• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program televisi

Pada kehidupannya, masyarakat mempunyai kebutuhan untuk memperoleh informasi terkini yang terjadi di luar lingkungan hidupnya. Televisi merupakan salah satu media massa populer bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini serta hiburan. Dalam UU No. 32 Tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Menurut Ardianto dkk. (2007) ada tiga karakteristik televisi berdasarkan stimulasi alat indra yaitu: 1) Audiovisual; 2) Berpikir dalam gambar; dan 3) Pengoperasian lebih kompleks.

Tayangan televisi merupakan produk yang dibuat perusahaan televisi dalam menyampaikan pesan tertentu. Tayangan-tayangan yang menarik pemirsa menjadikan televisi sebagai salah satu kebutuhan utama bagi rumah tangga. Persaingan antar stasiun televisi swasta dalam memproduksi dan menyajikan tayangan yang menarik semakin tinggi agar pemirsa tertarik terhadap tayangan yang disiarkan. Menurut Diahloka (2012), Program-program televisi memiliki banyak keunggulan diantaranya orang bisa melihat gambar-gambar yang menarik, dibandingkan dengan media elektronik lainnnya seperti radio yang hanya dapat dinikmati dengan indera pendengaran saja.

Menurut Ardianto dkk. (2007) fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Hal tersebut didukung oleh penjelasan Morissan (2005) mengenai pengelompokan jenis program televisi yang ditayangkan di televisi sebagai berikut:

1) Program informasi yaitu segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Berdasarkan bentuknya, program informasi dibagi menjadi dua yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

2) Program Hiburan yaitu segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk program hiburan adalah drama, musik dan permainan.

Tentunya, diantara tayangan maupun program-program tersebut ada program yang paling berpengaruh dan menarik perhatian masyarakat. Seperti dalam penelitian Pandiya (2008), yang menemukan bahwa program televisi favorit remaja Kota Semarang adalah berita liputan olahraga, film luar negeri, dan petualangan. Selain itu hasil penelitian Pinasthika (2010) membuktikan bahwa intensitas menonton televisi, daya tarik dan isi pesan dari sinetron mempengaruhi sikap dan perilaku remaja di Cimahi. Berdasarkan beberapa contoh hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa sinetron remaja saat ini adalah salah satu tayangan yang memberikan pengaruh dan diminati oleh remaja.

Pola menonton tayangan televisi

Sumartono (2014) mendefinisikan pola menonton adalah perilaku menonton yang dilakukan berulang-ulang. Hasil penelitian Hernawati dan Palapah (2010) melihat pola konsumsi media yaitu televisi melalui jumlah durasi remaja dalam menonton televisi dalam satu hari, motif penggunaan televisi, dan frekuensi menonton televisi. Menurut konsep dari Mc. Quail dan Windhal (1981) yang digunakan Parwadi (2005) mengukur penggunaan televisi yaitu menggunakan jumlah waktu rata-rata sehari yang dihabiskan untuk menonton televisi, frekuensi menonton acara televisi dan tingkat perhatian dalam menonton acara televisi. Sementara itu, Pinasthika (2010) membuktikan bahwa intensitas menonton televisi, daya tarik dan isi pesan dari sinetron mempengaruhi sikap dan perilaku hedonisme remaja di Cimahi.

Melalui uraian di atas, maka pola menonton sinetron dapat dilihat dari: 1) Durasi menonton sinetron

Durasi menonton sinetron merupakan lama waktu individu dalam menonton sinetron setiap satu kali tayang. Dalam hasil penelitian Pinasthika (2010), remaja di Kota Bogor menggunakan waktunya sebanyak 15 menit sampai satu jam untuk menonton sinetron.

2) Frekuensi menonton sinetron

Frekuensi menonton sinetron adalah tingkat keseringan individu dalam menonton tayangan sinetron dalam rentan waktu tertentu.

3) Tingkat perhatian dalam menonton tayangan sinetron

Merupakan sejauhmana individu memperhatikan tayangan yang sedang ia tonton.

