• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA DATA

3.2.3. Pendidikan Politik

Memahami pendidikan politik di masyarakat merupakan hal yang sangat menarik untuk diketahui. Karena pendidikan politik itu merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya.

Dengan adanya pendidikan politik yang diberikan, maka masyarakat juga akan dapat memberikan partisipasi yang tepat bagi negaranya. Seperti berpartisipasi dalam memberikan suara pada pemilihan umum, baik pemilihan umum kepala daerah maupun pemilihan presiden.

Tujuan pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara maksimal dalam suatu sistem politik.

Pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama. Pertama, pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politih yang dapat menjadikan setiap individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan.

Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri.

Partisipasi politik ini pun bersifat sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negara maupun partai yang berkuasa

Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan di Indonesia ini. Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan untuk ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut keputusan bersama (umum). Oleh karena itu di dalam mengambil keputusan dibutuhkannya kerja sama antara partai politik dan masyarakat untuk memberikan keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi negaranya.

Dalam memberikan pengetahuan mengenai politik, selain partai politik, sekolah dan keluarga, maka perang partai politik lah yang harus lebih di utamakan dalam memberikan pendidikan tersebut. Karena partai politik merupakan organisasi yang beroperasi dalam sistem perpolitikan. Salah satu fungsi partai politik adalah fungsi partisipasi pilitik, dimana fungsi partisipasi adalah fungsi partai politik untuk membawa warga Negara agar aktif dalam kegiatan perpolitikan. Jenis partisipasi politik yang ditawarkan oleh partai politik kepada warga negaranya adalah kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat politik.

Reformasi yang dimaknai sebagai sebuah bentuk pemberontakan terhadap sistem tiran penguasa sebelumnya, justru menjadi tiran baru yang melumpuhkan demokrasi itu sendiri.Dalam wajah pendidikan politik bangsa kita setidaknya ada tigabentuk pendidikan politik, yaitu pendidikan formal danpendidikan informal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal politik ini dapat disebut bahwa hampir seluruh pendidikan formal, baik dari dasar hingga perguruan tinggi telah diperkenalkan secara mapan pendidikan politik ini. Begitu juga dalam konteks pendidikan informal politik kita juga banyak diajarkan politik dengan berbagai konteksnya seperti di lingkungan keluarga dan pergaulan dan lainnya. Demikian juga dalam pendidikan non formal pendidikan kita juga telah diperkenalkan dengan segala bentuk pendidikan politik,termasuk juga carut marutnya.Namun, ketiga bentuk pendidikan politik ini

justru terkesan gagal dalam mewujudkan masyarakat demokratis yang menjadi tujuan utama pendidikan politik. Jika demikian, tentu yang menjadi permasalahan adalah strategi dan konten pendidikan politik itu sendiri. Untuk dapat disebut misalnya setiap hari kita diajarkan pendidikan politik pragmatis sebagaimana yang kita baca di koran atau yang kita saksikan di TV hampir sepenuhnya menunjukkan kepada kita bahwa politik tidak lebihhanyalah persoalan kepentingan pribadi di dalamnya.

Demikian juga seharusnya partai politik yang bertugas sebagai pensosialisasi utama bentuk pendidikan politik yang sehat.Namun, justru mengajarkan politik yang “mati rasa” meminjam istilah Ahmad Syafi’i Ma’arif, yang hanya mengedepankan kepentingan partai tanpa ada sedikitkan berpihak pada kepentingan masyarakat. Ini adalah wajah asli pendidikan politik yang diterima masyarakat setiap saatnya maka konsekuensi ini juga harus dibayar mahal oleh partai politik dengan munculnya kecenderungan untuk berperilaku buruk dalam politik bagi masyarakat dan selebihnya apatis terhadap politik.Dari kenyataan ini menguatnya angka Golput juga menjadi kenyataan yang tidak bisa dibantah bagaimana buruknya pendidikan politik kita yang dipraktekkan para politisi bangsa ini.Karena memang salah satu penyebab utama menguatnya angka Golput disebabkan hilangnya kepercayaan publik terhadap praktek pendidikan politik yang diajarkan para police maker inilah wajah pendidikan politik kita sebenarnya.

