAPBN I.Investasi Kepada BUMN (50.480,8) - - (4.000,0) - - II.Investasi Kepada Lembaga/Badan Lainnya (10.885,7) - - (6.800,0) - - IIIInvestasi Kepada BLU (30.227,9) - - (34.700,0) (125,0) 0,4

1. Dana Bergulir (9.227,9) - - (10.700,0) - -

a. Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM - - - (500,0) - -

b. Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) (9.227,9) - - (9.700,0) - -

c. Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) - - - (500,0) - -

2. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (5.000,0) - - (2.500,0) - -

3. Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) (16.000,0) - - (20.000,0) - -

4. Pusat Investasi Pemerintah - - - (1.500,0) (125,0) 8,3

IV.Investasi kepada Organisasi/LKI/Badan Usaha Internasional (3.792,3) (3.675,3) 96,9 (1.988,9) - - (93.984,8)

(3.675,3) 3,9 (47.488,9) (125,0) 0,3

2016 2017

Uraian

TABEL 6.3

REALISASI PEMBIAYAAN INVESTASI SEMESTER I TAHUN 2016-2017

(miliar rupiah)

6.3.3 Pemberian Pinjaman

Pemberian pinjaman dalam APBN tahun 2017 ditetapkan sebesar negatif Rp6.409,7 miliar. Realisasi pemberian pinjaman pada semester I tahun 2017 mencapai Rp1.547,9 miliar, yang sebagian besar terdiri atas realisasi pinjaman kepada BUMN/Pemda (neto) sebesar Rp1.522,1 miliar. Rincian komponen pinjaman pada BUMN/Pemda (neto) tersebut terdiri dari pinjaman kepada BUMN/Pemda (bruto) dan penerimaan cicilan pengembalian pinjaman kepada BUMN/Pemda.

Realisasi pemberian pinjaman kepada BUMN/Pemda pada semester I tahun 2017 sebesar negatif Rp371,8 miliar atau 3,7 persen dari APBN tahun 2017. Realisasi pemberian pinjaman kepada BUMN/ Pemda tersebut lebih tinggi dari realisasinya pada semester I tahun 2016 sebesar negatif Rp316,5 miliar atau 5,4 persen dari target APBNP tahun 2016. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan adanya percepatan kegiatan PT PLN (Persero).

Realisasi penerimaan cicilan pinjaman dari BUMN/Pemda sampai dengan semester I tahun 2017 telah mencapai Rp1.894,0 miliar atau 51,7 persen dari APBN tahun 2017. Kinerja tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kinerjanya pada tahun sebelumnya sebesar Rp2.346,0 miliar atau 36,9 persen. Realisasi penerimaan cicilan pengembalian pinjaman dari BUMN/Pemda terutama disebabkan beberapa faktor antara lain:

1. Fluktuasi nilai tukar rupiah karena 60,0 persen komposisi pinjaman dalam bentuk berbagai valas (USD, JPY, EUR, dan lain-lain). Sebagai gambaran, kurs tengah BI untuk mata uang dolar Amerika Serikat selama periode Januari – Mei rata-rata sebesar Rp13.336,0/USD atau lebih tinggi dari asumsi yang diproyeksikan sebesar Rp13.300,0/USD. Begitu pula kurs tengah BI untuk mata uang yen Jepang selama periode Januari – Mei rata-rata sebesar Rp118,3/JPY atau lebih tinggi dari asumsi yang diproyeksikan sebesar Rp114,5/JPY; dan

2. Adanya keputusan restrukturisasi pinjaman beberapa BUMN. Beberapa debitur BUMN yang sebelumnya menunggak telah berhasil direstrukturisasi pada tahun 2016, sehingga turut berkontribusi pada penerimaan cicilan pokok pengembalian pinjaman dari BUMN/Pemda.

6.3.4 Kewajiban Penjaminan

Realisasi kewajiban penjaminan pemerintah dalam rangka pemberian jaminan pemerintah hingga akhir semester I tahun 2017 masih tetap nihil, atau tidak berbeda dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pihak yang dijamin oleh

Pemerintah tidak mengalami default atau masih mampu melunasi kewajiban kreditnya.

6.3.5 Pembiayaan Lainnya

Realisasi pembiayaan lainnya seluruhnya bersumber dari Hasil Penerimaan Aset (HPA). Realisasi penerimaan HPA sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp186,9 miliar atau 62,3 persen dari target dalam APBN tahun 2017. Apabila dibandingkan dengan realisasi peneriman HPA pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp153,3 miliar atau 47,2 persen, maka realisasi HPA pada semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi. Hal ini disebabkan adanya penerimaan piutang HPA untuk tahun 2016, yang berasal dari penyerahkelolaan aset eks BPPN kepada PT PPA, baru disetorkan ke kas negara pada bulan Januari 2017. Realisasi penerimaan HPA dalam tahun 2017 terutama berasal dari penjualan aset properti eks BPPN, penjualan aset properti eks PT PPA (Persero), serta pembayaran (angsuran/pelunasan/hasil lelang) aset kredit eks BPPN dan eks PT PPA (Persero) oleh debitur.

6.4 Prognosis Defisit dan Pembiayaan Anggaran Semester