4) Motivasi menonton tayangan sinetron

Motif menonton tayangan sinetron merupakan dorongan individu untuk menonton sinetron remaja. Menurut McQuail (1991) yang dirujuk Feryandes (2013), terdapat empat motivasi khalayak dalam menggunakan media yang terdiri dari:

a. Motivasi informasi yaitu khalayak mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia,mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, belajar, dan memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan;

b. Motivasi identitas pribadi yaitu khalayak menemukan penunjang nilai-ila pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

c. Motivasi integrasi dan interaksi sosial yatu khalayak memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, mengidentifitkasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, memperoleh teman selain dari manusia, membantu menjalankan peran sosial, dan memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat

d. Motivasi hiburan yaitu khalayak melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, mengisi waktu, penyaluran emosi dan membangkitkan gairah seks.

Remaja

Remaja merupakan suatu tingkatan dimana seseorang beralih dari masa anak- anak menuju masa dewasa. Tingkat ini juga biasa disebut dengan masa peralihan. Menurut pendapat Chaplin yang dikutip oleh Pinasthika (2010) mendefinisikan remaja sebagai periode antara pubertas dan kedewasaan, biasanya usia 12-21 tahun untuk perempuan dan 13-22 tahun untuk laki-laki. Disamping itu, menurut Diahloka (2012), masa remaja dikenal dengan masa storm dan stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Perbedaan pendefinisian remaja biasanya terjadi pada stratifikasi usia seseorang. Seperti yang dikutip oleh Diahloka (2012) menurut Monks dkk. (2010), masa remaja adalah pada usia 12 sampai dengan 21 tahun dan terbagi atas beberapa fase yaitu fase remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).

Pada masa remaja, biasanya remaja memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Menurut Pandiya (2008) remaja merupakan masa puber dimana ia akan mencari role model di luar lingkungan keluarga, berbeda dengan anak-anak yang menjadikan sosok yang ditemui di keluarganya sebagai role model. Menurut Yusuf (2000), Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupanya.

Sehubungan dengan itu, Yusuf (2000) mengatakan bahwa perkembangan identitas pada saat remaja ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Iklim keluarga, yaitu berkaitan dengan interaksi sosio-emosional antar anggota keluarga, sikap dan perlakuan orangtua dengan anak. Apabila hubungan dan kondisi keluarga positif, maka remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil.

2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang menurut persepsi seorang remaja merupakan figur yang mempunyai posisi di masyarakat. Pada umumnya, tokoh idola bagi remaja adalah seseorang yang berasal dari kalangan selebritis.

3) Peluang pengembangan diri, yaitu kesemparan seorang remaja untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam adegan kehidupan yang beragam

Dalam kehidupan sehari-hari, remaja saat ini meluangkan waktunya cukup banyak untuk menonton televisi khususnya film atau sinetron remaja. Melalui tayangan-tayangan di televisi, remaja mendapatkan pengetahuan dan role model

yang selanjutnya memungkinkan untuk menjadi panutannya dalam menjalani kehidupannya. Perubahan sikap dan perilaku serta gaya hidup dapat terjadi pada remaja melalui tayangan-tayangan hiburan televisi khususnya film atau sinetron remaja. Seperti hasil penelitian Nurlailah dan Azeharie (2011) yang membuktikan bahwa remaja menghabiskan waktu 1-3 jam perharinya untuk menonton televisi. Melalui hasil penelitian Parwadi (2005) juga dibuktikan bahwa melalui tayangan hiburan televisi, remaja cenderung menganggap bahwa menonton tayangan agresif, seks dan konsumtif merupakan hal yang wajar bahkan merupakan sesuatu yang harus diikuti dalam kehidupan nyata.

Gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup merupakan cara pandang dan perilaku seseorang untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Menurut Setiadi (2010), gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu, apa yang mereka anggap paling penting dalam lingkungan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya. Menurut Engel et al. (1994) gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup sangat mempengaruhi seseorang dalam menjalani kehidupannya. Sehubungan dengan hal tersebut, Sihabudin (2011) berpendapat gaya hidup sebagai pembeda kelompok akan muncul dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Seperti yang dikutip oleh Sari (2015) menurut Adlin (2006) menyatakan bahwa gaya hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan-pandangan dan pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.