Menimbang peran mahasiswa dalam merubah wajah pendidikan politik bangsa ini, jelas merupakan sesuatu yang sangat beralasan. Sebab, mahasiswa memiliki peran tersendiri dalam upaya mewujudkan pendidikan politik yang lebih baik dan moral dari apa yang tampilkan para politisi bangsa ini. Karena mahasiswa memiliki peran sosial sebagai

• agent of change • agent of modernizing • agent of control

Maka tentu peran mahasiwa dalam mewujudkan pendidikan politik yang bermoral menjadi sangat penting.Dalam konteks pendidikan politik ini mahasiswa secara umum mendapatkan pendidikan politik formal di bangku kuliah—terlebih lagi yang mengambil konsentrasi politik—sebab teori-teori umum politik telah diajarkan secara kontiniu. Kemudian,pendidikan politik ini juga diperkuat lagi dengan adanya lembaga-lembaga organisasi kampus, yang sepenuhnyamahasiswa di dalamnya dapat mengekpresikan politiknya.Namun, pendidikan politik ini dapat disebut gagal dalam mewujudkan mahasiswa-mahasiswa yang dapat berpartisipasi secara baik dalam mempraktekkan perannya sebagai mahasiwa yang disebut memiliki peran sosial tersebut. Bahkan, justru sebaliknya praktek-praktek politik mahasiswa—baik di lingkungan kampus atau di luar kampus—menunjukkan perilaku politik yang sarat dengan kepentingan di dalamnya sebagai indikasi lain gagalnya pendidikan politik di kalangan mahasiswa.Kegagalan pendidikan politik ini tentu saja berkaitan khusus dengan kenyataan yang kita hadapi, yaitu hilangnya “uswah”dari para politisi tentang nilai atau etika politik. Untuk itu, tidak mengherankan terjadi karena memang “guru politik” para politikus tidak pernah berupaya untuk mengiklankan politik yang bermoral maka tentu saja wajar kalau mahasiswa juga mempraktekkan politik yang hampir sama.58

Dalam konteks lain yang penting di kemukan di sini, kita bisa menyebut praktek politik mahasiswa tidak lebih hanya sebagai“alat penekan” yang dimanfaatkan kelompok tertentu, yangt idak lebih hanya untuk memenangkan kepentingan tertentu pula. Inilah kenyataan yang harus kita akui maka tentu upaya yang serius dan sungguh untuk menyelamatkan peran mahasiwa dari hal ini tentu adalah upaya reposisi peran dan tanggung jawab mahasiswa sebagai bagian dari kelompok unit kampus, yang memiliki tugas utama untuk belajar dan politik hanyalah bagian dari aksesoris kehidupan mahasiswa.

58

Untuk itu, tidak terlalu mengherankan kalau banyak asumsi miris masyarakat terhadap pendidikan politik kita. Karena memang harus diakui secara jujur pendidikan politik kita masih sangat buruk, maka hasil yang buruk dari pendidikan politik ini juga merupakan sesuatu konsekuensi logis dari kenyataan yang sesungguhnya yang harus kita terima. Sebab, tidak ada logika yang membenarkan sesuatu yang buruk akan menghasilkanyang baik.Melihat kenyataan ini, kaitannya dengan pendidikan politik yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat demokratis masih sangat jauh dari apa yang kita harapkan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi yang berwujudkan free society yang tidak terikat apapun, yang hanya dibatasi oleh kebebasan itusendiri. Inilah sebenarnya tujuan utama dari pendidikan politik tersebut maka tentu memulai mempraktekkan pendidikan politik yang baik harus kita mulai dari diri kita sendiri.59

Mengingat hal itu, PMKRI yang menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang berperan aktif dalam membantu masyarakat, merasa ikut bertanggung jawab untuk melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat. PMKRI melihat memberikan pendidikan politik menjadi kewajiban yang harus dilakukan untuk memajukan dan memperbaharui pola pikir masyarakat.

Selain itu juga, PMKRI senantiasa bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk bersama-sama berkoordinasi dalam memperjuangkan kebutuhan yang diperlukan masyarakat sehingga semua aspirasi masyarakat dapat ditampung dan bersama-sama diperjuangkan. Khususnya dalam menyelamatkan masyarakat dari serangan ideologi komunis yang begitu meng-hegemoni pada masa itu. PMKRI bersama organisasi mahasiswa lainnya berusaha menyelamatkan masyarakat agar tidak tergabung bersama mereka. Pengamalan P-4 disosialisasikan agar masyarakat tetap berada dalam koridor pancasila sehingga mereka tidak mudah terjerumus dengan ideologi komunis.

59

Arief Budiman. 2006. Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005.Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute hlm. 251