• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman 1 Peta lokasi penelitian

2.6 Sistem Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan

2.6.6 Pendekatan sistem penyuluhan

Proses pengambilan keputusan acap kali dihadapkan pada kompleksitas, dinamisme dan probabilistiknya permasalahan yang melingkupi proses tersebut. Sifat kompleks suatu tujuan ditandai dengan adanya interaksi antara elemen-elemen atau komponen yang cukup rumit. Ciri khas suatu permasalahan yang dinamis adalah adanya faktor-faktor yang berubah menurut waktu disertai pendugaan ke masa depan. Karakteristik probabilistik ditunjukkan oleh keberadaan fungsi-fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi (Eriyatno, 2003).

Menurut Djojonegoro (1993), untuk mendapatkan keputusan yang terbaik dari suatu permasalahan yang kompleks seorang pengambil keputusan harus memikirkan segala isi dari permasalahan yang ada. Untuk dapat secara cermat menguasai kompleksitas itu dan mengembangkan alternatif pemecahannya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan analisis kuantitatif melalui pemahaman secara sistemik. Kerangka pemikiran pemecahan masalah secara sistemik lazim disebut pendekatan sistem.

Ditinjau secara epitomologi, sistem didefenisikan sebagai suatu perangkat atau unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (Diknas, 2003). Berdasarkan pendekatan ilmiah, sistem dapat pula didefinisikan sebagai suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisir untuk mencapai tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan (Eriyatno, 1998). Ke dua defenisi sistem di atas mengisyaratkan adanya beberapa kata kunci dalam ilmu sistem, yaitu (1) terdapat elemen-elemen (2) ada keterkaitan antar elemen (3) ada tujuan yang akan dicapai.

Sebagai suatu pedoman, pendekatan sistem terdiri atas tahapan-tahapan untuk menyelesaikan permasalahan. Menurut Wilson (1990), tahapan-tahapan pendekatan sistem adalah sebagai berikut:

(1)Defenisi masalah, meliputi defenisi kebutuhan, penentuan input, out put dan hubungan antar elemen sistem serta defenisi batasan sistem;

(2)Penentuan tujuan sistem;

(3)Sintesa sistem, meliputi kegiatan penentuan alternatif dan fungsi sistem, perencanaan sub sistem dan penggunaan kreativitas;

(4)Analisa sistem, meliputi penentuan cara dan metode analisis sistem yang digunakan

(5)Seleksi sistem optimum, meliputi pendefenisian kriteria keputusan, evaluasi akibat dan merangking sistem; dan

(6)Penerapan sistem

Merujuk pada tahapan pendekatan sistem, secara ringkas ada dua karakteristik pendekatan sistem dalam pemecahan masalah, yaitu (1) mencari semua faktor penting untuk mendapatkan solusi pemecahan masalah, dan (2) membuat model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 2003).

Beberapa pendekatan penyuluhan (pertanian termasuk perikanan) sebagai gaya kegiatan dari sistem penyuluhan menurut George H.Axinn dalam Laporan Pengkajian Kondisi Penyuluhan Pertanian Dewasa ini oleh Pusat Pengkajian SDM Pertanian-Deptan (2004) adalah sebagai berikut : 1) pendekatan penyuluhan umum : yakni upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan sasaran yang dilaksanakan oleh petugas lapangan yang banyak jumlahnya dan tersebar diseluruh wilayah untuk meningkatkan produksi nasional dari komoditi yang diprioritaskan dalam program nasional sebagai ukuran keberhasilan program. Jadi penyusunan program dikendalikan oleh pemerintah; 2) pendekatan komoditi : yakni cara untuk meningkatkan produktivitas atau produksi komoditi tertentu dengan mencurahkan segala upaya kepada komoditi tersebut melalui perpaduan berbagai fungsi terkait seperti penyuluhan, penelitian, pengadaan input, pemasaran output, perkreditan dan bahkan pengendalian harga; 3) pendekatan latihan dan kunjungan, yakni membujuk sasaran untuk meningkatkan produksi dari usahanya melalui pelatihan berjenjang petugas penyuluh secara berkala dan dengan penerapan disiplin yang tinggi serta mengandalkan kunjungan kepada kelompok sasaran di lapangan; 4) pendekatan partisipatif, yakni dengan melibatkan fungsi penelitian dan penguatan terhadap kelompok sasaran untuk berpartisipasi aktif dalam proses penyuluhan, dengan maksud : (1) meningkatnya kesesuaian pesan dengan kebutuhan sasaran, (2) meningkatnya proses belajar keluarga sasaran melalui kegiatan kelompok; (3) diupayakan rekomendasi yang cocok dari peneliti dengan berpartisipasinya sasaran untuk memberikan umpan

balik; (4) disesuaikannya input, kredit dan pemasaran sesuai kebutuhan sasaran; (5) meningkatnya efisiensi dan efektivitas penyuluhan; (6) pendekatan proyek, yakni memberikan bantuan dan mendemonstrasikan kegiatan usaha yang dapat dikerjakan dalam waktu tertentu dan di wilayah tertentu dengan mengujicoba berbagai macam metode penyuluhan sehingga dapat diketahui metode yang paling sesuai untuk diterapkan selanjutnya; (7) pendekatan usaha terpadu, yakni pendekatan menyeluruh dengan menerapkan konsep keterpaduan berbagai komoditas seperti : tanaman, ternak dan ikan; (8) pendekatan pembiayaan bersama, yakni melibatkan mereka yang menerima manfaat ikut menanggung pembiayaan dalam proses pengembangan usaha; (9) pendekatan kelembagaan pendidikan (staf pengajar) yang memiliki pengetahuan teknis yang relevan dan berguna bagi sasaran dengan cara memanfaatkan hasil-hasil penelitian/pengajaran yang diaplikasikan oleh peserta didik sebagai kegiatan praktek nyata di lokalita tertentu.

