• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Karakter bagi M ahasiswa di Panti Jompo

Nurul Hidayah Universitas Negeri Malang

yuyunsidar97@gmail.com

Abstrak: Pendidikan karakter mengalami kebangkitan kembali setelah pemerintah melalui Kementerian

Pendidikan Nasional mencanangkan program pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai gerakan nasional. Berbagai diskusi,seminar,pelatihan maupun pertemuan ilmiah lainnya ramai mengangkat isu pendidikan karakter sebagai tema hangat yang dianggap mampu membuat perubahan dalam dunia pendidikan ke arah yang lebih baik.

Konsep pembelajaran dan kegiatan bagi peserta didik diprogram sedemikian rupa sehingga tertuang padanya nilai dari pendidikan karakter yang diharapkan mampu menciptakan pribadi yang cerdas,tangguh, dan memiliki akhlak yang mulia

Perguruan tinggi turut serta mengambil peran dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan karakter dalam mendidik mahasiswa sebagai agen of change melalui sistem pendidikan yang berlaku di kampus masing-masing. Pendidkan karakter tidak cukup hanya dengan mempelajari teori saja, namun lebih dari itu dapat dilakukan dengan turjun langsung ke masyarakat, mampu melihat permasalahan yang ada serta solusi untuk itu. Kegiatan sosial Peduli Lansia di panti jompo, dapat menjadi salah satu alternatif untuk membina karakter mahasiswa dalam pengabdiannya pada masyarakat. Mahasiswa dapat belajar secara langsung untuk menganalisa dan merumuskan kebutuhan lansia yang berada disana, selain itu untuk menumbuhkembangkan rasa peduli dan kasih sayang pada sesama.

Kata kunci: Pendidikan karakter, mahasiswa,panti jompo.

Karakter merupakan watak atau sifat batin seseorang yang mempengaruhi segenap pikiran, sikap dan tingkah laku seseorang yang membeda- kan satu dengan lainnya (Laraswati, 2013). Perkembangan karakter pada individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nur- ture) dimana individu tersebut tumbuh dan ber- kembang. Pembentukan karakter seseorang meru- pakan hasil daripada proses pendidikan yang melibatkan keluarga, pihak sekolah muapun masyarakat.

Membentuk karakter anak bangsa menjadi manusia yang bertaqwa lagi berakhlak mulia adalah hakikat pendidikan yang sesungguhnya.

Pembangunan moral dan karakter lebih efektif melalui pengalaman langsung. Karakter tidak dapat diajarkan, akan tetapi dapat diperoleh dari pelatihan ataupun pengalaman seseorang. Oleh karenanya diperlukan wadah yang mendukung untuk memperoleh pengalaman tersebut. Diharap- kan dari pengalaman inilah seseorang mendapatkan sebuah nilai pengajaran ataupun hikmah yang men- jadi suatu kebiasaan baik yang mencirikan karakter individu itu.

Pembentukan karakter dalam dunia pendi- dikan merupakan proses yang dilakukan dengan tujuan agar setiap individu menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Namun tidak dapat dipungkiri pendidikan yang difokuskan sekarang lebih dominan dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa/ mahasiswa saja. Individu dinilai berdasarkan hasil yang dia capai dengan beberapa kategori A,B,C,D atau E. Perubahan kurikulum terkini menjanjikan penilaian tidak hanya berdasarkan hasil namun juga proses yang dilalui siswa/mahasiswa tersebut, tapi dilapangan hal ini masih belum sepenuhnya dapat terlaksana. Sejatinya, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi belumlah cukup menjadikan anak bangsa menjadi sumber daya manusia terbaik. Pendidikan moral dan spiritual hendaknya mendapat porsi yang sama jika menginginkan manusia yang berkualitas lahir batin. Masa usia lanjut merupakan masa terakhir dalam kehidupan manusia sehingga kebahagiaan seharusnya sudah dapat dirasakan oleh para lanjut usia. Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Indriana, 2012).

Lanjut usia tidak potensial membutuhkan bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar, biasanya menjadi penghuni Panti wreda yang berada di bawah naungan Departemen Sosial. Panti wreda atau panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo dan Perda No. 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda No. 15 Tahun 2000 tentang dinas daerah, maka Panti sosial Tresna werdha berganti nama menjadi Balai Perlin- dungan sosial Tresna Werdha (Psychologymania, 2012). Panti jompo menjadi sangat penting bagi lansia yang tidak memiliki sanak saudara karena semua kebutuhan hidupnya menjadi tanggung

jawab panti bahkan ketika mereka meninggal nantinya.

Panti Jompo/Wredha dapat menjadi sarana dalam membina karakter mahasiswa. Mahasiswa perlu untuk didorong melakukan magang /kerja sosial di panti jompo untuk menumbuhkan kepedulian sosial dan kepekaan hati terhadap or- ang lanjut usia. Pengalaman-pengalaman yang bersentuhan langsung dengan masyarakat inilah yang nantinya akan menempa mahasiswa menjadi pribadi yang tangguh, berakhlak mulia dan peduli pada sesama.

Tujuan penelitian ini adalah Membina karakter mahasiswa melalui kegiatan sosial yang diadakan di panti jompo terkait dengan Bagaimana membina karakter mahasiswa melalui kegiatan sosial di panti jompo?