Melalui karakter dan minat individu yang berbeda-beda, muncul berbagai macam gaya hidup di kehidupan masyarakat. Beberapa bentuk gaya hidup menurut Chaney (1996) yang dikutip Praja dan Damayantie (2013), antara lain: 1) Industri gaya hidup; 2) Iklan gaya hidup; 3) Public relations dan journalisme gaya hidup; 4) Gaya hidup mandiri; 5) dan gaya hidup hedonis.

Menurut Praja dan Damayantie (2013), hedonisme sudah muncul sejak awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonis merupakan gaya hidup yang terus berkembang seiring berkembangnya jaman. Hedonisme berasal dari kata Hedone

yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesenangan atau kenikmatan. Menurut Takariani (2013), hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pestapora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup,baik hal tersebut ini menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Mendukung pernyataan tersebut, Felicia dkk. (2014) mengutip pernyataan Veenhoven (2003) yaitu individu yang hidup dengan gaya hidup hedonis adalah individu yang memandang secara positif mengenai kesenangan dan akan mengambil atau memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk mencapai kesenangan yang diharapkan. Seperti pendapat Susanto (2001) yang dipaparkan Martha (2010) bahwa atribut kecenderungan gaya hidup hedonismeliputi lebih sering mengisi waktu luang di mal,kafe, da restoran-restoran siap saji (fast food), serta memiliki sejumlah barang-barang prestisius.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang menurut Kotler (1997) yang dikutip oleh Rianton (2013) terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Menurutnya, faktor internal ini adalah sesuatu yang datang dari diri seseorang setelah ia mencerna apa yang ia lihat, amati lalu pelajari. Selanjutnya, faktor eksternal menurut Kotler (1997) terdiri dari kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan kebudayaan.

Dalam mengukur gaya hidup menurut Engel et al. (1994) dapat digunakan teknik Psikografis yaitu menggunakan pengukuran kegiatan (Activities), minat (Interest) dan opini (Opinion). Menurut Reynolds dan Darden dalam Engel et al.

1) Kegiatan (Activities), yaitu tindakan nyata seseorang

2) Minat (Interest), yaitu ketertarikan terhadap objek, peristiwa atau topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya

3) Opini (Opinion), yaitu jawaban lisan atau tertulis yang diberikan sebagai respons terhadap situasi stimulus dimana pertanyaan diajukan. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi. Hubungan Pola Menonton Televisi dengan Gaya Hidup Remaja

Televisi mempunyai daya tarik karena media ini mempunyai keunggulan yaitu dapat memvisualisasikan berbagai macam informasi kepada pemirsa. Tak hanya masyarakat dan pemerintah yang mengambil keuntungan dari hal tersebut, pihak swasta pun tertarik untuk mengembangkan usaha di bidang produksi televisi. Seperti yang dikatakan Soetrisno (1996) yang dikutip oleh Parwadi (2005), ketika stasiun televisi dikuasai oleh pemilik modal atau kaum kapitalis, maka kepentingan konsumen dikalahkan oleh kepentingan kaum pemilik modal. Dapat dilihat saat ini banyak tayangan yang mementingkan komersialitas saja, dibandingkan kualitas dari tayangan tersebut. Pihak swasta cenderung memikirkan bagaimana tayangan yang diproduksinya menarik perhatian pemirsanya, namun mengabaikan pesan moral yang seharusnya dapat disampaikan pada tayangan-tayangan yang disiarkan. Seperti contohnya adalah tayangan televisi untuk remaja.

Menurut penelitian Pandiya (2008) tayangan televisi yang remaja nikmati sebagian besar adalah liputan olahraga, film luar negeri, dan petualangan. Tayangan favorit remaja lainnya adalah acara musik dan sinetron. Contohnya adalah program

Music Television atau yang disingkat MTV, menurut penelitian Nurlailah dan Azeharie (2011) merupakan program televisi yang memberikan pengaruh terhadap gaya hidup remaja karena pada program tersebut menampilkan idola-idola remaja, musik yang sedang tenar di kalangan remaja, gaya pakaian idola remaja, dan sebagainya sehingga memotivasi remaja untuk mengikuti gaya hidup yang ditayangkan melalui program tersebut.