Disarankan dalam laporan pengkajian tersebut, bahwa dalam otonomi daerah, maka sistem yang terbaik adalah kombinasi dari beberapa pendekatan yaitu: pendekatan penyuluhan partisipatif, latihan dan kunjungan, pengembangan usaha terpadu, pembiayaan bersama dan pendekatan kelembagaan pendidikan. (Pusat Pengkajian SDM - Deptan, 2004)

Penyelenggaraan penyuluhan perikanan sebagai sebuah sistem, tentu merupakan suatu gugusan atau kumpulan dari berbagai unsur/elemen/komponen yang saling terkait, berhubungan dan saling ketergantungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan (Hardjomidjojo, 2003). Berbagai sistem penyelenggaraan penyuluhan perikanan, khususnya ditingkat kabupaten/kota, muncul sebagai suatu bentuk respons dari adanya keleluasan daerah dalam menyusun sistem dan mekanisme dengan didasari oleh semangat otonomi daerah, yang oleh Slamet (2003) menyatakan bahwa pada beberapa kasus, otonomi cenderung terlalu kuat sehingga pemerintahan kabupaten/kota menghilangkan nilai-nilai filosofis sistem penyelenggaraan penyuluhan yang pada akhirnya menghilangkan arti pengembangan sumberdaya manusia.

Sistem penyelenggaraan penyuluhan yang merupakan aktivitas pengembangan sumberdaya manusia menjadi kurang terasa dampaknya karena

hasil dari pengembangan kemampuan sumberdaya manusia memang tidak akan terlihat dalam waktu singkat. Berdasarkan hakekat investasi inilah, diperkirakan daerah kurang menyadari dan menempatkan sistem penyelenggaraan penyuluhan (perikanan) sebagai kegiatan non-prioritas (Slamet, 2003)

Sebagai sebuah sistem, maka penyelenggaraan penyuluhan perikanan terdiri dari unsur/elemen/komponen atau biasa disebut sistem, dimana sub-sistem inipun dapat terdiri dari sub-subsub-sistem dan seterusnya, demikian pula masing-masing sub-sistem dapat berupa sistem dari sub-sistem lainnya (Hardjomidjojo, 2003). Beberapa sub-sistem dari sistem penyelenggaraan penyuluhan yang ditata dalam laporan pengkajian kondisi penyuluhan (pertanian) meliputi: (1) kelembagaan terdiri dari sub-sistem: 1) dasar hukum pembentukannya, 2) bentuk kelembagaan, 3) struktur organisasi penyuluhan, dan 4) tugas dan fungsi organisasi penyuluhan; (2) ketenagaan penyuluh terdiri dari sub-sistem: 1) status, 2) jumlah, 3) pendidikan dan keahlian, 4) rasio jumlah penduduk terhadap sasaran, 5) umur; (3) pendanaan, terdiri dari sub-sistem: 1) sumber, 2) volume dan alokasi, (4) penyelenggaraan, terdiri dari sub-sistem: 1) sistem kerja penyuluhan, 2) programa, 3) metoda, 4) sasaran, 5) alokasi waktu penjadwalan, 6) mekanisme penetapan materi, 7) penilaian kinerja, 8) rencana kerja dan 9) monitoring dan evaluasi; (5) pelaksanaan, terdiri dari sub-sistem: 1) jenis kegiatan dan 2) penerapan tugas pokok penyuluh; (6) tingkat kepuasan sasaran terhadap pelayanan penyuluh terdiri dari sub-sistem : 1) penyusunan rancang bangun, 2) penyusunan rencana penyuluhan, 3) proses belajar, 4) pelayanan kebutuhan informasi, 5) pengupayaan kemudahan sumberdaya, 6) motivasi tumbuhnya jaringan, 7) pengembangan teknologi secara partisipatif.

Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006, beberapa faktor penting yang menjadi anatomi/struktur sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan terdiri dari: (1) kelembagaan, (2) ketenagaan, (3) penyelengaraan, (4) sarana dan prasarana, (5) pembiayaan dan (6) pembinaan dan pengawasan.

Dalam konteks otonomi daerah, Soedijanto (2004) menyarankan beberapa faktor penting sebagai subsistem dari sistem penyelenggaraan penyuluhan (perikanan) yang perlu dibenahi yaitu: 1) penataan kelembagaan yang jelas, 2)

ketenagaan yang kompeten, 3) sistem dan mekanisme penyelenggaraan penyuluhan yang sesuai dengan berbagai kondisi , 4) sarana dan pembiayaan yang memadai dan 4) respons sasaran untuk berpartisipasi aktif dalam proses penyuluhan.