PEMBAHASAN

Kepribadian Orang Lanjut Usia

Dengan mengetahui kepribadian orang lanjut usia diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa yang akan melakukan kegiatan sosial di panti jompo. Dengan datangnya masa dewasa, manusia menjadi sadar akan perbedaan antara tujuan hidupnya dengan orang lain sehingga sering berperilaku dengan cara yang lebih realistis dan sesuai secara sosial. Reaksi orang lain terhadap penampilan dan perilakunya membuatnya melakukan modifikasi terhadap setiap tindakannya dan melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. Indriana (2012: 24) Kepribadian orang lanjut usia dibedakan menjadi lima tipe kepribadian, yaitu mature (matang), rocking chair (tergantung), armored (bertahan), angry (menolak) dan self- hating (benci diri).

Orang dengan kepribadian matang yang relatif bebas dari karakteristik kecemasan dan konflik kecemasan, dapat menerima diri sendiri dan tumbuh menjadi tua dengan penyesalan yang sedikit. Demikian juga dengan orang yang berkepribadian tergantung, yang memandang usia

lanjut sebagai kebebasan dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk memuaskan kebutuhan pasif.

Orang dengan tipe bertahan, berada pada penyesuaian menengah, menahan diri dari kecemasan dengan tetap sibuk. Tipe penyesuaian diri yang buruk, pertama, adalah tipe menolak, mengekspresikan kemarahan dan menyalahkan orang lain untuk kegagalannya. Kedua yaitu benci diri, lebih depresi dibandingkan orang yang menolak dan menyalahkan diri sendiri karena ketidakberuntungan dan kekecewaannya. Orang ini membenci dirinya sendiri dan pada umumnya orang memandang masa usia lanjut sebagai masa yang sia-sia, periode eksistensi manusia yang tidak menyenangkan.

Program Peduli lansia

Banyak kegiatan sosial yang dapat dilakukan di panti jompo yang dapat membantu para lansia menjadi lebih senang dengan aktivitas yang dilakukannya. Adapun salah satu program yang tawarkan penulis yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam kegiatan sosial di panti jompo yaitu melalui program peduli lansia. Program seder- hana ini, berupa kunjungan sehari yang dilakukan ke panti jompo. Disana kemudian mahasiswa melakukan kegiatan-kegiatan langsung dengan

para lansia. Tujuan program ini adalah untuk menumbuh kembangkan kepedulian sosial mahasiswa kepada lansia yang berada di panti jompo.

Berikut kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam program peduli lansia.

Tentunya dalam mewujudkan pelaksanaan program ini, sangat butuh dukungan dan kerja sama dari beberapa pihak. Pihak pengurus panti jompo, pihak fakultas yang bertanggung jawab kepada mahasiswa dalam program ini misalnya dan pihak lainnya yang diharapkan membantu penyelenggaraannya. Idealnya mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti program peduli lansia sekali dalam tiap semester, mengingat pentingnya manfaat dari program peduli lansia. Hakikatnya, program ini tidak hanya memberikan uluran tangan kepada lansia, sebaliknya menolong diri kita sendiri, mahasiswa, untuk melatih diri menjadi lebih berarti dan bermanfaat bagi sesama.

SIMPULAN

Pembinaan karakter merupakan bagian penting dari proses pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Pembinaan karakter diperlukan untuk pengembangan kepribadian seseorang menuju arah yang lebih positif dan lebih baik. Sesung- guhnya dari hal yang mudah dan sederhana, maha-

Waktu Durasi Kegiatan

08.00 – 09.00 60 menit -pembukaan

-bersih-bersih panti dan kamar lansia 09.00- 11.00 120 menit -memasak untuk pengurus panti dan lansia

-makan bersama pengurus panti dan lansia 11.00-12.00 60 menit -mencuci piring dan membersihkan meja

-persiapan sholat dzuhur 13.00-15.00 120 menit -Pemeriksaan kesehatan

-persiapan sholat ashar

15.00-16.30 90 menit -Kegiatan bercocok tanam di sekitar halaman panti jompo

siswa bisa mendapatkan pengalaman yang akan membentuk karakternya kemudian. Panti Jompo dapat menjadi wadah yang dapat memberikan pengalaman dalam membina karakter mahasiswa. Panti Jompo dengan pengurusnya mengajarkan kita bagaimana memperlakukan orang lain dengan sabar dan tulus, para lansianya memberikan kita pelajaran sejauh mana kesabaran yang kita miliki dan bagaimana kita harus bersyukur dengan memanfaatkan masa muda kita sebaik mungkin, serta pengalaman-pengalaman lain sesungguhnya yang akan menempa karakter kita sebagai maha- siswa sejati.

DAFTAR RUJUKAN

Indriana, Yeniar. 2012. Gerontologi dan Prog- eria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Laraswati, Diadjeng. 2013. Pembinaan Karakter dan Pendidikan Agama bagi Anak sebagai Agen Perubahan, (Online), (http:/ /www.kompasiana.com/dlaraswatih/ pembinaan-karakter-dan-pendidikan- a g a ma - b a g i- a n a k - s e b a g a i- a g e n - perubahan), diakses 30 Oktober 2015. Psychologymania. 2012. (Online), (http://

www.psychologymania.com/2012/12/ pengertian-panti-jompo.html?m=1), diakses 02 November 2015.

Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran tentang