Selanjutnya melalui penelitian yang dilakukan Pinasthika (2010), Nurlailah dan Azeharie (2011), Diahloka (2012), dan Takariani (2013) ditemukan pula efek tayangan sinetron remaja yang merupakan tayangan fiktif, sering mengangkat kegiatan sekolah remaja seperti hidup mewah, percintaan remaja, nongkrong, bullying dan sebagainya terhadap penyimpangan perilaku seks, agresi, konsumtif dan hedonis pada remaja. Menurut teori belajar sosial Bandura, televisi membantu pengalaman belajar seseorang yang sebelumnya hanya dapat diimajinasikan sehingga dapat divisualisasikan. Asumsi terpenting pada teori ini adalah belajar observasional terjadi ketika tingah laku observer berubah sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model seperti orangtua, guru, saudara, teman, pahlawan dan bintang film. Berdasarkan teori itu pula, dijelaskan bahwa seseorang dapat mendapatkan pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain. Proses pembelajaran tersebut adalah seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Proses Belajar Sosial (Bandura)

Yusuf (2000) menjelaskan menurut Bandura meyakini bahwa belajar melalui observasi (observational learning) atau “modeling” itu melibatkan empat proses, yaitu sebagai berikut:

1) Attentional yaitu proses dimana observer atau anak menaruh perhatian terhadap tingkah laku atau penampilan model orang yang diimitasi

2) Retention, yaitu proses yang merujuk kepada upaya anak untuk

memasukkan informasi tentang model, seperti karakteristik penampilan fisiknya, mental, dan tingkah lakunya ke dalam memori

3) Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat memproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi ini bisa berbentuk keterampilan fisik atau kemampuan mengidentifikasi tingkah laku model.

4) Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model yang diimitasi oleh anak. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya,

yaitu “reinforcement” atau “punishment”, apakah terhadap model atau langsung kepada anak.

Faktor Lingkungan Sosial Remaja

Selain pola menonton tayangan televisi, terdapat beberapa faktor lain yang mempunyai hubungan dengan gaya hidup hedonisme remaja. Hal tersebut didukung oleh pendapat Takariani (2013), menurut teori Belajar Sosial dari Bandura, seseorang akan meneladani apa yang dilihatnya di televisi, termasuk gaya hidup yang ditampilkan dalam tayangan tersebut, meskipun pengaruhnya kecil, karena memang gaya hidup hedonis tidak semuanya dipengaruhi dari tayangan sinetron di televisi saja. Pernyataan tersebut didukung dengan ditemukannya beberapa faktor lingkungan sosial remaja yang berhubungan dengan gaya hidup remaja melalui penelitian-penelitian mengenai gaya hidup hedonisme seperti berikut:

1) Interaksi dengan teman sebaya

Interaksi dengan teman sebaya merupakan tingkat intensitas interaksi remaja dengan teman sebayanya. Menurut penelitian Hamzah dkk. (2014) menyebutkan beberapa faktor yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku hedonisme remaja di Malaysia yaitu pandangan dunia, rekan sebaya dan religiusitas remaja tersebut. Selanjutnya Praja dan Damayantie (2013) juga menjelaskan bahwa faktor penyebab gaya hidup hedonisme pada mahasiswa di Lampung adalah berasal dari pergaulan teman-teman yang juga mempunyai gaya hidup mewah dan hura-hura. Saputro (2014) membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara relasi pertemanan dengan gaya hidup hedonis di kalangan eksekutif muda. Menurut hasil penelitian Purwanti (2015) mengenai gaya hidup hedonisme di kalangan remaja putri Komunitas Warung Bumi Ayu adanya sugesti untuk melakukan Belajar dari mengamati (Observational learning) Fase-fase: 1. Attention 2. Retention 3. Production 4. Motivational Sikap dan Perilaku

gaya hidup hedonisme yaitu ketika seseorang mempunyai rasa takut akan di-

bully, diejek, gengsi yang tinggi dan dijauhi teman-temannya karena ketidakmampuan remaja putri komunitas tersebut untuk mengikuti gaya hidup lingkungan atau tempatnya bergaul.

2) Tingkat ekonomi keluarga

Tingkat ekonomi keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan remaja. Menuruh hasil penelitian Sholihah dan Kuswardani (2015) penghasilan orang tua juga dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumtif yang mempunyai hubungan dengan gaya hidup hedonisme, dengan penghasilan orang tua yang rendah maka orang tua tidak dapat memenuhi semua permintaan anak.

3) Tingkat interaksi dengan keluarga

Interaksi dengan keluarga merupakan durasi remaja dalam berinteraksi dengan anggota keluarganya. Menurut Kotler (1997) salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup, menurut Kotler, keluarga memegang peran terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu karea pola pengasuhan orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

4) Tingkat intensitas penggunaan media sosial

Intensitas penggunaan media sosial merupakan durasi penggunaan media sosial oleh seseorang. Berdasarkan penelitian Fitria (2015) media sosial instagram membantu remaja perempuan dalam mengikuti perkembangan zaman yang akhirnya berdampak pada gaya hidup yang konsumtif.

Kerangka Pemikiran

Tayangan yang bertemakan remaja di televisi berpotensi mempunyai hubungan dalam pengembangan gaya hidup remaja. Gaya hidup yang diduga dapat ditimbulkan adalah gaya hidup hedonisme karena pada tayangan sinetron remaja di televisi sebagian besar menceritakan mengenai kehidupan bersenang-senang, percintaan remaja dan pergaulan remaja. Melalui pola menonton tayangan sinetron, remaja yang menonton mengamati dan dapat meniru adegan, kebiasaan maupun gaya hidup yang ditayangkan pada sinetron remaja tersebut. Pola menonton tayangan sinetron remaja tersebut diukur dengan frekuensi menonton, durasi menonton, perhatian terhadap tayangan, dan motif menonton tayangan sinetron remaja.

Melalui pola menonton sinetron remaja tersebut, diduga mempunyai hubungan dengan gaya hidup remaja, khususnya gaya hidup hedonisme remaja. Gaya hidup hedonisme remaja yang dimaksud diukur dengan pengukuran gaya hidup yaitu AIO (Activities, Interest, Opinion). Melalui perngukuran tersebut, dapat dilakukan pengukuran activities (kegiatan), interest (minat), dan opinion (opini) pada remaja pedesaan. Melalui pengukuran tersebut, dapat dilihat bagaimana gaya hidup remaja pedesaan khususnya gaya hidup hedonisme remaja pedesaan.

Selain hubungan antara pola menonton sinetron remaja tersebut, diduga adanya faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan gaya hidup hedonisme remaja yaitu faktor lingkungan sosial remaja yang terdiri atas tingkat interaksi dengan teman sebaya, tingkat ekonomi keluarga, tingkat interaksi dengan keluarga dan tingkat intensitas penggunaan media sosial.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Keterangan: mempunyai hubungan

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara pola menonton sinetron remaja (frekuensi menonton, durasi menonton, tingkat perhatian terhadap tayangan, motif menonton tayangan) dengan tingkat gaya hidup hedonisme remaja desa (aktifitas, minat dan opini)

2. Terdapat hubungan antara faktor lingkungan sosial remaja (Tingkat interaksi dengan teman, tingkat ekonomi keluarga, interaksi dengan keluarga, media lainnya) dengan tingkat gaya hidup hedonisme remaja desa (aktifitas, minat dan opini)

Pola menonton tayangan sinetron (X1):

X1.1 Frekuensi Menonton Sinetron

X1.2 Durasi Menonton Sinetron

X1.3 Tingkat Perhatian Terhadap

Sinetron

X1.4 Motivasi Menonton Sinetron

Faktor lingkungan sosial remaja (X2)

X2.1 Tingkat Interaksi dengan Teman

X2.2 Tingkat Ekonomi Keluarga

X2.3 Tingkat Interaksi dengan Keluarga

X2.4 Tingkat Penggunaan Media Sosial

Gaya hidup hedonisme remaja (Y1)

Y1.1 Opini remaja pedesaan mengenai

gaya hidup hedonisme

Y1.2 Minat remaja pedesaan terhadap

gaya hidup hedonisme

Y1.3 Aktivitas remaja mengenai gaya

PENDEKATAN LAPANG